24. The Next Morning

2.4K 200 2
                                    

Mark, Jean, Shaka, Aji dan Ares tengah berada di dapur saat ini. Mereka baru saja selesai membuat sarapan, yang dibantu oleh para maid yang ada di rumah Chellia, tentunya. Kalau nggak dibantu bisa kebakaran satu rumah besar ini yang ada, haha.

Tidak lama setelah sarapan dihidangkan di atas meja makan, satu-persatu para gadis itu terbangun sendiri karena mencium aroma makanan dan menghampiri kekasih mereka di ruang makan, lalu ikut sarapan bersama.

Dan rupanya, si tuan rumah malah bangun paling terakhir. Aji yang tadinya ingin menunggu gadisnya datang sendiri akhirnya memilih menghampiri Chellia di ruang tengah.

Tiba di depan ruang tengah, Aji bisa melihat bagaimana Chellia masih terlelap dengan nyaman dibalik selimut, masih mengenakan jaket Aji yang semalam.

Aji menghampiri Chellia, mengusap pipi tembam kekasihnya dengan jari telunjuk, lalu berbisik tepat di telinga gadisnya,"Rise and shine.. Good morning, baby.."

Chellia menggeliat pelan setelah mendengar samar suara berat Aji, "Eunghhh..." Erangnya, lalu mengeratkan selimut yang menutup tubuhnya. Snuggled into it.

Aji terkekeh gemas, "Bangun, sayang.. Sarapan dulu, yuk."

Chellia membuka matanya perlahan, lalu berusaha menyesuaikan kedua matanya dengan cahaya yang masuk ke dalam penglihatannya.

"Hnggg... Udah jam berapa?" Tanya Chellia, tangannya terulur, minta digendong Aji.

"Jam tujuh lewat. Sarapan dulu, ya? Abis itu kalo mau tidur lagi, silakan." Kata Aji, menggendong Chellia di depan tubuhnya, ala koala, lalu membawa kekasihnya ke ruang makan.

"Nggak mau duduk sendiri." Bisiknya.

Aji menggeleng pelan dengan tingkah manja Chellia di setiap pagi hari. Ia sudah biasa menghadapinya. Sudah bertahun-tahun.

"Aduh, Princess kita baru bangun bobo." Ledek Alma, saat melihat Chellia yang sudah duduk dengan nyaman di pangkuan Aji, dan Chellia hanya terkekeh serak menanggapi ledekannya.

Sungguh, suara semua gadis ini jadi tambah serak, lebih-lebih dari semalam.

"Suara kalian kok jadi pada serak begitu, sih? Semalem tuh nyanyi-nyanyi apa teriak-teriakan coba??" Tanya Mark, lalu tangannya bergerak mengusap sudut bibir Alma.

"Latihan jadi pemandu sorak kalian semalem, hm?" Goda Jean.

"Nggak tau, ya. Padahal semalem tuh nyanyi-nyanyi juga biasa aja." Sahut Jemia, tangannya mengambil kerupuk yang ada di mangkuk milik Jean karena miliknya sendiri sudah habis. Jean sih diam saja melihatnya.

"He'em. Nggak ada teriak-teriak, tuh." Tambah Rena.

Bohong. Semalam, mereka semua bernyanyi on top of their lungs. Benar-benar teriak sekuat tenaga, menghilangkan jenuh karena sebentar lagi ujian. Orang yang berada di luar playroom Chellia bahkan bisa mendengar, seberisik apa mereka tadi malam. Padahal, ruangan itu kedap suara.

"Aji, aaa..." Ucap Chellia pelan karena suaranya seperti akan hilang, lalu menyodorkan sendok bubur yang tengah ia pegang ke depan mulut Aji.

"Kamu aja yang makan. Nggak kenyang kamu nanti. Ini aku juga masih ada." Bals Aji pelan, menunjuk mangkuk buburnya yang masih tersisa sedikit.

Chellia cemberut, "Aku kenyaangg..." Keluhnya.

Aji menghela nafas pelan, "Habisin, Chellia. Kamu cuma nyuap dua kali doang daritadi." Titahnya lebih tegas. "Jangan dikira aku nggak liat, ya. Aku merhatiin." Lanjutnya.

Chellia memang susah sekali kalau disuruh sarapan pagi. Tidak ada masalah apa-apa, kok. Memang dasar anaknya saja yang malas. Nanti, kalau sudah masuk jam sembilan atau lebih sedikit, anak itu akan mengeluh lapar, padahal jam ngemil-nya pukul sepuluh sampai pukul sebelas. Kalau sudah begitu, nanti lambungnya yang kena. 'Kan kebiasaan.

The Djeong'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang