Jisung, Chenle
Ambiguous
©fedmydream°°°
Bertempat di sebuah kamar tanpa jendela, kegelapan menyelimuti ruang menenggelamkan rupa seseorang di sudut dinding. Udara malam kian menggigit, menyulut gumpalan uap putih kala napas berhembus. Tidak ada yang bisa ditangkap mata, kulit menjadi satu-satunya perantara untuk merasakan lantai kayu, karpet bulu, dan cat terkelupas di dinding. Kesunyian mengikat kesendirian menjadi abadi, waktu yang berjalan begitu lambat kala jantung di ruangan tidak berhenti memompa darah, menggambarkan kehidupan pada telinga sang empu.
Tidak lama, terdengar suara langkah dari balik dinding tempat tubuhnya bersandar. Mata lantas mengerjap, membiasakan diri di tengah kegelapan kala usaha untuk bangkit dilakukan demi mengikuti langkah tersebut. Menabrak semua benda di hadapannya, berbekal tangan pada tembok semen juga suara di baliknya, sosok tersebut pun bergerak menelurusi dinding ruangan.
“T-Tolong!” Intonasi suara yang bergetar sukses mengubah situasi.
Suara langkah di luar ruangan lenyap begitu saja, demikian sang empu yang membeku, berdiam diri atas jejak tersebut. Bak merambat, tangannya kini bergetar sembari meraba dinding tempatnya berhenti. Dalam sekejap, jari-jari yang menari tersebut mengepal dan memukul dengan keras. Itu bukan dinding, melainkan badan pintu. Debuman lantas memecahkan keheningan, menyadari sang empu bahwa langkah tersebut terhenti sebab sosok di luar sana telah sampai pada pintu.
Kini mereka saling berhadapan di antara badan kayu yang kokoh.
“Tolong!” Suara dari kegelapan menyuarakan keputusasaan yang sesungguhnya.
Sedang yang berada di bawah lampu, tersenyum kecil atas segala intensitas suasana yang tercipta. Surai silver yang tersibak cahaya berayun lembut kala telinga menempel pada pintu, menunggu lebih banyak permainan. Lesung pipi pun muncul; tawa yang tidak tertahan, sukses membuat kalimat menjadi teriakan frustasi.
“Aku tahu kau berada di sana, tolong aku!”
“Kenapa aku harus menolongmu, Jisung?”
“Chenle, aku mohon…”
Chenle, pria berambut silver, melebarkan senyum. Adrenalinnya berpacu, setiap ujung jarinya berdenyut, sesuatu mendorong dirinya untuk tertawa lebih keras. Usahanya tidak berakhir sia-sia; mengurung Jisung memang ide yang terbaik. Tidak ada yang bisa lebih memuaskannya selain udara putus asa, takut, dan sepi. Chenle melihatnya, pasangan sejati Jisung adalah kegelapan. Mereka akan tenggelam bersama layaknya ikan di lautan.
“Maaf,” penuh jenaka, “Aku membutuhkannya. Kau tahu aku senang penyiksaan, bukan?”
Terdengar tangis dari dalam sana. “Bahkan pada temanmu sendiri?”
Chenle menyeringai, nyaris kehilangan akal.
“Siapa pun itu, bahkan temanku sendiri.”
°°°
Mungkin kalian bertanya-tanya, mengapa judulnya Cermin?
Cerita ini adalah cermin, cermin untuk diriku dan segala ide di baliknya.
#30DWC
#30DWCJilid31
#Day21

KAMU SEDANG MEMBACA
SHALLOW - NCT Dream
Fanfiction[TAMAT] 💌 Kumpulan drabble/ficlet Dream dalam alur yang berbeda - Thursday, 210121 - Wednesday, 220615