Special Chapter; 5

960 68 4
                                    

"She, bener nggak apa-apa Nana sama kalian aja?"

Nathya, yang kini sudah rapih menggunakan dress cantik dengan tas juga beberapa koper yang ia bawa bersama suaminya, bertanya pada Shea dan shaka. Perihal Nyana yang untuk liburan kali ini tidak ingin diajak bersama mereka.

Shea terkekeh mendengarnya, ia menggeleng pelan, "Nggak apa-apa, Mamaa~ Kalo emang Nana mau sama kita, ya, kenapa, nggak? Ya, 'kan, Na?" Ucapnya sembari menoleh pada Nyana yang sibuk menonton televisi dengan bersandar manja di bahunya.

Nyana mengangguk, "Aku nggak mau ganggu liburannya Mama sama Papa kali ini, hehe~ Lagian, aku, tuh, udah gede... Masa masih mau ngintilin Mama sama Papanya liburan kayak anak kecil begini. Aku mau di rumah aja kali iniiii, yaaa? Lagian, ada Kakak sama Abang. Ada ponakan-ponakanku yang lusyu-lusyu iniii, hihhhh~ Kalo kak Shea sama bang Sha nggak bisa dititipin aku, ya, aku tinggal kabur ke rumahnya kak Mark, atau kak Je, atau bang Ji, hehe~" Kekehnya sembari mencubit pipi gembul anak dari Shea dan Shaka, Damian Hugo Anderson Djeong, atau panggil saja Dami, yang usianya kini menginjak dua tahun.

"Hah..." Nathya menghela napas, ia menatap sendu anak gadis satu-satunya itu. "Bener, ya? Jangan nakal-nakal, lho? Nurut kalo dibilangin sama mereka, nggak boleh ke luar malem lewat dari jam sepuluh, oke? Makan yang teratur, apalagi sarapan, jangan dilewatin. Terus juga, jangan jajan sembarangan, inget kamu itu sering sakit karena jajan sembarangan. Mending bikin sendiri atau minta bikinin, ya?" Tutur Nathya panjang lebar, yang hanya ditanggapi oleh Nyana dengan anggukan dan dehaman pelan.

"Nana~ denger, nggak, sayang?" Tekan Nathya lebih tegas, sambil berkacak pinggang, agar sang anak betul-betul paham dengan kalimatnya barusan.

"Iyaa, Mamakuu sayanggg~ aku denger, kok~ Harus sarapan, nggak boleh nggak. Nggak boleh keluar lewat dari jam sepuluh malem. Jangan jajan sembarangan. Jangan nakal-nakal dan harus nurut kalo dikasih tau. Apalagi? Udah, 'kaaannn?" Balas Nyana malas, makin mendusal manja pada Damian yang hanya tersenyum lugu menatap bingung sepasang ibu dan anak di hadapannya ini.

Tak lama, Shaka dan Jeffrey melangkah mendekat ke arah mereka setelah meletakkan tas juga koper yang akan mereka bawa untuk liburan kali ini. Shaka mengambil alih Damian ke gendongannya, yang langsung disambut dengan tawa riang dan ciuman gemas di pipi bulatnya. Buat yang lain tersenyum lebar melihatnya.

"Zallea." Panggil Jeffrey, buat Nathya menoleh ke belakangnya, "Yuk? Udah semua, 'kan?" Tanyanya memastikan.

"Tuh, udah sana jalannn... Nanti kalo kesiangan macet ke bandaranya, lho." Malah Nyana yang menyahuti ucapan sang ayah, memperingati dengan nada yang entah kenapa terdengar jahil.

"Nana, jangan nakal-nakal, ya. Jaga diri di sini, jangan nyusahin yang lain. Sebisa mungkin jangan sakit lagi, oke? Kabarin Papa sama Mama kalau ada apa-apa." Balas Jeffrey.

"Huft..." Nyana menghela napas dengan paksa, "Iyaaa~ Ya, Tuhan... Aku jaga diri di sini baik-baik, Papa sayang, Mama sayang... Udah sana jalan, ih. Nanti telat, lho???" Tuturnya kesal sendiri.

Jeffrey terkekeh, "Iya. Kita pamit. Sha, Shea, titip gadis badung satu itu, ya?"

Nathya yang mendengar ucapan Jeffrey lantas memukul lengannya pelan, "Ish, apa, sih? Sama anak, kok, gitu?"

"Aku nggak badung, ya, huuu! Omelin si Papa jelek itu, Ma!" Ledek Nyanya.

"Yeee, kalo Papa jelek, kamu dapet muka cantik gitu dari mana kalo bukan dari Papa? Kamu 'kan fotokopinya Papa, wleee~" Ledek Jeffrey balik.

"Lho, aku mah mirip Mama cantik. Siapa yang mirip Papa? Wuuu~"

"Udah-udah. Kok, malah ribut sendiri. Ayo, Mas." Lerai Nathya, menarik pelan lengan Jeffrey agar berhenti saling ledek dengan sang anak, kemudian ia melangkah mendekati Nyana.

The Djeong'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang