13. Papa dan Empat Buntutnya

2.2K 202 0
                                    

Setelah berhasil menenangkan hati dan pikirannya, Nathya kembali merapihkan barang belanjaannya di dapur, ditemani dengan Shaka. Mark memilih kembali naik ke atas karena ada tugas dan berbagai macam laporan Osis yang harus ia evaluasi dan kerjakan. Sedangkan, Jeffrey berada di ruang kerjanya, tiba-tiba saja mendapat panggilan dari pihak yang berada di London sana. Dan Jean sendiri pergi menjemput Jemia di rumahnya, agenda mereka tiap Sabtu dan Minggu. Jemia akan menginap di rumah Jean dan besok paginya mereka akan olahraga atau bersepeda bersama.

"Ah, iya.. Tante mau nanya dong, tapi kamu kira-kira tau, nggak?" Kata Nathya, memecah keheningan di antara mereka, sambil tangannya bergerak mengupas kulit apel dan memotongnya kecil-kecil, sesuai permintaan Shaka.

"Mau nanya apa emangnya, Aunty?" Tanya Shaka, ia bergerak duduk di kursi konter, memperhatikan Nathya dengan seksama.

"Kalian itu ada alergi gitu nggak sih sama sesuatu? Makanan, minuman, cairan, hewan atau apapun gitu?" Tanya Nathya.

"Bang Je tuh, dia ada alergi sama bulu kucing, Aunty.." Jawab Shaka sambil memakan buah apel yang sudah dikupas oleh Nathya sebelumnya.

"Oh, ya? Tapi kayaknya Aunty sering tuh liat dia main sama kucing liar di sekolah??"

Seingatnya, ia pernah tak sengaja beberapa kali melihat Jean bermain dengan kucing di belakang gedung sekolah atau kadang di lapangan depan sekolah.

"Ya emang anaknya aja yang badung. Makanya, sering banget pulang sekolah badannya merah-merah terus gatel gitu.. Untungnya nggak sampe sesek nafas kayak waktu dia masih kecil." Jelas Shaka.

Nathya terkekeh geli mendengar perkataan Shaka yang terdengar seperti tengah menggerutu pada abang keduanya itu.

"Gimana, ya.. Abang Je itu walaupun mukanya sangar, badannya gede.. Dia itu yang paling penyayang, lho... Yang paling sering curhat sama Aunty di ruang BK 'kan dia." Ujar Nathya.

"Iya, sih.." Gumam Shaka.

"Terus, yang lain? Ada alergi juga, nggak?" Tanya Nathya lagi.

"Nggak ada, Aunty.. Aku sama Ji suka apa aja, asal jangan ninggalin aftertaste effects di mulut. Bang Je juga makan apa aja dia, mah." Jelasnya.

"Terus kalo kak Mark... Eumm.." Matanya bergulir memperhatikan sekitaran dapur.

Lalu, "Oh! Ini, nih!! Kakak suka banget sama buah ini, Aunty. Nggak ada hari tanpa makan ini. Bisa mati kali kak Mark kalo nggak makan dia ini, hahaha.." Ucap Shaka sembari tertawa geli sambil tangannya menunjuk buah besar, bulat, berkulit hijau dengan garis pola warna hitam, berdaging merah terang dan memiliki banyak biji kecil warna hitam, yang ada di meja konter, di belakang keranjang buah.

Buah semangka. Apalagi, memangnya?

Maniak semangka kalau kata Jean dan Aji.

Nathya tertawa geli saat itu juga, sukses membuat Shaka yang melihatnya ikut tertawa gemas. Nathya sangat cantik saat tertawa, soalnya.

"Apa, nih? Asik banget kayaknya." Sahut seseorang yang tengah bersandar di dinding dapur.

"Nggak / nggak ada." Jawab Nathya dan Shaka bersamaan karena kaget tiba-tiba ada orang yang menginterupsi mereka.

Membuat orang itu, Jeffrey, terkekeh mendengarnya. Ia menghampiri mereka dan duduk di kursi konter dapur di sebelah Shaka.

"Eh, kak Mark kayaknya ada alergi, deh.." Ucap Shaka tiba-tiba.

Membuat Nathya dan Jeffrey menoleh pada anak itu.

"Masa? Katanya tadi nggak ada?" Tanya Nathya, bingung.

The Djeong'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang