76 dan 77

961 136 29
                                    

 

 

 

BAGIAN 76 Wanna Be Closer

Xiao Zhan memegang pisau dengan tangan yang gemetar, sedikit memberi tekanan tepat di dada Wu Yifan. Dia yakin hal itu akan memberi sedikit goresan yang mengeluarkan darah, menyebabkan rasa sakit. Namun, reaksi Wu Yifan tidak pernah tampak kesakitan, melaibkan sedikit senyuman di bibir.

Tatapan mata laki-laki itu tampak lembut dan tulu mampu melelehkan keras kepala Xiao Zhan. Perasaan tidak berdaya memenuhi hatinya, sedikit menganggu dengan beragam kegelisahan.

Tidak! Sekalipun dia membanci Wu Yifan dan ingin melarikan diri dari orang ini, membunuh bukanlah sesuatu yang diinginkan. Xiao Zhan tidak bisa melakukannya.

Pada akhirnya, ia menghentikan tekanan di dada Wu Yifan, perlahan melepaskan pisau. Menundukkan kepala dengan lesu dan bergumam, “Aku tidak bisa ....”

Reaksi Wu Yifan lebih tidak terduga lagi. Ia tertawa senang, melempar pisau ke sembarang arah. Tangannya diangkat untuk menyentuh dua pipi Xiao Zhan, mengangkat wajah laki-laki itu agar melihat ke arahnya.

“Terima kasih, Zhan. Aku tau itu, kamu peduli padaku.”

Jelas bahwa tatapan mata yang dipancarkan Wu Yifan dipenuhi obsesi dan keinginan gila. Jenis keterikatakan dan ... cinta.

Xiao Zhan lupa bahwa besar kemungkinan penyakit ibunya akan menurun kepada anaknya. Dan Wu Yifan memiliki keterikatan yang sama kepadanya sama seperti ibu laki-laki itu kepada ayahnya, Direktur Wu.

Seharusnya dia menghindari segala macam kedekatan dengan Wu Yifan sejak awal. Tidak membuat perasaan di antara mereka berkembang tanpa kejelasan. Bukan malah bertindak ambigu antara suka dan tidak. Mengatakan tidak menyukainya, tetapi bertindak seperti sangat bergentung. Tentu saja mampu membuat pihak lain berharap lebih.

Mengalihkan perhatian dari tatapan Wu Yifan, Xiao Zhan juga menepis tangan yang berada di pipinya.

“Baiklah, ayo, turun. Kamu pasti lapar.”

Wu Yifan beranjak lebih dulu, meskipun merasa kecewa oleh reaksi penolakan Xiao Zhan, dia masih mengulurkan tangan untuk membantu. Sayang, uluran tangan tidak diterima oleh pihak lain, hanya ditatap beberada saat sebelum beangkit dari tempat tidur.

Manatap sedih tangan yang diulurkan tanpa mendapat balasan, tetapi bibirnya masih mengembangkan senyum seolah tidak ada apa-apa. Tersenyum ketika terluka adalah hal yang paling menyakitkan dan berpura-pura baik ketika mendapat perlakuan buruk adalah penderitaan.

Meski demikian, selama mereka bisa menghabiskan waktu bersama, perasaan Xiao Zhan pasti akan bertumbuh sering waktu. Wu Yifan hanya tahu bahwa ia harus bersabar untuk mendapatkan apa yang diinginkan.

Xiao Zhan bukanlah seseorang seperti orang-orang di sekitarnya, ketertarikan mereka mampu dibeli dengan uang, perasaan mereka mudah dimanipulasi oleh sedikit kata-kata manis.

The Cold Season ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang