BAGIAN 55 One Day in The New YearTidak ada hal yang bisa disembunyikan selamanya. Segala sesuatu memiliki batas waktu, baik awal maupun akhir. Itulah mengapa Xiao Zhan tidak terlalu khawatir ketika tahu bahwa ada kemungkinan besar jika kekasih Wang Yibo mengetahui hubungan rahasia di antara mereka.
Siapa yang tidak akan curiga ketika mendengar suara ambigu dari ponsel kekasihnya? Tidak ada, ‘kan? Namun, entah sebuah keberuntungan atau bukan, sejak hari itu Wang Yibo tidak pernah membahas mengenainya. Seolah kesalahan tersebut tidak pernah ada. Xiao Zhan tidak banyak berpikir selain dari memiliki sebuah pandangan bahwa masalah di antara sepasang kekasih itu sudah diselesaikan dengan kepala dingin.
Selain itu, ia jika merasa bahwa kekasih Wang Yibo bukanlah tipikal yang akan memiliki kesalahpahaman tingkat tinggi, rasa posesif berlebih, dan otak setengah terisi. Jika seperti yang dijabarkan, sudah pasti akan ada seseorang yang menargetkannya dan mengatakan mengenai perebutan kekasih orang lain, atau akan ada orang yang menggedor-gedor pintu apartemen sambil marah menyeretnya pergi.
Xiao Zhan bersyukur tidak mengalami kejadian-kejadian buruk seperti itu. Meskipun faktanya juga tidak sebaik dalam pikiran. Kekasih Wang Yibo, Xi Luhan, laki-laki itu tidak pernah membahas hal tersebut. Baginya, itu bukan masalah penting yang memerlukan rasa cemburu dan amarah tidak masuk akal. Xi Luhan tidak mengikat Wang Yibo, terserah laki-laki itu mau melakukan apa pun, dengan siapa pun ia tidur bukan urusannya selama mereka tidak putus.
Tanpa disadari hari berlalu dengan cepat, sejak tanggal 29 Wang Yibo sudah kembali ke tempat kekasihnya, ia meninggalkan Xiao Zhan di apartemen sendirian. Tahun baru akan berlangsung dalam satu jam ke depan, ribuan kembang api akan memenuhi langit seperti bintang-bintang, bulan tidak akan kesepian.
Menarik selimut dan membungkus diri dengan benda itu, Xiao Zhan berjalan ke balkon. Bersandar ke tepian balkon dan mendongakkan kepala menatap hamparan langit gelap. Angin dingin berembus menyapu wajahnya menyisakan jejak kemerahan.
Meskipun ia sendirian di apartemen itu, tetapi Wang Yibo lebih sering menghubunginya duluan. Entah menanyakan hal-hal sepele seperti apa yang dilakukan dan bagaimana keadaanmu. Hanya pertanyaan murahan seperti itu saja sudah membuatnya merasa senang sampai-sampai menempatkan Wang Yibo dalam daftar teratas seseorang yang sangat disukai.
Bukannya tidak paham, ia tahu bahwa laki-laki itu melakukannya karena janji yang diminta Xiao Zhan tanpa sadar ketika mabuk, bukan karena inisiatif sendiri. Namun, bagi Xiao Zhan, setidaknya ada seseorang yang masih peduli, sudah menjadi sebuah kemewahan baginya.
Menjelang pergantian tahun, beberapa orang yang dikenal menghubungi, tetapi tidak satu pun yang diterima. Sehingga mereka memilih mengirim pesan teks. Hal itu berlaku juga untuk kakak iparnya, tidak peduli sebaik apa hubungan mereka saat ini. Selama bukan Wang yibo, ia tidak akan berbicara dengan siapa pun.
Xiao Zhan mungkin sudah mulai kehilangan diri sendiri. Ia bertukar pesan di sepanjang jam-jam terakhir malam itu. Sampai ratusan kembang api meluncur ke atas langit, meledak, dan cahaya berwarna-warni membentang di langit hitam.
Mengambil sebuah foto dan mengirimkannya pada Wang Yibo.
[Selamat Tahun Baru.]
Bibir menyunggingkan senyum ketika balasan diterima.
[Selamat Tahun Baru juga.]
Tanpa gambar, tanpa keterangan emotikon, atau stiker, tetapi sudah bisa membuat Xiao Zhan merasa senang. Hanya dengan balasan Wang Yibo ia tidak peduli pada pesan-pesan orang lain. Bukan berarti tidak membalas, tetapi abaikan dulu untuk sementara waktu.
Toh, tidak akan ada yang pergi dari ponselnya.
Perlahan kemeriahan di atas langit lenyap satu per satu, hanya dalam beberapa menit langit kembali sunyi meninggalkan bulan sendirian lagi bersama bintang yang jauh. Alih-alih merasa kosong, Xiao Zhan justru menampilkan senyuman di bibir.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Season ✓
FanfictionUntuk sebagian besar hidupnya, Xiao Zhan merasakan ketidakberuntungan yang teramat besar. Setiap luka baru akan muncul di sisa-sisa malamnya. Luka yang membuatnya mengerang sakit akibat rasa ngilu yang menyentuh hatinya. Dia selalu menggigil di set...