4. Semuanya Karena Cinta

2.7K 245 7
                                    

Selesai dengan drama tidak mengenakkan hati di ruangan dingin milik kepala sekolah, mereka keluar dengan kesepakatan berupa, masalah ini akan ditutupi. Mark dan Jean tidak akan kena hukuman apapun. Dan dua anak yang hampir sekarat itu tidak akan dikeluarkan dari sekolah. Anggaplah, hukuman mereka dialihkan pada Nathya.

Mark dan Jean, keluar dari ruangan itu dengan mata berkaca-kaca. Mereka berdua jelas tahu, karena perbuatan ceroboh yang mereka lakukan, mengakibatkan putusnya impian seseorang. Rasa menyesal dan bersalah langsung menyelubungi batin dan pikiran mereka berdua.

Dengan cepat, Mark dan Jean memeluk tubuh mungil Nathya dengan sangat erat saat mereka semua sudah keluar dari ruangan kepala sekolah. Mereka mengucapkan kalimat permintaan maaf sebanyak yang mereka bisa. Dan dengan sayang, Nathya mengusap surai mereka berdua, keponakan kesayangannya.

"Udah, jangan nangis, ah.. Malu, udah gede.." Ledek Nathya.

Ia tidak ingin ikutan menangis karena telah kehilangan cita-citanya sedari dulu.

Juga, ia tidak ingin orang yang sangat ia cintai kecewa dan merasa sedih karena kejadian ini menimpa dua anaknya.

"Udah dong, jangan nangis, sayang.. Hm? Nanti Aunty ikutan nangis, nih.."

Nathya melepas pelukan mereka, dengan penuh kasih sayang, ia mengusap rahang tegas mereka berdua. "Mark, Jean.. Dengerin Aunty, ya?" Pinta Nathya dengan suara yang mulai gemetar.

Mark dan Jean hanya bisa mengangguk dan memejamkan mata mereka, tidak berani menatap netra sendu milik Nathya. Nathya tersenyum tipis, "Mulai saat ini, kalian berdua nggak boleh nakal lagi di sekolah, paham?"

Lagi, Mark dan Jean hanya mengangguk, mengiyakan.

"Aunty ingin, kalian berdua berhenti ngelukain orang atau diri sendiri lagi. Nggak ada ngerokok di belakang sekolah lagi, Jean. Nggak ada ketiduran di kelas lagi ya, Mark. Ngerti 'kan, sayang?"

"Ngerti, Aunty.." Mark menjawab dengan gemetar.

Nathya kembali memeluk Mark dan Jean dengan erat, sesekali mengecup samping kepala mereka berdua dengan sayang.

"Aunty ninggalin cita-cita Aunty demi kalian berdua, lho. Maka dari itu, tolong, jadi anak yang baik.. Jaga diri kalian di sekolah, jangan nakal lagi, nggak akan ada Aunty  yang dengerin curhatan kalian lagi nantinya. Jadi, jangan nyusahin bu Dian, ya?"

Cukup, kalimat itu sukses membuat Mark dan Jean menangis tertahan.

Sedangkan, empat orang lain yang menunggu rapat kolot penuh drama tadi, hanya bisa terdiam mematung mendengar kalimat Nathya barusan.

Siapa yang tidak tahu mengenai cita-cita seorang Nathya Hazallea yang ingin menjadi seorang guru? Tidak ada.

Meninggalkan cita-citanya, itu artinya..

"Bu Tya.. Keluar???" Bingung Alma.

"Kok, bisa??? Kenapa??" Tambah Rena.

Nathya hanya menggeleng lemah menanggapi pertanyaan Alma dan Rena. Lalu, ia mendongakkan kepalanya, menahan air matanya yang akan turun sebentar lagi.

"Udah-udah.. Kalian semua balik ke kelas masing-masing, ya. Kalian masih harus ikut satu mata pelajaran lagi." Titah Diana yang hanya memperhatikan dengan diam daritadi.

Saat mereka semua menjauh, wanita itu bergerak pelan untuk memeluk tubuh mungil Nathya yang gemetar hebat karena menahan isakan, lalu membisikkan kalimat penyemangat untuk sahabat kecilnya itu.

"Sabar, ya.. Semua pasti ada balasannya, kita tinggal tunggu waktu mainnya.." Ucap Diana lirih.

" Ucap Diana lirih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Djeong'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang