Bonus Chapter (6-2)

1.8K 112 12
                                    

WARNING!!! NSFW AHEAD!!!
Minor please be wise!!!

WARNING!!! NSFW AHEAD!!!Minor please be wise!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Anak gadis Mae... Sekarang sudah jadi wanita dewasa yang sangat cantik, calon istri orang... Tuhan... Mae seneng, tapi sedih juga, haha... Kenapa cepet banget, ya?" Tenitha, berucap penuh kasih dan cinta pada anak gadis satu-satunya yang ia miliki, mengusap sayang pundak Alma yang tereskpos dengan elegan dan cantiknya.

"Mae... Kemaren 'kan udah nangis-nangisannya, nanti riasannya rusak, ih..." Rengek Alma, kedua matanya kembali berkaca-kaca, tanda bahwa ia bisa saja menangis kembali.

Padahal, aslinya lelah. Air matanya seperti tidak ada habisnya, padahal sudah dikeluarkan sebegitu banyaknya kemarin.

"Maaf ya, sayang... Mae masih nggak nyangka aja, putri kecil Mae yang dulu ke mana-mana masih harus sama Mae, sekarang udah mau menikah, dengan cinta sehidup-sematinya. Sayang, Mae bakal selalu ingetin ke Hera, ya... Mau bagaimanapun keadaannya kelak, tolong berbahagia lah, hormati dan hargai suamimu, layani dia sepenuh hati, apa yang dikatakan, selagi hal itu adalah baik maka segerakan, dengan begitu Mae dan Papa bakal tenang karna putri kami diajarkan dengan baik, dihargai, dihormati, dijaga dan dilindungi dengan sepatutnya. Tapi, seandainya, suamimu nggak bisa beri bahagia, pulang, Almaheera. Pulang, ya? Biar Mae yang beri bahagia buat putri Mae ini. Biar Mae yang susun patahnya Hera satu persatu supaya kembali utuh. Biar Mae peluk jiwa-raganya supaya kembali tersenyum. Mae sayang banget sama Hera, putri Mae satu-satunya. Do'a Mae pada Tuhan dan semesta, semoga selalu berbahagia hidup dan matinya, anakku sayang." Tutup Tenitha dengan kecupan sayang pada kening anak gadis satu-satunya itu.

Johnny, sang ayah, tersenyum hangat mendengar kalimat sang istri pada anaknya. Kini, giliran ia yang berbicara. Melangkah pelan mendekati sang anak dan istrinya, Johnny memeluk sayang tubuh Alma, menepuk-nepuk punggungnya untuk menenangkan khas seorang ayah pada anaknya, "Anak Papa yang cantik... Sudah besar, sudah dewasa, sudah waktunya untuk menikah, bahkan dua kakaknya dilangkahi. Aduhai... Papa bahagia, sayang. Tapi, sedih juga. Almaheera Prajna Paramita, sayangnya Papa, Princess kecilnya Papa... Sayang, pada Tuhan dan semesta, Papa berdo'a, semoga selalu bahagia hidupnya. Kalau, suamimu nggak bisa beri bahagia, pulang, nak. Pulang, ya? Biar Papa yang beri bahagia buat anak cantik Papa. Biar Papa yang susun kembali hatinya satu persatu, supaya kembali utuh. Biar Papa yang balas jahatnya dunia supaya Princess-nya Papa bisa senyum kembali. Almaheera, sayangnya Papa, berbahagialah, putri kecil Papa." Bisiknya penuh cinta, mengecup lama kening Alma, sebab untuk Johnny, cukup hanya dirinya dan sang anak yang tahu, do'a apa yang ia panjatkan untuk putri kecilnya.

Dan kini, giliran Hendery pula yang tengah tertawa geli melihat keluarganya saat ini untuk memberikan sepatah dua patah katanya untuk sang adik manis. Melangkah pelan menghampiri adiknya, menggantikan posisi sang ayah, ia menangkup pipi Alma dengan lembut, menempelkan kening mereka berdua, persis seperti apa yang Ares lakukan semalam pada Alma.

The Djeong'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang