Bonus Chapter (2)

1.9K 134 25
                                    

Apa yang kalian dapatkan saat memasuki lingkungan baru?

Tetangga baru? Teman baru? Keadaan sekitar yang asing?

Untuk Renatta, wanita cantik, mungil nan manis ini, ia mendapatkan banyak sekali teman baru semenjak masuk kuliah. Sebenarnya, sama dengan yang lain, Alma, Jemia, Chellia, bahkan Shea yang pemalu pun memiliki kawan baru. Entah, yang satu fakultas, satu organisasi, yang junior, seangkatan, bahkan sampai senior mereka.

Siapa juga yang tidak ingin menempeli wanita-wanita cantik itu ya, 'kan?

Apalagi, setelah Jeffrey menikah dengan Nathya, pernikahan beserta keempat anak mereka dipublikasikan ke hadapan publik. Diumumkan melalui konferensi pers besar-besaran. Bahwa keempat anak itu adalah empat orang anak keturunan keluarga konglomerat terkenal di Indonesia, menyandang marga besar di belakang nama mereka yang selama ini selalu disembunyikan, Anderson Djeong.

Tapi, berbeda dengan Alma, Jemia, Shea dan Chellia, Rena entah kenapa terlalu terikat dengan kawanannya yang baru.

Di fakultasnya, ada beberapa mahasiswa/i yang kelulusan mereka terlambat sebab terhalang tugas akhir mereka yang tidak kunjung rampung. Dan, entah bagaimana caranya Rena yang sudah memasuki tahun akhir perkuliahan, malah dekat dengan mereka.

Alma sudah memperingati Rena berkali-kali untuk selalu berhati-hati dengan para kawanan barunya itu, sebab jika diperhatikan pergaulan mereka jauh lebih 'dewasa' dan 'liar'. Mereka pun sempat kembali bertengkar mempeributkan hal ini. Untungnya, karena merasa sudah sama-sama dewasa, pertengkaran mereka kali ini hanya bertahan selama tiga hari, tidak lebih. Walaupun, akhirnya sekarang Rena dengan geng mereka jadi agak menjauh.

"Aku nggak seneng deh sama senior-seniornya Rena itu. Bukan karna aku mau ngehalangin dia main sama yang lain... Nggak gitu. Tapi, belakangan ini Rena jadi susah diajak keluar bareng kita-kita dan alasannya karna lagi bareng mereka mulu. Aku jadi gimanaaa gitu liatnya." Desah Jemia khawatir, Jean yang duduk di sebelah sang tunangan hanya dapat menghela nafas, tidak bisa berkata apapun lagi, sedang tangannya bergerak mengusap sayang lengan atas kekasihnya. Berusaha memberi pengertian, bahwa semuanya akan baik-baik saja. Semoga.

"Di grup chat juga jarang nongol tuh dia." Sahut Alma. Antara sebal dan mulai muak dengan kelakuan kekasih dari kembarannya itu.

"Bang Res nggak ada ngobrol soal ini sama kak Rena, emangnya?" Chellia bertanya pada Ares yang sedaritadi ada di sana, tapi hanya diam, sibuk main game.

Ares melirik Chellia melalui ujung matanya, kemudian hanya menggedikkan bahunya sebagai jawaban, acuh tak acuh.

Netra bak beruang milik Alma langsung memicing curiga melihat responnya, "Lo nggak lagi ribut sama dia, 'kan?" Tuduhnya.

"Nggak." Sahut Ares, betul-betul tidak seperti Ares yang biasanya. Ares mana pernah tak acuh dengan pacar kesayangannya seperti ini.

Tiba-tiba Ares meletakkan ponselnya di meja kafe, menenggak kopinya yang sudah tidak panas hingga tandas, lalu mengambil bungkus rokok, korek, dompet, ponsel dan kunci motornya yang ada di atas meja, "Cabut bentar, nitip tas." Pamitnya singkat, kemudian melenggang pergi dari sana tanpa sepatah kata apapun lagi.

Buat mereka yang ada di sana menatap heran sekaligus cemas. Ada apa dengan mereka berdua?

"Biarin aja dulu." Kata Aji yang sama seperti Ares hanya diam memperhatikan sedari tadi.

"Bukan gituu, Jii. Nanti kalo misal ada apa-apa kita 'kan jadi nggak tau, seandainya kak Rena atau bang Res butuh kita tapi kitanya nggak tau apa-apa, gimana bantunya?" Sahut Chellia, dari warna suaranya saja sudah tertebak, sekhawatir apa kekasihnya saat ini.

The Djeong'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang