30. Almaheera dan Markareza

2K 156 2
                                    

Jam masih menunjukkan pukul delapan lewat dua puluh lima, tapi tidak sesuai dengan perkataannya pada Mark semalam, Alma sudah bangun dari acara tidurnya. Ia sedang bersama kembarannya, kakak laki-lakinya dan juga sang ayah di ruang keluarga saat ini.

Ini semua karena ulah sang ayah dan Ares yang pagi-pagi sudah menggedor-gedor pintu kamarnya, menyuruhnya bangun dan ikut sarapan, padahal anak perempuan satu-satunya di keluarga Dewangsa itu sudah memberi pesan dari sore hari sebelumnya pada sang ibu, kalau ia tidak akan bisa ikut sarapan bersama karena malamnya ia harus ikut Mark ke arena dan markas besar, yang mana pastinya akan pulang sangat larut.

Memang, ayah, kembaran dan kakak laki-lakinya itu kerjaannya hanya bisa menganggu saja, kurang akhlak.

Alma tengah meletakkan kepalanya di atas paha Ares, saat ini. Ares sendiri sedang bermain game di ponselnya, duduk di bawah dekat kaki sofa, sedangkan kakak laki-lakinya, Hendery Abimanyu Putra Dewangsa, atau biasa dipanggil Dery. Ia duduk bersama dengan si kepala keluarga di sofa, Johnny Bhalendra Dewangsa.

"Hiiihhh... Aku inii... Masihhhh... Ngantukkk... Hueee..." Rengek Alma heboh, ia merengek sambil mendusalkan wajahnya di perut Ares. Ya 'kan, manja.

Ini kalau Rena lihat posisi mereka, bisa dipastikan dua gadis galak itu akan bertengkar hebat. Mengingat, Rena sebenarnya cukup posesif pada Ares, walaupun Alma kembarannya sendiri.

"Kamu tidur jam berapa sih emangnya, Ndut?" Sahut sang ibu dari arah tangga, wanita itu, Tenitha Chittadraya Zelinne. Ia berjalan dengan pelan dari tangga, ingin menghampiri keluarganya yang sedang bersantai di ruang keluarga.

"Ih, Mae... Jangan Ndut-Ndut gitu, dong... Aku nih, seksi tau. Gendut mananya coba.." Kata Alma lagi, masih ngambek pokoknya.

"Yayaya..." Balas Tenitha malas.

Yang lain hanya tertawa melihat kedua Ratu di keluarga Dewangsa itu 'bertengkar'. Tenitha juga sering sekali menganggu Alma, malah bisa dikatakan dia-lah yang paling sering menganggu anak perempuan satu-satunya itu.

Tapi, kalau Alma harus meninggalkan rumah selama beberapa hari untuk suatu hal atau hanya menginap di rumah Mark sehari saja, Tenitha juga lah yang paling banyak mengatakan rindu pada gadisnya itu.

Contohnya, "Si Ndut kapan balik, sih? Kok lama banget, ya?" Katanya dengan lemas. "Apanya yang lama, Mae?" Sahut Hendery.

"Adekmu itu, keluarnya lama banget, sih." Gerutu Tenitha. "Adekku ada dua, Mae. Yang mana satu?" Tanya Hendery, jengah juga dia lama-lama.

"Ya si Ndut, lah. Siapa lagi." Jawab wanita itu dengan ketus. Hendery hanya bisa memutar bola matanya malas, "Mae, anak Ndut-mu itu baru keluar dua puluh menit yang lalu. Udah ditanyain aja, sih.." Jawab Hendery lelah.

Back to them...

"Tidur jam berapa sih lo, emangnya?" Tanya Ares, tangan kirinya bergerak mengusap-usap kepala Alma yang tengkurap di pahanya.

Tenang saja, dia hanya bernafsu pada Rena, yang lain tidak.

"Gatau.. Jam berapa, ya?" Ia lupa jam berapa semalam, setelah menemani Mark, ia juga ikut tertidur, tapi tidak lihat sudah jam berapa.

"Jam tigaan, kayaknya." Lanjutnya, kemudian berbalik badan dan mulai menonton tayangan favoritnya di tv.

"Malem banget? Ngapain dulu? Kamu bukannya pulang jam satuan, ya?" Tanya sang ayah.

"Aku nemenin mas Reza dulu.. Kasian dia masih harus begadang karena ngurusin laporan buat Pekan Olahraga nanti." Ucapnya sedih. Kedua matanya memang fokus menonton, tapi tatapan matanya kosong, dari raut wajahnya terlihat sekali kalau anak paling bungsu Johnny itu sedang dirundung sedih yang teramat.

The Djeong'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang