BAGIAN 43 Empty FeelingHal pertama yang ada dalam pikiran Zhao Lusi ketika melihat reaksi Xiao Zhan adalah helaan napas pasrah.
Apa-apaan dengan sikap enggan itu, huh?! Mengapa laki-laki di depannya ini sangat bodoh?
Pada titik ini, Zhao Lusi sedikit memahami perasaan Xiao Zhan. Ya, laki-laki naif itu sudah jatuh lagi. Bahkan lebih merepotkan dari sebelumnya. Memang perasaan sulit dikendalikan, tetapi seharusnya tetap ada kesadaran diri ketika memilih siapa yang pantas disukai.
Zhao Lusi belum melihat sosok yang disukai Xiao Zhan sekarang, ia belum pernah bertemu. Tidak sulit baginya mengategorikan sosok itu ke dalam daftar pria bajingan. Tentu saja, jika mengikuti alur cerita Xiao Zhan tentang sosok itu, tak bisa dipungkiri bahwa ia terlihat baik. Namun, dia menduakan kekasihnya atau mungkin tunangan, lalu ia juga bermain kontrak dengan orang lain, bukankah itu merupakan hal buruk?
Lagi pula penilaian Xiao Zhan sangat subjektif. Dia menyukai laki-laki bajingan itu, maka setiap kata yang keluar dari mulutnya sudah pasti kelebihan saja. Seseorang yang sedang dilanda musim semi akan buta dan tuli, sulit mempercayai perkataannya.
Mendengus ringan, Zhao Lusi melepaskan cengkeraman dari bahu Xiao Zhan. “Angkat kepalamu,” ucapnya tegas.
Xiao Zhan ini, dia tidak memiliki kepercayaan diri yang rendah, dia juga pandai beradaptasi dengan lingkungan baik kelas atas maupun menengah, tetapi ketika berurusan dengan perasaan, mengapa tampak sangat polos dan naif? Di mana sikap acuh tak acuhnya?
Setelah Xiao Zhan mengangkat kepalanya dan menatap lurus pada manik mata Zhao Lusi. Barulah keseriusan tampak jelas di wajahnya.
“Zhan, apa kamu serius padanya?”
Xiao Zhan mengangguk, tetapi sesaat kemudian menggelengkan kepala. Sangat labil. Baru beberapa detik yang lalu menunjukkan keseriusan, di detik berikut tampak ragu-ragu. Dia memang tidak meragukan perasaannya terhadap Wang Yibo, itu murni melebihi rasa suka, tetapi di sisi lain ia ragu akan kelanjutan hubungan mereka. Bagaimanapun, laki-laki itu memiliki kekasih. Meski bersikap baik pada Xiao Zhan tetap masih bersikap baik juga pada kekasihnya.
Terkadang Xiao Zhan secara tak sengaja mendengar mereka berkomunikasi melalui ponsel, suara dan sikap yang ditunjukkan Wang Yibo pada kekasihnya sangat lembut dan perhatian. Dari situ saja sudah ketahuan jika Wang Yibo sangat menyukai kekasihnya.
Memikirkan itu membuat Xiao Zhan tanpa sadar menghela napas berat seperti sedang mengangkut beban berton-ton.
“Xiao Zhan!” Zhao Lusi membentak. Menyeret kesadaran laki-laki itu. “Tentukan bagaimana perasaanmu. Jika kamu serius, aku akan mendukung. Lagi pula mereka masih belum menikah, masih ada kesempatan untuk merebut hatinya.”
Xiao Zhan tertegun. Dalam hati mengakui kebenaran ucapan gadis di depannya. Manik mata yang semula redup kembali bersinar, jika diibaratkan dalam komik boys love, mata Xiao Zhan akan berbintang-bintang. Cerah dan hidup.
Zhao Lusi menggelengkan kepala, sangat mudah menghibur anak kecil. “Aku lelah.” Dia membawa langkah memasuki kamar yang telah disiapkan untuknya. Tak peduli pada apa yang dipikirkan Xiao Zhan tentang ide itu.
Sebenarnya Zhao Lusi tidak yakin atas apa yang diucapkan barusan. Bagaimanapun, itu adalah hal buruk. Merusak hubungan orang lain karena perasaan pribadi sangat bertentangan dengan prinsipnya selama ini. Namun, untuk Xiao Zhan ia bisa melakukan apa pun. Zhao Lusi memiliki perasaan berbeda terhadap laki-laki itu, bukan jenis perasaan suka antara laki-laki dan perempuan, jenis perasaan ini terlahir dari rasa bersalah dan keinginan untuk lebih dekat lagi.
Kehidupan yang dijalani Zhao Lusi selama ini tidak mulus. Dia kehilangan kasih sayang seorang ibu sejak dilahirkan. Meski ayahnya selalu baik, memperlakukan dia layaknya putri raja, memberi apa pun yang diinginkan, tetapi ia tetap egois dengan menginginkan kasih sayang seorang ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Season ✓
FanfictionUntuk sebagian besar hidupnya, Xiao Zhan merasakan ketidakberuntungan yang teramat besar. Setiap luka baru akan muncul di sisa-sisa malamnya. Luka yang membuatnya mengerang sakit akibat rasa ngilu yang menyentuh hatinya. Dia selalu menggigil di set...