BAGIAN 81 His Fear
Hampir satu bulan berlalu sejak Xiao Zhan kembali ke apartemen bersama Wang Yibo. Sepanjang waktu itu tidak banyak hal yang dilakukan selain berdiam diri di dalam kamar, melakukan beberapa kesukaannya. Terkadang akan menggambar sketsa di buku gambar, ada juga saat di mana dia menggambar digital, tak jarang menghabiskan waktu membaca.
Namun, terlepas dari semua kegiatan itu, Xiao Zhan masih lebih banyak melamun. Ketika dia membuka halaman buku, membaca beberapa paragraf, tanpa sadar pikirannya kosong. Ada juga saat di mana ia tanpa sengaja merusak hasil gambarnya karena kehilangan pikiran untuk sesaat. Tidak jarang terlihat seperti orang linglung, ada saat setelah melamun ia melupakan apa yang terakhir kali dikerjakan.
Kelakuan aneh itu tidak terjadi tanpa alasan, tetapi bayangan hari-hari buruk sebelumnya tidak bisa lepas penuh dari benak. Ditambah tidak ada hal pasti yang bisa dilakukan untuk mengalihkan perhatian.
Wang Yibo melarangnya bekerja bukan hanya karena masalah yang timbul beberapa waktu lalu, tetapi Xiao Zhan sendiri merasa kurang nyaman bertemu orang lain apalagi orang asing yang baru ditemui, ada rasa rendah diri yang muncul di hatinya. Yang lebih menakutinya adalah seseorang akan bertindak seperti Wu Yifan, tiba-tiba menyukainya dalam sekali pertemuan, lalu mengejar di pertemuan lain, dan berakhir dengan melakukan tindakan buruk.
Siang itu, di suasana hangat musim semi, mentari bersinar dengan cerah seolah tidak pernah tenggelam. Xiao Zhan duduk di kursi belajarnya, memegang sebuah buku bersampul bunga dandelion. Rantaian kata tertera di halaman yang ia buka, tatapan mata pun tampak memaku pada objek tersebut, tetapi tidak benar-benar fokus.
Nyatanya, Xiao Zhan marasa bosan dan bingung tidak jelas. Ketika menyadari bahwa pikirannya telah kosong dalam beberapa waktu, segera saja menggelengkan kepala dengan keras. Menepuk pipi beberapa kali sampai merasa sedikit ringan.
Atensinya beralih ke luar jendela dan memperhatikan langit biru dengan sedikit bercak putih. Helaan napas panjang terdengar letih bersamaan dengan manik mata yang layu. Memutuskan untuk bangkit berdiri, ia membawa langkah keluar. Sangat tenang seolah tidak ada kekhawatiran di hatinya, bahkan ekspresi wajah menyamarkan ketidaknyamanan.
Langkah ringan menuruni tangga dan tidak membuat orang lain menyadari kedatangannya. Hal pertama yang didengar adalah suara aktor di dalam televisi, itu seperti drama idola favorit gadis muda. Namun, yang tengah menyaksikan drama itu bukanlah seorang gadis muda nyasar, melainkan gadis yang pernah mudah. Bibi Yang duduk di karpet bulu di sekitar sofa.
Di masa lalu, Xiao Zhan melarang wanita paruh baya itu duduk di karpet alih-alih di sofa, tetapi larangannya tidak diindahkan. Bibi Yang merasa bahwa menduduki sofa adalah tindakan tidak sopan baginya, sehingga Xiao Zhan akan memaksanya jika tidak dia akan mengikuti dengan duduk di karpet bulu setiap kali mereka menonton bersama.
Pada akhirnya, Bibi Yang menurut. Namun, hari ini, dia melihat Bibi Yang kembali ke kondisi semula. Sejak kembali ke apartemen ini, Wang Yibo terus memaksanya beristirahat dan tidak boleh menghabiskan waktu melakukan sesuatu yang melelahkan bahkan sekalipun itu hanya naik-turun tangga. Sikap itu merupakan sikap manis yang jarang ditunjukkan oleh laki-laki seperti Wang Yibo. Lucu dan sedikit menggelikan.
Xiao Zhan hendak mengambil langkah mendekati Bibi Yang dan menyuruh duduk di sofa. Bagaimanapun, duduk di karpet tidak baik bagi seseorang berusia lanjut.
//Dia milikku, bajingan!!!//
Teriakan itu terdengar dari layar kaca, adegan di baliknya tampak cukup tajam dan mengandung kekerasan. Awalnya Xiao Zhan tidak menyadari sama sekali karena perhatiannya terpaku pada sosok Bibi Yang, tetapi setelah efek suara yang mengejutkan diikuti bagian terburuk, perkelahian yang melibatkan riasan memar di wajah aktor, benar-benar memukul mu8ndur kaki Xiao Zhan.
![](https://img.wattpad.com/cover/223927715-288-k119411.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Season ✓
Hayran KurguUntuk sebagian besar hidupnya, Xiao Zhan merasakan ketidakberuntungan yang teramat besar. Setiap luka baru akan muncul di sisa-sisa malamnya. Luka yang membuatnya mengerang sakit akibat rasa ngilu yang menyentuh hatinya. Dia selalu menggigil di set...