Choices

137 5 13
                                    

Haechan, Mark, OC
Friendship
©fedmydream

°°°

Kalau Mark disuruh memilih antara kekasih atau teman, dia bisa termenung sepanjang hari seperti orang bodoh untuk memikirkannya dengan kepala penuh. Haechan pernah memergokinya sekaligus menjadi pelaku yang menanyakan hal tersebut sebelum berakhir menyesal karena membuat sang teman merasa kesulitan untuk fokus di jam terakhir saat ulangan harian sejarah berlangsung. Mark menuntutnya satu kotak makan siang yang langsung Haechan kabulkan tanpa perlawanan. Alih-alih menggertak, pria itu justru merasa kasihan. Mark terlalu memikirkan semua hal dengan serius, bahkan untuk sebuah candaan konyol yang diberikan oleh Jeno. Haechan yakin, di umur Mark yang akan menginjak 20 tahun, kepala sang teman akan segera beruban. Lihat saja nanti.

“Kak Mark.”

Suatu hari, Jisung mendatangi kantin fakultas mereka saat jam makan siang. Haechan menatapnya seakan anak itu baru saja melakukan perbuatan buruk sedang yang ia lakukan hanya menghampiri mereka dari jarak fakultasnya sendiri sejauh satu kilometer. Kesurupan apa, pikir Haechan. Namun, Jisung tidak menghiraukannya dan beralih duduk di samping Mark yang menyambut kedatangannya dengan antusias, bahkan langsung menawarkan Jisung minuman miliknya.

“Terima kasih,” katanya setelah menengguk habis minuman Mark.

Mark mengangguk sebelum meladeni sang teman. “Jadi, ada apa?”

Haechan tiba-tiba tidak menyukai bagaimana ekspresi Jisung berubah murung bersama kehadiran bintang-bintang dalam matanya. Tidak tertahan, matanya spontan memicing curiga bersama sederet kata yang terlontar dengan lancar dari mulut Jisung.

“Menurut Kak Mark, aku harus mengencani Yuna atau Raya?”

Satu alis Haechan langsung menukik tajam. “Loh, Raya’kan pacarnya Mark!”

“Eh?”

Jisung tampak terkejut sebelum menemukan wajah Mark berubah dalam raut yang sulit diartikan. Ia sontak gelagapan lalu berusaha menjelaskan apa yang terjadi, soal Raya yang tiba-tiba mengajaknya berkencan di akhir minggu ini. Mereka berada dalam satu organisasi dan menjadi bagian dari divisi yang sama, itulah mengapa Jisung dan Raya saling mengenal satu sama lain. Namun, Jisung bersumpah ia hampir tidak pernah melihat Mark bersama Raya, sedang Raya sendiri juga tidak mengatakan apa pun soal hubungan mereka. Kalau Yuna, semua orang juga tahu jika gadis itu menyukai Jisung.

“Jadi, Raya ingin berselingkuh dariku, ya?” Mark menggumam bersama awan kesedihan di atas kepalanya. Badai terjadi dan airnya bercipratan ke wajah Haechan, sukses membuat pria itu menghela napas dan mengambil alih pikiran sang teman sebelum kepala sang empu membawa dirinya sendiri berkelana.

Jisung pun menyimak dalam diam bersama kerutan sesal di wajahnya.

“Ya. Jadi, putuskan gadis itu sekarang juga.”

“Tidak boleh!” seru Mark sembari melempar tatapan garang.

Dan… Haechan mengetahui betul bahwa hal itu akan terjadi, jadi ia memilih menyerah lebih cepat. Lain kali saja, batin Haechan kelewat malas. “Ya sudah, terserahmu saja.”

Kemudian ia beralih menatap Jisung, “Dan kau, jangan coba-coba untuk menerima tawaran itu apalagi mendekati Raya, mengerti?” Jisung langsung mengangguk tanpa berpikir dua kali.

Saat itulah tatapan Haechan jatuh pada Mark yang balas menatapnya dengan raut wajah yang berkelit-kelit. Itu pasti menyakitinya, tetapi Mark juga kebingungan atas situasi yang tidak terduga, terlebih soal sang kekasih yang memilih Jisung sebagai teman kencannya. Haechan ingin mengatakan sesuatu, tetapi ia menahannya. Mark harus menyelesaikan masalahnya sendiri kali ini.

“Aku pergi.” Haechan beranjak begitu saja.

~*~*~

Itu mengejutkan Haechan saat menemukan Mark dan Raya bertengkar di depan laboratorium keesokan paginya. Anak-anak sudah berkumpul untuk menyaksikan apa yang terjadi dan sama terkejutnya saat menemukan pasangan tersebut berseru satu sama lain dengan wajah memerah; amarah telah menguasai diri. Haechan bersandar di dinding dan menyimak dalam diam, permen di mulutnya menjadi satu-satu pengalih kala rasa manis telah berkumpul di rongga mulut; decakan tidak henti.

“Aku tidak akan melakukannya jika saja kau memperhatikanku lebih, Mark!”

Sekonyong-konyong telunjuk milik Raya sudah mengarah pada Haechan. “Kau selalu menghabiskan waktu bersama temanmu, sedang aku harus menunggu lebih lama hanya untuk, hanya untuk,” Raya berusaha mengendalikan diri. “Hanya untuk pulang bersamamu.”

Terkesiap, banyak sekali, hingga menjadi satu suara besar yang menyentak tubuh Mark. Pria itu seperti terkejut atas pengakuan yang Raya berikan soal latar belakang terjadinya perselingkuhan di antara mereka. Tidak sampai di situ, Raya kembali mengatakan sesuatu yang sukses membuat Mark diam tidak berkutik.

“Aku bahkan hanya memintamu untuk mengantarkanku membeli kue untuk ibu, tetapi kau menolaknya karena kau harus menemani Haechan pergi membeli konsol permainan. Tidak’kah kau pikir itu keterlaluan!?”

Haechan menghela napas, sukses menjadikannya pusat perhatian. Membiarkan diri terlibat dalam drama pagi yang menyegarkan, Haechan lantas berdiri di antara keduanya sebelum menarik permen dari mulut dan menatap Mark dengan kedua bola mata berotasi jengah.

“Kalau kau bertindak sampai seperti itu, seharusnya pilihan antara kekasih dan teman bagimu tidak sulit, bukan?”

“Apa?” Mata Raya terbelalak tidak percaya.

Haechan mengangguk, menoleh pada gadis itu sebelum menyinggung senyum kecil. “Pria bodoh ini sampai memalak jatah makan siangku karena nilai ulangannya jelek akibat memikirkan pilihan itu.”

Mark tersentak saat jari sang teman melingkupi ruang tangannya dalam satu genggaman erat. Pria itu sontak menatap Haechan kebingungan sedang sang empu tengah menatap Raya bersama segenap kerendahan dalam matanya, sukses menghasilkan roma ngeri dalam tengkuknya.

“Toh, pilihannya sudah jelas,’kan.”

Maka tidak ada yang dapat Mark lakukan saat Haechan menariknya pergi meninggalkan lorong bersama amarah Raya yang meledak meneriaki mereka. Tanpa mempedulikan tatapan orang-orang, Haechan sempat-sempatnya menarik rambut belakang milik Mark, sukses menyulut rintihan sang empu. Namun, tawa Haechan memadamkan rasa sakitnya.

“Dasar bodoh.”

°°°

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SHALLOW - NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang