111 dan 112

896 118 38
                                    

BAGIAN 111 Do It Well

Pernikahan Jeffrey sudah ada di depan mata. Pagi itu sangat sibuk, bukan hanya bagi dua pemeran utama dalam pementasan akhir kisah romantis tersebut, tetapi hampir seluruh orang yang terlibat dengan mereka. Mungkin Wang Yibo dapat dikecualikan karena dia hanya sibuk mengurus satu hal, bagaimana cara memakai pakaian senada dengan Xiao Zhan dan terlihat sangat natural seolah-olah semua bukan rencananya melainkan kebetulan.

Pikirannya benar-benar sesederhana itu, bahkan beberapa hari ke belakang ia tidak memedulikan kekhawatiran Jeffrey, datang dari waktu ke waktu hanya untuk menanyakan saran atau sesuatu yang berkaitan dengan urusan sendiri.  Benar-benat tidak tahu malu. Untungnya Zhao Lusi dengan rendah hati membantu Jeffrey menyenangkan sahabatnya, Wang Yibo sehingga masalah jecil dapat ditangani.

Wang Yibo tidak ingin terlambat datang, pertama karena tidak sabar untuk menunjukkan keserasian ‘tidak sengaja’ antara dia dan Xiao Zhan, kedua karena teman baiknya akan menikah, dan ketiga sebentar lagi kebebasan akan datang padanya. Bagimana bisa dia tidak menyambut hari itu dengan sangat gembira?

Sebelum berangkat, ia menyempatkan diri mengirim pesan kepada seseorang mengatakan bahwa acara akan segera dimulai.

[Jika kamu tidak datang, tidak ada lagi kesempatan yang bagus sampai pernikahanku dengan Xiao Zhan.]

Membaca ulang pesannya, Wang Yibo tidak bisa menyembunyikan ekspresi senang di wajah memikirkan kalimat terakhir yang menjadi kenyataan. Itu adalah keinginan terbesarnya untuk saat ini sampai saat di mana Xiao Zhan benar-benar menerimanya. Dia melupakan janji awalnya yang mengatakan bahwa ia hanya akan meminta maaf kepada Xiao Zhan, melihatnya dari jauh, dan lain sebagainya. 

Fakta bahwa janji itu sangat sulit dilakukan dan dia melanggarnya dengan sadar. Tentu saja, Wang Yibo tidak mungkin menyerah untuk mendapatkan kembali Xiao Zhan-nya. Setelah sekian lama sangat buruk baginya melepaskan kesempatan emas. 

Tiba di tempat tidak lama kemudian, memasuki gedung dan memeriksa kursi kosong. Masih banyak orang yang belum datang mengingat sekitar setengah jam lagi acara baru akan dimulai. Tidak ada Xiao Zhan, tidak juga terlihat petunjuk mengenai tempat duduk laki-laki itu. ia juga lupa menanyakannya kepada Jeffrey. Hanya sada Zhang Yixing yang duduk di jajaran keluarga pihak perempuan.

Melihat itu membuat Wang Yibo mengerutkan kening, tetapi tidak mempermasalahkan apa pun. Ia dengan santai menyapa pihak lain dan menerima tatapan tidak biasa darinya. Wang Yibo tidak ambil pusing, setelah menyapa ringan ia berjalan ke sisi pihak Jeffrey dan duduk dengan tenang sembari membuka-buka ponsel, membalas pesan masuk.

Xiao Zhan muncul bersama dengan Xuan Lu dan Xiao Nian. Hanya dengan kedatangannya saja sudah membuat Wang Yibo dan Zhang Yixing heboh tidak jelas. Mereka menggeser posisi duduk dan menunjuk kursi di samping masing-masing lalu berkata bersamaa, “Zhan, duduk di sini!”

Setelah melakukan serangkaian gerakan yang sama, memanggil orang yang sama, mereka saling melempar tatapan penuh makna sebelum mengalihkannya lagi kepada Xiao Zhan yang sama sekali tidak tertarik kepada mereka. Dengan acuh tak acuh duduk bersama Xuan Lu, tetapi hanya beberapa saat untuk menenangkan Xiao Nian. Setelah itu ia menghilang entah ke mana.

Wang Yibo hanya mampu merutuki diri sendiri di dalam hati, bagaimana bisa ia lupa bahwa Xiao Zhan dari pihak perempuan?

Acara dimulai dengan sangat meriah, Xiao Zhan datang bersama Xuan Lu. Mereka berdua terlihat sangat akrab dan tampak seperti saudara sesungguhnya. Melihat dua orang itu menampilkan senyum cerah dan penuh kebahagiaan, orang-orang akan ikut tersenyum seolah tertular. 

Waktu berlalu dengan cepat, acara demi acara berlalu tanpa kendala. Sampai saat di mana seseorang memasuki ruangan. Tidak ada yang peduli pada kedatangannya, tetapi beberapa orang yang tahu akan melayangkan tatapan penuh makna. Xiao Yuchen muncul dengan setelan yang tidak kalah tampan, wajahnya memang menunjukkan kelelahan terlebih kantung mata hitam, dan bibir pucat. Namun, manik matanya sangat hidup, dipenuhi bintang-bintang bersinar terang, terlebih ketika ia melihat anaknya sendiri, Xiao Nian.

The Cold Season ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang