BAGIAN 47 Friend’s Scepticism
Jeffrey terlalu bersemangat ketika mendengar bahwa ada seseorang yang bisa membantunya membeli hadiah untuk seseorang yang disukai. Sebenarnya, ada alasan khusu mengapa ia mengajak Xiao Zhan, tetapi siapa sangka jika Wang Yibo akan mengikuti. Ini agak canggung dan malu untuk bertanya secara langsung pada Xiao Zhan di depan sahabatnya. Bagaimanapun, hubungan mereka memang baik, tetapi sering kali saling mengejek jika mengenai perasaan.
Terlebih bagi Jeffrey yang terbiasa menghina Wang Yibo, harga dirinya akan dicabik-cabik jika korban ejekannya mengetahui bahwa ia tak kalah payah dalam mengejar seorang gadis.
Ada pun Wu Yifan, Jeffrey sudah mengetahui identitas orang ini sejak awal. Sebagai pembalap dan tuan muda generasi kedua, pasti tidak asing dengan sosok wanita. Karena alasan sederhana itulah ia berani menariknya masuk ke dalam mobil.
“Jadi, benda apa yang bagus untuk dijadikan hadiah ulang tahun?” Jeffrey bertanya setelah mobil melaju beberapa detik, meninggalkan area parkir, dan tidak memperhatiakn dua orang lain. Entah mereka mengikuti atau tidak, seakan ia melupakannya.
Duduk di samping, Wu Yifan menyandarkan diri dengan santai, tetapi ekspresi wajah muram. Mendengus kesal dan menjawab dengan dingin, “Pergi ke mall.”
Alasan kemuramannya tentu saja oleh adegan penarikan paksa yang dilakukan Jeffrey. Tujuan Wu Yifan mengajukan diri dan mau repot-repot membantu adalah agar ia bisa menghabiskan waktu lebih lama dengan Xiao Zhan sekaligus bertindak intim di depan Wang Yibo. Namun, apa ini? Kenyataan ini terlalu jauh dari imajinasi. Hatinya bahkan semakin terbakar ketika melihat dari kaca spion Xiao Zhan dan Wang Yibo memasuki mobil yang sama.
Jeffrey mungkin bukanlah sosok yang benar-benar peka terhadap suasana hati orang lain, apalagi seseorang yang tidak terlalu dikenal. Namun, untuk saat ini, ketidaknyamanan Wu Yifan terlalu besar dan mudah dirasakan. Nada suara yang digunakan pun sedikit tidak enak.
Dari kaca depan melirik laki-laki yang duduk di kursi co-driver. Ekspresinya jauh berbeda dengan saat-saat ia mengajukan diri di parkiran, ujar Jeffrey dalam benak. Setelah itu ia membuka mulut dan bertanya, “Ada apa? Kamu tidak tulus?”
Wu Yufan menoleh ke samping, memicingkan mata. “Sebenarnya aku punya mobil dan aku bisa menggunakannya, tidak perlu menumpang.” Nada suaranya sarkas, bahkan ada garis miring yang tipis di bibir.
Pada titik ini, Jeffrey menyadari kesalahannya, mengetahui alasan buruknya suasana hati pihak lain. Ia terkekeh malu, menunjukkan deretan gigi putih sampai ke ujung, dan bola mata dipenuhi rasa bersalah. “Maaf, maaf. Aku terlalu bersemangat.”
Enggan membalas, Wu Yifan memilih mengeluarkan ponsel dan mengirim pesan pada salah satu suruhannya untuk mengambil mobil dan mengantar ke tempat yang mereka tuju. Sebenarnya, Wu Yifan tidak pernah menyukai seorang gadis, ia tidak tahu bagaimana rasanya jatuh cinta dan jantung berdebar-debar sebelum bertemu Xiao Zhan. Namun, di masa lalu, demi kepuasannya dan pengejaran akan rasa senang, ia rela mengejar beberapa gdis untuk merebut hati mereka dari orang-orang yang dibenci.
Contohnya seperti merebut Xiao Zhan dari Wang Yibo. Perasaan terkhianati dari Wang Yibo dan ketergantungan Xiao Zhan padanya akan mengirimkan perasaan puas dalam diri. Setelah semua itu terjaadi, hubungan keduanya memburuk, ia akan mencampakkannya. Siklus ini sudah sering dilalui, berulang kali terjadi, tetapi tidak ada satu orang pun dari korbannya yang belajar dari kejadian masa lalu. Mereka tetap mau bersamanya hanya karena di memiliki uang, ada jaminan untuk masa depannya, dan keuntungan lain.
Memikirkan ketamakan orang-orang yang mendekatinya, tanpa sadar membuat helaan napas terasa berat. Memalingkan wajah dan melirik pada kaca spion. Samar-samar mobil yang dikenal berada di belakang mereka, mengikuti sepanjang jalan.
“Apa hubungan antara Presiden Wang dan Xiao Zhan?” ia bertanya dengan nada santai, tetapi niat sebenarnya untuk memprovokai Jeffrey. Tampaknya laki-laki itu tidak menyadari hubungan di antara dua orang terdekat, sehingga ia bisa menyalakan api, dan membuat orang ini menambah besar nyalanya.
“Tentu saja hubungan antara atasan dan bawahan.”
Jeffrey tidak mengetahui isi pikiran Wu Yifan, hanya merasa bahwa pertanyaan itu agak tidak normal. Melirik melalui kaca depan, lalu beralih ke kaca spion samping, ia melihat mobil Wang Yibo melaju tak jauh darinya. Karena kaca luar sedikit berembun akibat perbedaan suhu, ia tidak terlalu optimis mengenai mobil Xiao Zhan yang bergerak di urutan ke tiga.
Nyatanya, mobil Xiao Zhan tidak ada, bahkan ketika di parkir bawah. Pagi itu ia berangkat bersama Wang Yibo.
Wu Yifan mendengus dingin. Entah Jeffrey jujur atau tidak mengenai pengetahuannya terhadap dua orang itu, tetapi jawaban yang didengar Wu Yifan barusan terasa sangat menggelikan. Lelucon besar! Di mana batasan atasan dan bawahannya? Satu mobil bersama? Bermain golf bersama? Kedekatan yang intim? Wu Yifan tidak mengerti isi kepala Jeffrey.
“Sepertinya hubungan mereka lebih rumit.”
“Ya, dua orang yang akan segera menjadi teman dekat.” Dan teman lama akan dilupakan, lanjutnya dalam hati.
Kali ini, Wu Yifan tidak bisa tidak melirik ke samping dengan pandangan agak picik dan senyum miring. “Benarkah? Kurasa tidakan mereka sedikit lebih intim dari pertemanan biasa, itu tampak seperti sepasang kekasih.”
Ekspresi Jeffrey berfluktuasi, terkesiap sampai bola mata melebar sedikit. Namun, ia adalah ahlinya bermain-main dengan ekspresi wajah, dalam sedetik sudah kembali normal seperti tidak pernah mendengar kalimat mengejutkan sebalumnya.
“Bukankah itu normal? Pertemanan yang baik adalah ketika orang lain sampai beranggapan jika mereka sepasang kekasih.”
Wu Yifan tidak bisa menahan tawa. Mengejek pemikiran Jeffrey, tetapi dia tahu kalimat itu hanya bentuk perlindintan saja. Jauh di lubuk hati pasti telah tertanam benih kecurigaan. Wu Yifan hanya tinggal menyiram dengan air saja.
“Mengapa kamu tidak memperhatikan mereka.”
Tanpa peringatan pun, Jeffrey pasti akan memperhatiak secara diam-diam. Sejak pertama Wu Yifan mengajukan pertanyaan hubungan antara Wang Yibo dan Xiao Zhan, ia sudah mulai memikirkan dengan serius. Langkahnya selalu lebih cepat. Kejadian siang tadi pun tak luput dari daftar kejadian intim.
Sudah mengenal Wang Yibo sejak lulus sekolah menengah atas, Jeffrey tahu tabiat teman itu. Tahu juga mengenai kisah cinta tragis yang dijalani, bagaimana pengejarannya pada seseorang sejak masa remaja, tetapi orang itu tidak menganggapnya sama sekali. Lalu ketika sebuah masalah terjadi pada sosok yang disukainya, ia rela mengambil tanggung jawab agar tetap bisa bersamanya.
Jeffrey mungkin bukan seseorang yang cocok dijadikan tempat bercerita, tetapi ia juga tahu banyak mengenai kehidupan Wang Yibo. Sejak lama, laki-laki itu hanya mencintai satu orang saja, lalu mengenai Xiao Zhan, ia tidak berani berspekulasi aneh-aneh.
Setahunya, Wang Yibo memiliki selera tinggi, standar tinggi, dan tidak menerima sembarang orang. Terkadang dia akan tidur dengan beberapa orang, tetapi tidak secara acak. Ia akan menerapkan kontrak, membayar biaya kompensasi, dan tidak melibatkan perasaan. Setelah satu sampai dua kali pakai, kontrak berakhir.
Sementara Xiao zhan, Jeffrey tidak melihat jika dia diperlakukan seperti orang-orang itu, meski tidak seistimewa sosok kekasih Wang Yibo saat ini. Namun, ia memiliki keyakinan jika laki-laki yang jauh lebih muda dari mereka akan memberi beberapa persen pengaruh terhadap kehidupan Wang Yibo.
Hal baik jika Xiao Zhan mampu menghancurkan obsesi Wang Yibo terhadap Xi Luhan dan secara terbuka menerima kenyataan bahwa hubungan mereka tidak murni sepasang kekasih, tetapi sekadar memberi manfaat satu sama lain.
Jeffrey melirik lagi ke arah Wu Yifan dan memiliki pemikiran lain. Tampaknya orang ini juga memiliki perasaan khusus pada Xiao Zhan. Mengembuskan napas tenang, Jeffrey mulai buka suara.
“Memangnya mengapa jika Xiao Zhan dan Wang Yibo memiliki hubungan yang baik?” dia bertanya dengan nada santai, tidak terlalu menunjukkan diri terhadap rasa penasarannya. “Kamu cemburu, hmm?”
“Bukan cemburu, tapi tidak nyaman. Xiao Zhan tidak cocok dengan laki-laki suram seperti Wang Yibo.” Kali ini, kesopanannya telah dihilangkan.
Sungguh, ini mengejutkan Jeffrey. Pertanyaan sebelumnya hanya candaan, tidak disangka-sangka mendapat jawaban serius seperti ini. Ia terkekeh ringan. “Sangat percaya diri,” cibirnya.
“Tentu saja. Xiao Zhan hanya cocok denganku.”
Refleks kepala Jeffrey memutar ke samping, alis mengerut, melihat sosok Wu Yifan yang dipenuhi aura kepercayaan diri. Sangat pantas dimiliki laki-laki dengan latar belakang bagus, tetapi masih tidak memiliki kualifikasi untuk bersaing dengan sosok seperti Wang Yibo. Sekali lagi, Jeffrey hanya bisa mencibir, “Kepercayaan diri tinggi sangat pantas untuk dimiliki Tuan Muda Wu, tapi jika Xiao Zhan benar-benar memiliki hubungan khusu dengan Wang Yibo, pilihannya sudah jelas. Lagi pula, kamu hanya bisa mengandalkan nama keluarga di belakang punggung, berbeda dengan Wang Yibo. Masa depannya jelas lebih cerah.”
Wu Yifan tidak membalas, hanya menggertakkan gigi dan memalingkan wajah ke tempat lain. Tidak bisa menyangkal ucapan Jeffrey, tetapi ia tidak peduli. Yang diinginkan adalah hidup bersama Xiao Zhan bukan bersaing dengan Wang Yibo.
Diam-diam Jeffrey menggelengkan kepala. Orang ini berani menggolongkan Wang Yibo dalam kategori suram, bagaimana dengannya? Siapa pun dapat melihat jika ada yang tidak benar dengan caranya menatap Xiao Zhan. Dan akan tampak lebih suram ketika mendapati orang lain berada di dekat Xiao Zhan.
Namun, perkataan Wu Yifan sedikit menggerakkan hatinya. Mulai bertanya-tanya tentang kebenaran kata-kata yang didengar.
Jika dia lebih jeli dan memiliki pemikiran pengamat pada setiap orang, terlepas dari teman terdekat atau kerabat, ia akan mendapatkan beberapa petunjuk. Tidak perlu mengingat-ingat hari-hari yeng telah berlalu. Siang ini, ia melihat secara langsung bahwa Wang Yibo menggenggam pipi Xiao Zhan, cara ini agak salah untuk dilakukan oleh seorang atasan.
Selain itu, ia juga mendengar bahwa Wang Yibo meminta Xiao Zhan membeli makanan di restoran yang biasa mereka kunjungi, tetapi makanan yang tersaji tidak tampak seperti pesanan dari restoran tersebut, melainkan kafetaria perusahaan.
Pada titik ini, wajah Jeffrey tetap menampilkan kesan tenang dan tidak banyak berubah, tetapi pikirannya rumit. Secara bertahap terstimulasi oleh kecurigaan dan rasa ingin tahu. Dia akan mengamati interaksi mereka mulai dari sekarang.
......
Di cuaca dingin, mobil melaju seperti biasa, bagian dalamnya menggunakan pemanas sehingga tidak terlalu mempengaruhi penghuni. Tidak banyak perubahan yang terjadi di setiap musim selain mode. Kebanyakan orang akan menutupi diri dengan mantel tebal, wanita-wanita tidak lagi terlalu memperhatikan pakaian mewah dan indah, yang paling penting adalah hangat dan nyaman.
Menuju pertengahan musim dingin hingga akhir, orang-orang akan memakai lebih banyak pakaian, membuat diri tampak seperti buntelan.
Wu Yifan dan Jeffrey berdiri mematung di dalam mall, di dekat pintu masuk, menunggu dua orang lainnya. Hanya memandang setiap orang yang melewati mereka. Meskipun di dalam gedung mall memiliki pemanas, tetapi tidak terlalu baik mengingat besar dan luasnya ruangan. Paling-paling toko dan beberapa tempat makan yang terasa jauh lebih hangat dan nyaman.
Jeffrey menenggelamkan tangan di dalam saku mantel, berencana mengeluarkan ponsel dan menghubungi nomor Wang Yibo. Namun, suara tawa renyah yang khas segera terdengar.
Dari pintu masuk, setelah melewati proses pemindaian, tawa Xiao Zhan bergema. Itu karena Wang Yibo salah membuka aplikasi, alih-alih menggunakan QR scanner, ia malah membuka aplikasi Moment dan menggunakan scanner pencarian code teman. Wajar saja, laki-laki itu agak gugup atas pengalaman pertama memasuki mall tanpa seorang bawahan. Meski Xiao Zhan termasuk golongan bawahannya, tetapi dia tidak cukup peka sehingga membiarkan Wang Yibo memimpin.
Tidak salah memang, Xiao Zhan terbiasa dimanjakan otoritas Wang Yibo yang selalu ingin terlihat lebih unggul ketimbang dirinya sendiri.
Di dalam mall, Jeffrey memberi tatapan kesal dan alis menekuk, berbeda dengan Wu Yifan yang memiliki sepasang mata penuh kebencian pada Wang Yibo, tetapi berubah ketika melihat Xiao Zhan.
“Kalian tampak sangat bersenang-senang membiarkan kami menunggu di sini,” Jeffrey menyapa mereka dengan cibiran. Semakin terbiasa mencibir dari waktu ke waktu.
Xiao Zhan tersenyum malu, membungkukkan kepala, dan meminta maaf. Tidak menjelaskan alasan keterlambatan mereka karena tidak ada yang istimewa dan bisa dikatakan. Wang Yibo memang sengaja melakukan hal itu, tujuannya agar dua orang ini pergi lebih dulu sehingga ketika mereka tiba semuanya sudah selesai, kado sudah dibeli, dan tinggal pulang. Siapa yang akan menyangka bahwa dua idiot ini malah berdiri di dekat pintu masuk, menunggu mereka selama setengah jam.
“Tidak masalah.” Jeffrey memalingkan wajah kepada Wu Yifan, bertanya, “Jadi, ke mana kita pergi?”
Sebelum memberi jawaban, Wu Yifan lebih dulu menanyakan hal-hal dasar tentang gadis yang disukai Jeffrey. Karakter dan kebiasaannya, hobi, kesukaan, dan lain sebagainya. Tujuan hal itu agar mereka lebih mudah mengategorikan jenis kado yang sesuai tipikal gadis itu.
Jeffrey menarik Wu Yifan, mereka berjalan berdampingan di depan. Sementara Wang Yibo dan Xiao Zhan di belakang.
Xiao Zhan tidak terlalu memperhatikan pembicaraan mereka, selama perjalanan ia melirik kiri-kanan, melihat berbagai jenis toko. Ia juga harus membeli kado ulang tahun untuk temannya, Zhao Lusi. Di akhir bulan ini, gadis itu berulang tahun. Sebagai teman yang baik, tentu saja ia harus memberi sesuatu. Belum lagi selama ini Zhao Lusi telah berkontribusi banyak kebaikan dan bantuan dalam menangani permasalahannya. Xiao Zhan merasa berhutang budi.
Ketika melihat deretan buku, dia memiliki ide yang terlintas dalam benak. Xiao Zhan tahu betul karakteristik dan kesukaan Zhao Lusi. Melirik ke samping, ia melihat Wang Yibo dengan tatapannya yang acuh tak acuh dan wajah tidak tertarik pada apa pun. Mengangkat tangan dan memegang lengan bagian atas Wang Yibo, membuat laki-laki itu menoleh ke arahnya, bibir Xiao Zhan membentuk kurva, tersenyum sampai ke mata.
“Apa tidak menyenangkan?” tanyanya sedikit menurunkan volume, tetapi masih dapat didengar pihak lain.
Mengangkat satu alis, Wang Yibo bersenandung ringan membenarkan. Dia jarang mengunjungi tempat-tempat seperti ini, bahkan dengan kekasihnya, mereka biasa menghabiskan waktu sekadar mencari tempat makan atau berdiam diri di apartemen. Jika terpaksa, biasanya dengan alasan bisnis. Seperti menilai perkembangan dan nilai guna suatu tempat sebelum pembuatan desain bangunan atau melakukan investasi pembangunan.
Xiao Zhan menyadari suasana hati Wang Yibo, melihat ke depannya, dua orang itu masih sibuk berbincang mengenai hadiah. Dalam hati Xiao Zhan menampilkan senyum licik.
Empat orang itu menaiki lift ke lantai atas, ketika Jeffrey dan Wu Yifan berjalan terus tanpa menoleh ke belakang, tidak memperhatikan dua lainnya, Xiao Zhan menarik tangan Wang Yibo, membawanya menuruni lift.
Melihat ekspresi Wang Yibo tampak berubah, meski hanya alis yang sedikit terangkat, Xiao Zhan menampilkan senyum lebar. “Aku ingin membeli buku.”
Selain untuk mencari hadiah Zhao Lusi, ini juga berguna sebagai penghiburan Wang Yibo. Xiao zhan sudah memahami beberapa aspek tentang laki-laki yang berjalan bersamanya ini. Meski bukan penggila buku bacaan yang bisa berdiam diri berjam-jam membaca atau seseorang dengan minat tinggi mempelajari ilmu, tetapi Wang Yibo merupakan sosok yang stabil, menyukai tempat santai dan tidak bising. Perpustakaan atau toko buku adalah tempat yang cocok untuk saat ini.
Di tempat seperti ini jarang ada orang yang benar-benar berisik, meski beberapa datang berkelompok, tetapi kebanyakan merupakan sosok berkepribadian tenang dan berilmu. Mereka datang untuk mencari buku bukan mencari gosip terpanas, kesadaran diri tinggi sehingga merasa malu jika berisik di ruang tenang ini. Paling hanya beberapa bisik-bisik santai, pembicaraan tentang buku, dan hal-hal berkaitan dengannya.
Yang lebih penting lagi adalah tidak banyak orang yang datang ke toko buku, kebanyakan orang-orang muda lebih suka tempat-tempat menyenangkan alih-alih yang membosankan. Jadi, sejauh mata memandang, hanya tampak manusia-manusia di atas usia tiga puluhan. Karakter di usia itu dewasa dan tenang.
“Ge, tunggu di sini, aku akan mencari buku dan segera kembali setelah mendapatkannya.”
Wang Yibo mengangguk, mengambil sebuah buku ilmu pengetahuan umum secara acak, dan duduk di kursi khusus pembaca. Tempat ini bukan hanya sekadar tempat penjualan dan pembelian buku, tetapi memiliki fungsi lain seperti perpustakaan.
Sementara Wang Yibo duduk di tempat yang tersedia, Xiao Zhan mulai berkeliling ke area buku-buku fiksi. Sayangnya, ini bukan Jepang, tidak ada buku berjenis sama dengan kesukaan Zhao Lusi. Xiao Zhan harus mengembuskan napas pasrah.
Selama pencariannya, ia merasakan tatapan mata orang lain, tetapi ketika menoleh tidak ada seorang pun yang dikenal, tidak ada juga yang memberi perhatian padanya. Mengedikkan bahu acuh tak acuh dan berpikir positif, mungkin hanya perasaannya saja. Kembali ke tempat semula, tempat ia berpisah dengan Wang Yibo.
Ketika tiba di sana, sosok familier itu tidak ada. Kursi yang semula ditempati Wang Yibo tidak kosong, melainkan diduduki seorang wanita dewasa. Penampilannya matang, terpelajar, dan anggun. Tidak mencolok juga tidak biasa-biasa saja. Wanita itu seperti memiliki aura yang memikat, membuat orang-orang yang melihat akan menyukainya dalam satu kali pandang. Bukan jenis suka romantis, tetapi lebih ke arah kagum.
Dari belakang, seseorang menutup matanya, menghalangi pandangan pada wanita itu. Aroma familier membuatnya tenang dan tidak khawatir sampai titik berusaha menyelamatkan diri. Masih aroma permen karet yang khas, pagi ini Wang Yibo memakai parfumnya lagi. Tidak akan tercium dengan jelas dalam jarak beberapa langkah, tetapi sangat jelas ketika lengket seperti sekarang.
Dada Wang Yibo menempel di punggung Xiao Zhan, suaranya menggema di sisi telinga memberi rasa geli. “Terus-menerus melihatnya, kamu tertarik?”
Yang lebih menggelitik hati Xiao Zhan adalah nada suara orang di belakang dipenuhi asam cuka.
“Tidak. Aku mencarimu.”
Sesaat setelah Xiao Zhan mengatakannya, Wang Yibo melepas tangan yang menutupi matanya, lalu mencengkeram ringan bahu, dan membalikkan tubuhnya ke samping.
“Sudah selesai, ‘kan, kita bisa pergi.”
Mendengus, Xiao Zhan melirik ke samping, melihat bagian sisi Wang Yibo. “Tidak ada buku yang kucari.”
“Buku seperti apa yang kamu butuhkan?”
Wajah Xiao Zhan segera dipenuhi kemerahan rasa malu. Menggigit mulut bagian dalam, tatapannya melayang secara acak, bingung dan enggan. Ia mengunci bibir rapat.
Wang Yibo merasakan keheningan dari sosok di samping, mengalihkan perhatian, dan mendapati pipi merah serta bibir agak menggembung. Ekspresi yang semula biasa saja naik level ke tahap ingin tahu. Kembali mempertanyakan hal yang sama, tetapi tidak mendapat jawaban yang diinginkan.
“Jika kamu tidak mengatakannya, bagaimana aku bisa membantu?” Terdengar tulus di permukaan, nyatanya itu hanya pancingan.
Kepala Xiao Zhan semakin menunduk, diam-diam berkedip lebih cepat. Setelah beberapa detik mengumpulkan keberanian, dengan suara pelan, dan malu-malu ia menjawab, “Novel boys love.”
Wang Yibo melirik sekilas, tampak santai, tetapi matanya melebar setengah inci. Ada senyum jahil di bibir, samar dan sangat tipis. “Mudah saja. Aku akan membelikan beberapa.”
Mendengar nada yang santai seolah tidak terpengaruh sama sekali, Xiao Zhan mendongak tanpa sadar, melihat sisi wajah Wang Yibo. Rahang laki-laki itu tampak jelas dan tegas. Xiao Zhan bingung harus mengatakan apa, tetapi cukup lega. Perlahan, wajah yang terbakar mulai mendingin, kemerahan mereda.
Namun, seakan tidak menginginkan ketenangannya, Wang Yibo menunduk dan kepalanya condong ke telinga Xiao Zhan. Berbisik dengan suara serak penuh godaan, “Pembelajaran seks seperti apa yang mau kamu praktekkan?”
Bagus! Level kemerahan di wajah Xiao Zhan jauh lebih ekstrem dari sebelumnya. Bulu mata bahkan bergetar ketika menutup, menahan rasa malu berlebihan. Namun, penyebab kekacauan suasana hati Xiao Zhan, Wang Yibo, menampilkan senyum puas, seakan baru saja merasakan kenikmatan surga.
Setengah jam kemudian mereka berempat bertemu di lantai satu, tentu saja Xiao Zhan dan Wang Yibo yang menunggu. Mereka hanya berdiam diri di toko buku tadi, lebih tepatnya di area kafe buku yang terletak di bagian belakang toko. Berbeda dengan Jeffrey dan Wu Yifan yang berkeliling mall, naik-turun lift, dan berputar-putar. Bukan mencari hadiah, tetapi 90% dihabiskan untuk memantau Xiao Zhan dan Wang Yibo.
Jeffrey mungkin agak cuek, tetapi ia memiliki kekhawatiran. Bagaimanapun, ia memahami situasi kedua belah pihak dengan sangat baik. Xiao Zhan masih memiliki pengejar, Zhang Yixing, laki-laki itu sudah mengatakannya bahwa ia menyukai Xiao Zhan dan akan kembali setelah menyelesaikan permasalahan dengan keluarganya. Di sisi Wang Yibo, selain memiliki kekasih yang merepotkan, ia juga sahabat Zhang Yixing.
Jeffrey khawatir jika hubungan dua orang ini akan mempengaruhi kestabilan saat ini. Meski ada sisi baiknya, Wang Yibo yang bermasalah dalam emosi bisa menunjukkan beragam ekspresi di sisi Xiao Zhan. Entah disadari atau tidak. Hal positif itu membuat Jeffrey semakin ragu antara mendukung dan mencegah.
“Sudah percaya, ‘kan? Mereka memiliki hubungan khusus.” Wu Yifan di sampingnya memberi senyuman provokatif. Harapannya agar Jeffrey membantu menjauhkan Wang Yibo dari Xiao Zhan.
Wu Yifan sudah menyelidiki masa lalu Xiao Zhan, permasalahan mengenai Zhang Yixing pun diketahui. Orang itu menyukai Xiao Zhan dan memiliki hubungan dekat dengan Wang Yibo dan Jeffrey. Harapannya tidak besar, cukup Jeffrey membujuk Wang Yibo untuk jauh dari Xiao Zhan dengan alasan persahabatan mereka. Ketika Zhang Yixing datang, dia akan mengatasinya atau mungkin mencegah kedatangan orang itu.A/n: Happy Yaoi Day✨
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Season ✓
FanficUntuk sebagian besar hidupnya, Xiao Zhan merasakan ketidakberuntungan yang teramat besar. Setiap luka baru akan muncul di sisa-sisa malamnya. Luka yang membuatnya mengerang sakit akibat rasa ngilu yang menyentuh hatinya. Dia selalu menggigil di set...