Aku melirik ke arah jam tanganku, pukul dua belas kurang lima menit yang berarti tidak lama lagi waktunya istirahat. Aku merapikan tumpukan berkas lantas segera turun ke bawah. Perutku sedari tadi sudah keroncongan karena pagi ini aku kesiangan sampai-sampai tidak sempat untuk sarapan.
Kemarin malam, aku terlalu asyik bermain game dengan Abrar dan setelah itu dilanjut chating-an sampai jam setengah tiga pagi. Aku ingin menghentikan chat kami, tetapi topik yang dibicarakan sangatlah seru. Kami membahas salah satu buku dengan genre self improvement yang telah kami baca. Kebetulan, kami mempunyai kesamaan yaitu suka membaca buku dengan genre tersebut.
Aku melangkah lebih cepat lalu masuk ke dalam lift, menekan tombol menuju lantai dasar. Sesampainya di sana, aku kembali berjalan lalu masuk ke dalam sebuah tempat makan yang berada tepat di sebelah kantor.
"Ayam geprek mozarella, tapi enggak usah pakai sambal ya, Bu," pesanku lalu aku duduk di kursi meja makan.
Sebenarnya aku suka sekali pedas, hanya saja aku belum makan dari pagi. Takutnya saat aku langsung makan yang pedas, perutku bermasalah dan semua kegiatanku akan terganggu.
Tidak lama kemudian, pesananku datang. Aku langsung mencuci tangan dengan sabun lantas menyantap makanan itu.
"Gia," ucap seseorang memanggilku. Aku yang baru saja akan menyuap makananku ke mulut langsung terhenti lalu menoleh ke arah sumber suara. Pak Kastara sudah berdiri di sebelahku, aku mengedipkan mata beberapa kali, belum mengerti dengan maksud kehadirannya, "kenapa saya telepon tidak diangkat?" tanyanya.
Aku terdiam dan seketika teringat ponselku berada di meja kerja. Aku sengaja meninggalkannya di sana. "HP saya ada di meja kerja. Saya enggak tahu kalau Bapak telepon. Lagi juga ini kan waktunya istirahat," Pak Kastara hanya terdiam lalu aku dengan inisiatif menunjuk kursi di sebelahku, "duduk, Pak."
Pria itu duduk lalu dia menumpu kepalanya dengan tangan. "Kalau kemana-mana ponselnya dibawa."
"Termasuk saat istirahat?" tanyaku.
"Iya. Termasuk saat istirahat. Saya ingin menghubungi kamu sampai harus menyusulmu ke sini," Pak Kastara melirik ke arah tanganku yang masih memegang nasi dan ayam yang belum sempat aku masukan ke dalam mulut, "yaudah kamu makan dulu," lanjutnya.
"Emang Bapak tadi telepon saya mau ngomongin hal penting apa?" tanyaku penasaran.
"Saya cuma mau ingatkan jangan lupa setelah jam istirahat ke ruangan saya."
Aku terdiam sebentar, kirain penting sampai aku disusul begini. Ternyata cuma mau mengingatkan tentang pertemuan kami nanti, sebenarnya tanpa diingatkan pun aku ingat.
"Point pentingnya, nanti sebelum ke ruangan saya. Seperti biasa. Buatkan cokelat panas, kali ini tiga gelas. Saya dua kamu satu."
Aku mengangguk. "Nanti saya buatkan," aku melirik ke arah makananku lantas kembali menatapnya. "Makan, Pak," tawaranku.
"Iya, kamu makan. Saya lihatin kamu makan aja."
Eh, kenapa harus diliatin.
"Makannya yang rapi, jangan berantakan gitu," dia menujuk ke arah nasi yang terjatuh di atas meja, "ini seharusnya tetap ada di piring."
"Maaf, Pak. Soalnya buru-buru. Takut Bapak kelamaan nungguin saya makannya."
Dia menatapku lekat. "Kalau makan itu jangan ngomong, mau tersedak kamu?" Aku menggeleng cepat, "yaudah makannya biasa aja. Lama juga enggak apa-apa, saya tungguin."
Aku tersenyum kecil lalu kembali melanjutkan kegiatan makanku dengan tenang, walaupun netra pria di depanku ini selalu menatap ke arahku.
Bersambung
![](https://img.wattpad.com/cover/277670669-288-k416684.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Controller and Me
Romance"Pak Kastara, aku kira Bapak cuma mengontrol urusan kantor doang, tapi ternyata setelah kita memiliki yang hubungan serius. Bapak juga mengontrol kehidupan aku." "Saya seperti ini, demi kebaikan kamu."