BAGIAN 38 Lose SomethingApa yang didengar saat ini bukanlah pertama kalinya diucapkan oleh Wang Yibo. Laki-laki itu selalu membiarkan Xiao Zhan melakukan apa yang diinginkan dan mengatakan yang seharusnya. Meski telah diucapkan berulang-ulang, tetap saja mengandung perasaan hangat yang membuat nyaman.
Wang Yibo mungkin tidak memberikan kebebasan secara terbuka pada Xiao Zhan, tetapi ia tidak mengekang pemikirannya dan setiap tindakan yang akan diambil. Itu seperti dia hanya menentukan batasan tanpa membatasi pergerakan pihak lain.
Malam itu, salju pertama mulai turun. Kepingan-kepingan putih berjatuhan dengan lembut. Sementara di dalam ruangan yang hangat, sepasang tangan melingkari tangan lain. Terbenam dalam selimut yang sama dan saling menghangatkan satu sama lain. Tersenyum bagaikan hidup memang diciptakan untuk itu.
Demam Xiao Zhan tidak sepenuhnya hilang, tetapi sudah turun, tidak setinggi sebelumnya. Ketika tertidur, sesekali mengalami mimpi buruk, hampir di sepanjang waktu terlelap dengan nyenyak.
Matahari pagi di musim dingin terbit lebih lambat dari biasanya. Meski cuaca cerah suhu yang rendah membuat orang betah berdiam diri di dalam kamar dan enggan beranjak dari tempat tidur. Xiao Zhan sudah lebih dulu terjaga, tubuhnya masih demam yang membuat rasa dingin semakin tinggi. Melirik pada Wang Yibo yang memajamkan mata di sampingnya, Xiao Zhan tidak bisa menahan senyuman di bibir.
Perlakuan Wang Yibo semalaman sangat baik, menjaga Xiao Zhan, dan bahkan mau mengambilkan air minum. Sangat jarang laki-laki itu bertindak seperti itu. Dengan sadar Xiao Zhan menggeser tubuh agar lebih dekat dengan Wang yibo, ia menyelimuti tubuh mereka.
Kepala Xiao Zhan berada di bawah dagu Wang Yibo, sehingga ketika ia mendongak, wajah paripurna tampak lebih menarik. Pada saat itu, mata hitam tajam tiba-tiba terbuka, sedikit menunduk dan bertemu mata sayu Xiao Zhan. Tanpa ada niat menjauh, Xiao Zhan membuka mulut. “Selamat pagi, Ge,” sapanya dengan suara parau khas orang sakit.
Wang Yibo mengangguk ringan, menguap, dan melirik sekitar sebelum menyadari jika hari sudah pagi. Jarum jam menunjukkan angka tujuh, seharusnya ia bekerja, tetapi masih enggan beranjak. Setelah mengurus orang sakit selama semalaman, ia merasa agk dirugikan terutama jam tidur yang terganggu.
Beberapa menit berlalu begitu saja, dua orang masih diam di tempat semula tanpa keinginan beranjak. Ponsel di samping tempat tidur berdering, dari nadanya jelas itu milik Wang Yibo. Si pemilik segera mengulurkan tangan dan membuka pesan yang diterima. Dalam pesan, Dokter Gu menanyakan keadaan Xiao Zhan selama semalam.
Baru pada titik itu Wang Yibo ingat jika dia harus memberi makan laki-laki dalam rengkuhannya.
“Kamu harus makan bubur dan minum obat,” ucapnya. Dengan enggan ia beranjak bangun. Mengambil termometer dan memasukkannya ke dalam mulut Xiao Zhan sebelum meninggalkan kamar untuk membuat semangkuk bubur.
Setengah jam kemudian ia kembali dengan sebuah nampan di tangan, ada dua mangkuk bubur dan dua gelas air minum. Meletakkan salah satu di atas nakas semantara yang lain di atas meja belajar.
Xiao Zhan yang terbaring di tempat tidur dengan patuh masih menyelipkan termometer di bibirnya, tidak mengeluarkan benda itu bahkan setelah setengah jam berlalu. Melihat itu Wang Yibo tidak bisa tertawa ataupun menangis. Xiao Zhan yang sedang sakit bertingkah layaknya anak baik yang patuh dan lucu.
Mereka makan bersama, Xiao zhan sudah bisa melakukannya sendiri jadi tidak lagi merepotkan Wang Yibo untuk melakukan hal-hal kecil. Setelah makan dan minum obat, ia dibantu membasuh wajah dan berganti pakaian sebelum disuruh berbaring lagi.
Awalnya Wang Yibo tidak akan pergi ke kantor, ia berpikir untuk bekerja dari apartemen, tetapi Jeffrey menghubunginya mengatakan jika ada pertemuan penting yang tidak bisa ditunda. Terpaksa Wang Yibo bersiap-siap bekerja. Sebelum berangkat, ia menyempatkan diri terlebih dulu untuk memeriksa keadaan Xiao Zhan di kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Season ✓
FanfictionUntuk sebagian besar hidupnya, Xiao Zhan merasakan ketidakberuntungan yang teramat besar. Setiap luka baru akan muncul di sisa-sisa malamnya. Luka yang membuatnya mengerang sakit akibat rasa ngilu yang menyentuh hatinya. Dia selalu menggigil di set...