9. Kasmaran

2.5K 233 1
                                    

Jam yang ada di dinding kamarnya itu baru menunjukkan pukul tiga lewat lima belas menit di sore hari. Tapi, Jeffrey sudah rapih dengan setelan serba hitamnya.

Celana jins hitam, kaos polos hitam, dan topi hitam dengan tulisan brand terkenal di bagian depannya. Intinya, Jeffrey sudah mirip seperti anak gaul Jakarta yang ingin berkencan dengan pacarnya.

Pacar? Yang mana? Punya juga nggak.

Jeffrey turun perlahan dari lantai dua, melewati ruang keluarga di mana semua anaknya ada di sana dengan kegiatan mereka masing-masing.

Mereka baru saja pulang sekolah, omong-omong. Jeffrey yakin sekali, mereka belum mandi, kecuali Aji. Anak itu rambutnya terlihat masih basah dan pakaiannya cukup rapih.

Jeffrey berhenti sejenak di dekat ruang keluarga, memperhatikan empat anaknya sedang apa.

Mark dan Jean rupanya sibuk bermain PS di depan tv, sedangkan Shaka dan Aji hanya main online game di ponsel masing-masing.

Jean yang sadar ada siluet seseorang di dekat ruang keluarga menoleh. Dan ternyata, semuanya memang menyadari ada seseorang di sana.

"Hayoo.. Papa mau kemana tuchh.. Rapih bener. Udah kayak mau malmingan aja." Kata Jean jahil.

"Besok Sabtu padahal." Ledek Shaka.

Jeffrey maju dan berdiri di samping sofa yang tengah di duduki oleh Shaka dan Aji.

"Kepo, deh." Katanya.

"Idihh.. Mau ngapelin aunty Tya ya, Pa?" Ledek Mark.

Jeffrey mendelik mendengar pertanyaan Mark barusan. Darimana anaknya tahu? Ia tidak merasa bilang-bilang pada mereka kalau hari ini Nathya akan mulai menginap di sini.

'Tau dari mana nih anak?' Batinnya.

"Kamu tau dari mana Papa mau ketemu sama dia?" Tanya Jeffrey heran, matanya masih memicing galak pada Mark.

"Taulah.. Kalo mau jalan biasa doang mah, ngapain wangi-wangi begini.. Ini mah seisi rumah juga tau Papa mau ngapelin cewek." Sahut Shaka jahil.

"Ini lagi. Sok tau banget sih, hm?" Kata Jeffrey, menjewer pelan telinga Shaka.

"Dih, siapa yang nggak tau Papa suka sama dia. Nanya sama supir Papa juga dia pasti tau. Papa aja yang payah nggak mau ngaku. Ya 'kan, Kak?" Ledek Jean, mencari pembelaan dari Mark.

Mark mengangguk, mengiyakan. Raut wajahnya sangat kentara sekali meledek Jeffrey. Menyebalkan, pokoknya. Membuat pria yang diledek memicing kesal pada mereka semua, kecuali Aji.

Tadinya, sampai...

"Sekali liat semua orang juga langsung tau kali." Sahut anak itu tiba-tiba dan sangat pelan.

Tapi, cukup untuk di dengar mereka semua yang ada di sana. Dan, sontak saja membuat mereka berempat kaget.

"Lagian siapa yang nggak suka sama dia." Tambahnya.

Hei, ini Aji lho yang berbicara. Anak itu ikut meledek papanya bersama tiga kakaknya. Jarang-jarang 'kan Aji begini. Padahal, matanya masih fokus pada layar ponselnya.

Jeffrey dan tiga anaknya mendelik pada si bungsu itu. Apalagi Jeffrey, ia menatap tajam Aji.

'Apa-apaan tuh katanya barusan.' Batin Jeffrey kesal.

"Heh! Lo suka sama aunty Tya?? Gue bilangin Chellia, ya?!" Sentak Shaka, kaget setelah mendengar kalimat dari adik kembarnya itu.

Aji hanya mengendikkan bahunya acuh, ia beranjak dari sana, dan naik ke kamarnya untuk berganti pakaian. Ia ada janji dengan gadisnya nanti.

The Djeong'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang