"Pagi, Zhan!" Wang Zhuo Cheng menyapa Xiao Zhan. Laki-laki itu baru masuk kerja lagi setelah tiga hari mengambil libur lantaran sakit.
Xiao Zhan tersenyum tipis menanggapi sapaan itu. Bergegas duduk di kursinya dan mulai menyalakan komputer. Tangannya cekatan menggerakkan mouse dan bekerja cepat untuk menyusul ketertinggalannya, mengerjakan pekerjaan yang telah menumpuk selama tiga hari. Dia terlihat bersemangat, bukan semata-mata sedang dalam masa giat bekerja, tetapi Xiao Zhan berusaha keras untuk menghindari pikiran-pikiran yang beberapa hari terakhir mengusiknya. Tidak ingin terhanyut dalam kesedihan, meskipun sampai detik ini hatinya terasa lara. Setiap kali ingatannya nyaris menyentuh hari itu, rasa ngilu menjalar dari kaki hingga memukul tulang. Dan Xiao Zhan tidak ingin semuanya manjadi kacau hanya karena masalah hati.
Perihal duka, biarlah itu menggerayangi malamnya dan mengundang rasa sakit pada tubuhnya. Xiao Zhan hanya sedang berusaha hidup senormal mungkin, seperti tidak pernah ada seseorang yang dicintainya dan pergi begitu saja. Katakan saja dia melarikan diri dari kenyataan, tapi Xiao Zhan memang egois. Menyimpan begitu banyak emosi buruknya untuk dihidangkan pada diri sendiri. Tidak ingin berbagi dengan siapa pun, tidak ingin menceritakan tentang apa pun. Dia hanya terlalu pengecut, sehingga memperlakukan dirinya dengan tidak adil. Kendati demikian Xiao Zhan tetaplah dirinya yang tidak bisa berbuat apa-apa, tidak bisa menjadi egois untuk memperoleh dan mempertahankan sesuatu yang seharusnya dimiliki.
Waktu bergulir dengan cepat pada porosnya. Seseorang yang terlalu serius memang seringkali meninggalkan banyak hal. Kecil maupun besar. Dan Xiao Zhan meninggalkan waktu makan siangnya. Beberapa karyawan lain sudah menawarkan ajakan mereka padanya, tapi dia terlalu berusaha keras untuk hal bodoh sehingga menghiraukan sekitar. Orang-orang mungkin merasa wajar, ketika melihatnya teramat tergesa dalam mengerjakan tugas.
"Xiao Zhan!" seseorang menyerukan namanya. Membuat yang bersangkutan sedikit tersentak dan berusaha melirik pada orang tersebut. Zhao Lusi berjalan mendekatinya dengan sebuah tas kertas. Beberapa karyawan sudah duduk di kursi mereka dan ada juga yang masih menikmati jam istirahat.
"Ada apa?" tanya Xiao Zhan ketika gadis itu sudah berdiri di samping kursinya. Atensi laki-laki itu masih pada komputernya dan mengacuhkan keberadaan orang lain, hal tersebut membuat Zhao Lusi naik pitam. Dengan sentakan pelan dia menarik wajah Xiao Zhan untuk melihat ke arahnya. Laki-laki itu mengernyitkan kening dan disusul sebelah alis yang terangkat.
"Ada apa, Lusi? Pekerjaanku masih banyak."
Sudut bibir Zhao Lusi terasa berkedut, sungguh hasrat yang sangat menggebu untuk melontarkan kata-kata umpatan. Sayang sekali ada banyak orang di sekitar mereka, tidak mungkin dia meninggalkan etikanya hanya karena seonggok daging kurus kering di hadapannya. Tangan yang memegang tas kertas itu dia gerakkan untuk kemudian meletakkan tas kertas tersebut di atas meja Xiao Zhan.
"Makanlah, tadi kubelikan roti coklat."
Xiao Zhan menanggapi dengan anggukan kecil.
"Sekarang!" perintah Zhao Lusi. Melepas pegangannya pada pipi Xiao Zhan. Laki-laki itu menurut, meskipun pada awalnya terlihat enggan dan ogah-ogahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Season ✓
FanficUntuk sebagian besar hidupnya, Xiao Zhan merasakan ketidakberuntungan yang teramat besar. Setiap luka baru akan muncul di sisa-sisa malamnya. Luka yang membuatnya mengerang sakit akibat rasa ngilu yang menyentuh hatinya. Dia selalu menggigil di set...