8. Papa Mau Pergi Lagi

2.2K 227 2
                                    

Jeffrey dan keempat anaknya sedang makan malam saat ini. Mereka makan dengan tenang. Sesekali Jeffrey bertanya perihal pendidikan atau hal-hal lain pada anak-anaknya.

Sampai dessert mulai dihidangkan di hadapan mereka satu persatu, sesuai dengan kesukaan mereka berlima.

"Boys.. Sebenernya, Papa mau izin sama kalian berempat." Kata Jeffrey, membuka percakapan lagi di antara mereka.

"Mau izin apa, Pa?" Tanya Shaka sambil mengunyah puding cokelatnya.

"Papa 'kan kemarin ke London, Papa sebenernya mau bangun properti di sana, Resort baru gitu. Pembangunannya baru mau dimulai minggu depan. Nah, selama beberapa hari Papa di sana itu, kita rapat untuk bahas segala macemnya, 'kan. Dan sebagai pemilik properti, Papa diwajibkan ada di sana untuk mantau langsung." Jelas Jeffrey sambil sesekali memakan pudingnya.

"Terus ini ceritanya, Papa mau izin buat tinggal di sana, gitu?" Sahut Jean tiba-tiba.

Jeffrey menghela nafas, "Yahh, gitu.. Tadinya Papa nolak, karna 'kan Papa mikir, kalian di sini sama siapa kalo Papa pergi?? Ini juga pertama kalinya Papa ninggalin kalian buat berbulan-bulan setelah Mami pergi. Papa mana tega, sih.." Keluh Jeff.

"Terus, gimana? Kita nggak mungkin ikut Papa, Sha sama Ji ada ujian kelulusan sebentar lagi. Kakak sama abang juga ada ujian kenaikan kelas, 'kan?" Tanya Shaka pada dua kakaknya.

Mark dan Jean hanya mengangguk. Mark acuh karena sedang memakan puding semangka kesukaannya, sedangkan Jean mulutnya penuh dengan kue kukisnya. Kukisnya yang ini bukan buatan maid, tapi pemberian dari Jemia, kekasihnya yang buatkan untuknya.

Aji ada di sana kok, hanya saja, anak itu diam sambil mendengarkan, perhatiannya fokus pada brownies cake-nya.

"Nah itu dia, tuh!" Sentak Jeffrey tiba-tiba, ia sampai membanting sendoknya cukup keras.

Sukses membuat tiga anaknya terkejut, dan Aji hanya mendelik pada sang ayah.

"Kalian 'kan tadi cerita, katanya Nathya dikeluarkan dari sekolah ya, 'kan?" Tanya Jeffrey, memastikan lagi.

Mark, Jean dan Shaka mengangguk, menatap curiga sang ayah. Aji sendiri hanya mengangkat satu alisnya, heran.

Yah, kalian jangan berharap banyak dengan Aji, ya? Dia nggak akan ngomong kalo nggak ditanya, soalnya.

"Rencananya, sih.. Papa mau minta tolong sama dia buat jagain kalian selama Papa nggak ada.. Tapi, itu masih rencanannya, ya." Tekan Jeffrey.

Jeffrey sangat berharap dalam hati, semoga Nathya belum mendapatkan pekerjaan lagi. Jadi, ia bisa meminta tolong pada wanita itu untuk menititipkan empat anak-anaknya selama ia di London nanti.

Sekalian latihan jadi ibu sambung juga boleh, hehe.

Modusmu, Jeff..

Entah salah lihat atau bagaimana, Jeffrey seperti melihat binar mata senang dan bahagia dari mata anak-anaknya, termasuk Aji, si es batu itu.

'Tumben..' Batin Jeffrey.

Aji sebenarnya agak kaget saat sang ayah ingin meminta bantuan Nathya untuk mengawasi mereka selama sang ayah akan berada jauh di negeri orang.

Ia merasa.. Senang? Yah, seperti itulah.

Dari empat anak Jeffrey, yang paling canggung dengan Nathya memang hanya Aji. Bukan, bukan karena Aji tidak menyukai atau risih dengan keberadaan wanita itu. Ia menyukainya, sangat. Tapi, Aji jadi selalu merindukan sang ibu saat ada Nathya di sekitarnya, karena Nathya mengingatkan Aji dengan mendiang Rose. Hanya itu. Selebihnya, Aji menyayangi Nathya sebagaimana semua kakak-kakaknya menyayangi wanita itu.

The Djeong'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang