113, 114, dan 115 (end)

2.1K 151 36
                                        

BAGIAN 113 The Greatest Gift

Malam itu salju turun cukup lebat, Xiao Zhan sudah berada di rumahnya. Mendekap di balik selimut seusai membersihkan diri, meski begitu ia tanpa sadar memikirkan keadaan Wang Yibo. Memang sudah setengah jam berlalu sejak kepergian pihak lain setelah mengantarnya, tetapi tidak memberi jaminan keamanan dan tiba di rumah dengan selamat.

Jika tahu hal ini akan terjadi, Xiao Zhan pasti tidak akan segera mengusirnya seperti biasa. Mungkin ia akan sedikit berbaik hati untuk membiarkannya diam di sisni sampai salju perlahan mereda.

Beberapa minggu terakhir, hidupnya terus diusik oleh Wang Yibo seolah tiada hari tanpa gangguan orang itu. Di awal memang sangat menyebalkan merasakan keberadaaan yang tidak diinginkan, tetapi semakin lama Xiao Zhan semakin terbiasa, bahkan hingga kini perasaan itu terus berkembang tanpa bisa dicegah. Berapa kali ia mencoba mengabaikan ataupun menjauh, berapa kali juga kegagalan didapatkan. 

Wang Yibo seperti karet, semakin Xiao Zhan berusaha menjauhkan diri, semakin besar peluang mereka saling menyentuh perasaan satu sama lain. Sayangnya, semua hal tidak semudah dulu. Ini bukan tentang Xiao Zhan yang bertindak labil dan tidak stabil atau kekanakan, tetapi karena ia mulai berpikir secara mendalam. Saat ini sudah bukan waktu bagi mereka untuk menjalin hubungan berdasarkan perasaan suka sama suka saja, lebih dari itu melibatkan keseriusan dan sikap tegas.

Ketika pikirannya berkelana ke mana-mana, pintu kamar telah diketuk berulang kali dari luar sampai si pengetuk kehilangan kesabaran, membuka pintu dan masuk meski tanpa izin.

“Zhan, ada denganmu? Nian Nian tidak melihatmu sejak pagi, tapi kamu bahkan tidak menemuinya setelah pulang.” Xuan Lu muncul dengan Xiao Nian dalam gendongan. Anak itu segera berteriak girang melihat sosok yang telah sehrian tidak ditemui.

Xiao Zhan yang terkejut segera membebaskan diri dari pelukan selimutnya, duduk dengan senyum kaku sarat akan permintaan maaf. Jelas dia melupakan Xiao Nian hanya karena terlalu banyak berpikir. Yang tidak bisa dimaafkan adalah karena ia memikirkan Wang Yibo.

“Maafkan aku,” katanya dengan tawa kering. Segera meraih Xiao nian dan mencium pipi bulat anak itu, tidak lupa menggodanya dengan gelitikan ringan.

Tawa manis Xiao Nian menggema diikuti oleh Xiao Zhan, mereka tampak seperti dua bayi yang telah diurus dengan sangat baik. Xuan Lu tersenyum puas, tidak pernah menyesali telah memanjakan dua orang itu. Ikut bercanda dan sesekali menggoda Xiao Nian hingga perlahan merasa lelah.

Xiao Nian berguling di atas tempat tidur, bermain dengan tangan Xiao Zhan, perlahan ia memejamkan mata. Merasa puas bermain-main hingga lelah dan berakhir tertidur. Benar-benar mudah diurus.

Pada titik ini, baik Xiao Zhan maupun Xuan Lu memiliki pemikiran masing-masing. Meski tatapan mata mereka seolah tertuju pada Xiao Nian yang menggemaskan, tetapi isinya kosong dan berkeliaran ke mana-mana. Ada banyak hal yang telah mereka lewati, sama banyaknya dengan halhal yang perlu diurus dan diselesikan. Sejak mereka memutuskan kembali, mereka sudah siap untuk menghadapi masa lalu, tetapi ketika berhadapan dengan hal itu tetap saja tidak semudah yang dipikirkan.

Mereka menghela napas bersamaan, kompak dengan ekspresi terkejut paska mendengar satu sama lain. Saling melempar pandangan sebelum tertawa bersama. Bagaimanapun, sudah hampir tiga tahun sejak mereka tinggal bersama, melewati setiap masalah bersama, dan menyemangati satu sama lain. Waktu-waktu yang mereka lewati jelas meninggalkan kesan positif, membuat hubungan yang baik semakinbaik. Sudah seperti kakak-adik sesungguhnya.

“Apa yang membuatmu sangat lelah baru-baru ini?” Xuan Lu menyudahi tawa terlebih dulu, bertanya sambil menarik selimut membungkus Xiao Nian.

Xiao Zhan menarik napas dalam-dalam, melempar tatapan pada kaca yang tidak tertutup tirai. “Hanya masalah studio,” jawabnya ringan. Tidak mungkin dan tidak ingin mengatakan kebenaran kepada Xuan Lu, bukan berarti ia menyembunyikannya, tetapi merasa bahwa belum tepat untuk menceritakan kegelisahan hatinya saat ini.

The Cold Season ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang