"Bapak, aku penasaran," aku mengeser tubuhku lebih dekat darinya, "mau lihat wajahnya Raina, boleh nggak?" tanyaku yang langsung membuat Pak Kastara terdiam beberapa saat.
"Boleh sih, tapi saya enggak punya fotonya. Saat kami memutuskan untuk berpisah, saya enggak menyimpan apapun tentang dirinya," jawab pria itu.
Aku berpikir sebentar. Raina punya akun Instagram kali ya. Zaman sekarang semua orang kayanya bermain media sosial itu. Kalau Pak Kastara enggak punya fotonya, aku bisa lihat di instagramnya.
Buru-buru aku membuka ponselku lalu membuka aplikasi Instagram. "Namanya siapa, Pak?" tanyaku tanpa menoleh ke arahnya.
"Raina."
"Nama panjangnya?"
"Raina Dwita Sanggarina."
Aku mencari nama itu dan langsung bertemu dengan akun bercentang biru. Aku membuka salah satu post fotonya lantas menunjukan kepada Pak Kastara. "Ini, Pak?" dia memperhatikan foto itu dengan seksama lalu mengangguk.
Widih, mantannya selebgram ternyata. Pengikutnya sudah jutaan. Wajar saja sih, wajahnya memang sangat rupawan. Bentuk tubuhnya juga sempurna. Tidak heran jika perempuan itu punya pengikut sebanyak itu.
Tanganku bergerak untuk melihat postingan yang lainnya. Seketika tanganku berhenti saat melihat sebuah foto Raina bersama seorang pria dan ada anak bayi digendongannya.
"Dia udah punya anak, Pak?" tanyaku sambil melirik sebentar ke pria itu.
Kedua pupil matanya langsung melebar. "Emang iya?" tanyanya balik, "saya enggak tahu, Gi. Saya enggak pernah mencari tahu kehidupannya yang sekarang."
Aku mengangguk lalu mendekatkan ponselku ke arahnya sehingga saat ini kami memperhatikannya posting Raina berdua. "Iya, Pak. Benar," aku membuka postingan foto pernikahan Raina, "dia udah nikah, Pak. Setahun yang lalu."
"Iya ya? Coba sini saya liat," dia mengambil ponselku lalu melihat sendiri. Aku menatap ke wajah itu dengan lekat, tidak ada perubahan ekspresi di sana. Tidak senang dan tidak juga terlihat sedih. Biasa aja.
"Yaudah, biarin. Emang jalan kami yang udah beda. Lagian saat ini saya juga udah punya kamu," ucapnya sambil memberikan ponsel milikku.
Aku tersenyum lalu memasukkan kembali benda tipis. "Bapak udah enggak ada perasaan apa-apa lagi sama dia, Pak? Enggak sedih?" tanyaku berusaha memancing.
"Enggaklah. Saya enggak begitu. Kalau saya masih punya perasaan saya enggak akan menjalin hubungan sama kamu," dia mengelus rambutku, "saya enggak sejahat itu, Gita." Aku mengangguk cepat. Iya, aku percaya.
Setelah berbincangan singkat itu, kami sama-sama terdiam. Tenggelam dengan pikiran masing-masing. Aku terus memikirkan tentang Raina, perempuan itu terlihat sempurna sekali.
Pak Kastara pasti dulu bangga menjalin hubungan dengan perempuan sesempurna itu. Namun, sekarang selera pria itu seakan menurun drastis. Dia malah jatuh cinta sama aku. Perempuan yang jauh dari kata sempurna.
Tubuhku enggak sebagus dia. Wajahku enggak semulus dia. Kulitku enggak seputih dia. Aku juga enggak sepopuler dia. Hidupku juga sepertinya enggak seberuntung dia.
Kalau tahu begini, seharusnya aku enggak perlu penasaran dengan membuka-buka instagramnya. Rasa penasaranku hilang, tetapi rasa insecure-ku malah mendadak muncul.
Sial. Aku jadi kepikiran terus.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Controller and Me
Romance"Pak Kastara, aku kira Bapak cuma mengontrol urusan kantor doang, tapi ternyata setelah kita memiliki yang hubungan serius. Bapak juga mengontrol kehidupan aku." "Saya seperti ini, demi kebaikan kamu."