25. Arena

2K 170 5
                                    

Sebulan sudah Jeffrey berada di negeri orang, dan niatnya Sabtu ini dia akan pulang ke Indonesia.

Sudah sedari Jum'at pagi Jeffrey berangkat dari International Heathrow Airport menuju bandara milik keluarganya menggunakan pesawat pribadinya. Perkiraan kedatangannya di Indonesia sekitar dini hari sampai waktu subuh.

Jeffrey sudah meminta pada Nathya agar tidak perlu menjemputnya di bandara. Namun, ternyata wanita itu nakal sekali. Ia memaksa untuk datang ikut menjemput kekasihnya. Sedari pukul tiga pagi Nathya sudah duduk manis di bangku tunggu yang ada di bandara bersama supir pribadi Jeffrey yang duduk di belakangnya.

Lebih dari sekitar setengah jam, Jeffrey telah sampai di Djeong's Airport. Ia berjalan perlahan menuju pintu ke luar VIP. Seluruh barang-barangnya sudah dibawa oleh bodyguard-nya, dan hanya satu tas saja yang ia pegang.

Keluar dari pintu VIP, dari tempatnya berdiri, Jeffrey bisa melihat dengan jelas bagaimana supirnya tengah berusaha menjaga posisi kepala Nathya agar tidak terantuk karena wanita itu tertidur lelap, tanpa—sebisa mungkin—menyentuh calon majikannya ini.

'Bandel, ya. Udah dibilangin nggak usah jemput juga..' batin Jeffrey geli.

Sebelumnya...

Nathya agak mengantuk saat menunggu Jeffrey, maka ia memutuskan untuk memejamkan matanya sebentar setelah melihat jam yang melingkar di tangannya, masih sekitar empat puluh menit lagi Jeffrey tiba.

Di belakang kursinya, duduk si supir pribadi milik Jeffrey yang sudah ia paksa untuk mengizinkannya ikut menjemput Jeffrey. Walaupun, supir pribadi Jeffrey itu sudah diperingati agar jangan sampai Nathya meminta ikut. Tapi, yang namanya Nathya Hazallea, permintaannya mutlak. Maka, sang supir pun tidak sanggup menolak, tidak tega, lebih tepatnya. Karena melihat kerinduan yang Nathya pancarkan lewat mata layunya yang sudah mengantuk.

"Pak, kalo udah mau jam empat bangunin saya, ya? Saya ngantuk, hehe." Gitu katanya pada sang supir sebelum tertidur.

Sang supir hanya bisa mengangguk dan tersenyum hangat pada Nathya, menuruti permintaan si calon nyonya Anderson Djeong itu.

Tapi, saat jam mulai ingin sampai pada angka empat, sang supir rasanya tidak tega ingin membangunkan Nathya yang terlihat pulas walaupun tempatnya tidak senyaman di atas tempat tidur. Makanya, ia tidak membangunkan Nathya.

"Daritadi, Pak?" Tanya Jeffrey pelan saat sudah berada di hadapan mereka berdua.

"Iya, sekitar setengah jam yang lalu, tuan Jeffrey." Ucap sang supir dengan senyum tidak enaknya.

Tidak lama, setelah si supir berbicara, kepala Nathya oleng ke bawah. Jeffrey yang refleksnya bekerja cepat langsung menangkup kepala Nathya dengan kedua tangannya. Hampir saja kepala wanita tersayangnya ini menghantam lantai.

Ponsel dan waistbag yang tadi ia pegang sedaritadi jatuh begitu saja ke lantai bandara yang dingin.

"Ya Tuhan... Bikin kaget aja. Dasar nakal." Ucap Jeffrey pelan sambil tersenyum gemas.

Perlahan, Jeffrey berlutut di depan Nathya, lalu memindahkan kepala Nathya ke pundaknya, berusaha sebisa mungkin untuk tidak membangunkan kekasihnya, lalu setelah itu ia gendong ala koala menuju mobil.

Bahkan, sampai ke dalam kamar sekalipun, dan saat Jeffrey sudah membaringkan Nathya di kasurnya perlahan, lalu ia tinggal mandi dan ganti baju, Nathya tidak bangun sedikitpun. Tidurnya benar-benar nyenyak.

"Yang begini maksa jemput ke bandara? Padahal ngantuk parah. Ck ck ck..." Decak Jeffrey geli.

Tidak lama kemudian, ia ikut masuk ke dalam selimut, memeluk tubuh Nathya dengan erat dan ikut berselancar ke alam mimpi bersama sang kekasih yang sangat ia rindukan ini.

The Djeong'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang