BAGIAN 52 Familiar Taste
[Wang Yibo, coba lihat ke luar jendela. Malam ini semuanya terlihat sangat indah. Ada gemerlap lampu neon di sepanjang jalan, ornamen Natal yang mewah, dan salju berjatuhan dengan lembut. Aku ... hanya ingin mengatakan terima kasih untuk keindahan ini. Jika bukan karena kamu, mungkin aku masih terjebak dalam persepsi buruk tentang hidup dan mengurung diri di tempat sunyi yang gelap. Aku menyukaimu. Selamat Natal.]
Ketika membaca pesan itu, Wang Yibo sedang berdiri di balkon dengan sebatang rokok di sela-sela jari dan ponsel di satu tangan lainnya. Seolah terhipnotis, tanpa sadar ia mengalihkan perhatian ke arah hamparan bintang darat dan mencari kesamaan dengan kalimat Xiao Zhan dalam pesan.
Senyuman tipis terbit di bibirnya. Alih-alih senyum senang justru senyum miris yang tampil. Ada rasa sedih yang melintas di wajahnya juga ketidakberdayaan. Wang Yibo yang mampu melakukan apa pun dengan baik tidak bisa mengubah satu hal di setiap tahunnya. Hal itu membuat dia merasa tidak berguna dan penuh kekecewaan acapkali Natal tiba. Yang dia takuti bukanlah hari Natal, tetapi dua hari setelahnya.
Xi Luhan memiliki kenangan buruk di tanggal 27 Desember membuat laki-laki itu akan mengurung diri selama dua hari penuh. Tanpa kontak dengan orang lain, tanpa bantuan, dan tanpa kehadiran seseorang. Dia akan menghabiskan hari-hari itu sendirian, mengurung diri, dan ketakutan. Setelah siklus dua hari itu terlewati, ia akan jatuh sakit.
Wang Yibo merasa tidak berguna karena ia tidak mampu memberi ketenangan pada kekasih kecilnya, juga tidak bisa menjadi seseorang yang membawa perubahan. Terkadang ia ingin menyerah dan membiarkan Xi Luhan mencari sendiri sosok yang bisa membantunya keluar dari siklus itu, tetapi membayangkan akan ada tangan lain yang menggenggam tangan kecil itu membuatnya marah. Dia tidak rela menyerahkan sosok Xi Luhan pada orang lain.
Oleh sebab itu, mengetahui bahwa Xiao Zhan dapat meninggalkan beberapa masalah psikologi setelah bertemu dengannya memberi rasa puas juga miris. Tidak jarang, Wang Yibo akan menganggap Xiao Zhan sebagai Xi Luhan. Setiap hal yang tidak bisa dilakukan terhadap Xi Luhan akan dialihkan pada sosok Xiao Zhan. Termasuk pengaruh keberadaannya.
Dia ingin Xi Luhan merasa aman ketika bersamanya dan perlahan meninggalkan kenangan buruk di masa lalu, tetapi itu tidak berhasil. Sehingga ia menggunakan metode tersebut terhadap Xiao Zhan yang secara garis besar memiliki kesamaan.
Ada hasil baik yang diterima malam ini, tetapi tanpa disadari ia telah menjerat hati orang itu. Perlahan dan pasti Xiao Zhan jatuh ke dalam perasaan kompleks yang semula ingin mereka hindari.
Entah Wang Yibo buta, ia tidak membaca satu kalimat pernyataan dalam pesan, atau ia berpura-pura tidak tahu dan menganggap angin lalu. Ia tidak mempermasalahkannya, tidak memberi sangkalan atau teguran, seolah menyetujui perasaan Xiao Zhan. Di masa depan, mungkin akan menimbulkan perselisihan besar. Hanya dengan santai membalas tanpa menyinggungnya.
Percakapan mereka berakhir dan dia kembali menghisap rokoknya, mengembuskan cincin asap yang segera berbaur dengan udara dingin, menatap lurus ke depan untuk mengagumi apa yang sebelumnya dikagumi Xiao Zhan. Bahkan dalam masalah ini, ia juga telah terpengaruh perubahan cara pandang Xiao Zhan. Biasanya hanya ada tatapan acuh tak acuh dan kosong di mata setiap kali ia memandang lautan bintang darat.
Akan tetapi, di kota ini, salju tidak turun dengan lebat. Hanya satu dua titik layaknya gerimis di musim hujan. Tanpa angin pun suhu sudah dingin apalagi ketika angin muncul.
Sosok lain berjalan dari belakang punggungnya, mendekat dengan selimut tebal membungkus tubuh lemah. Xi Luhan membagi selimut itu dengan Wang Yibo, menyelimuti punggung tegap yang tampak kesepian.
Wang Yibo berjengit, melirik ke samping dan mendapati sosok Xi Luhan yang memeluk selimut dengan satu tangan. Wajah laki-laki itu tampak pucat, senyum kecil tersungging di bibirnya ketika asap rokok melewati hidungnya, ia terbatuk-batuk keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Season ✓
FanfictionUntuk sebagian besar hidupnya, Xiao Zhan merasakan ketidakberuntungan yang teramat besar. Setiap luka baru akan muncul di sisa-sisa malamnya. Luka yang membuatnya mengerang sakit akibat rasa ngilu yang menyentuh hatinya. Dia selalu menggigil di set...