Mari kita berperang

4.8K 426 32
                                    

"Kesempurnaan dalam hal apa yang Bapak maksud?" tanyaku dengan sebelah alis yang menukik. Aku sudah siap apabila saat ini terjadi pertengkaran besar diantara kami. Kalaupun akhirnya, hubungan kami yang harus berakhir, aku juga enggak keberatan.

"Semuanya. fisik, pendidikan, kekayaan, dan jabatan," ucapnya.

Aku mengangguk, didetailkan ternyata. Aku mendekatinya lebih dekat, lantas tanganku juga aku lipat di dada. "Oh, ya. Mungkin aspek-aspek itu Bapak yang lebih unggul," aku tersenyum miring, "kalau sikap? Jelas dia yang lebih unggul."

Kedua keningnya mengerut. "Apa yang kamu maksud? Apa selama ini sikap saya enggak baik sama kamu? Apa selama ini saya pernah menyakiti fisik dengan bertindak kasar? Enggak pernah," ucapnya lebih kencang.

Aku menatapnya dengan tajam. "Bapak enggak menyakiti fisik aku, tapi Bapak menyakiti hati aku. Bapak berhasil menyentuh mental aku sampai membuat aku enggak percaya diri dan akhirnya aku enggak menerima fisik aku sendiri. Sadar itu nggak?" tanyaku lebih menantang.

"Apa yang kamu maksud?"

Dia sama sekali enggak sadar dimana letak kesalahannya. Jelas-jelas selama ini dia selalu merendahkan fisik aku. Membandingkan aku dengan Raina. Oh, mungkin bukan membandingkan, tapi membuat aku seperti dia.

"Bapak. Bapak sadar nggak, Bapak selalu merendahkan aku terutama soal fisik. Bapak mengubah aku sedemikian rupa, sampai-sampai setiap kita ingin jalan keluar, Bapak yang selalu memilihkan baju untuk aku? Seolah kalau Bapak enggak percaya kalau pilihan aku bakal bagus."

Aku mengelap air mataku yang tiba-tiba terjatuh. "Awalnya aku percaya kalau Bapak melakukan itu demi kebaikan aku. Aku juga percaya kalau Bapak melakukan itu untuk menyesuaikan standar kecantikanku  dengan standar keluarga Bapak," aku terisak pelan, "awalnya aku percaya. Sampai akhirnya, aku bertemu langsung dengan Raina. Aku melihat kesamaan antara aku yang Bapak ubah dengan dirinya."

Aku lagi-lagi terisak. Kali ini lebih kencang. "Sama, Pak. Bahkan bajunya pun sama. Aku bodoh ya, bisa percaya dan mau mengubah fisik aku agar sesuai dengan keinginan Bapak. Agar aku bisa lebih mirip dengan Raina," ucapku sedikit berteriak.

Tiba-tiba wajahnya menegang. Keringat dingin langsung memenuhi keningnya. "Jujur aja, aku cape kalau Bapak terus menuntut kesempurnaan terutama soal fisik," aku mengigit bibirku, berusaha meredam isak tangisku yang semakin kencang, "karena terlalu cape, aku sampai membuang herbal pelangsing yang Bapak berikan. Aku enggak meminumnya sama sekali."

Dia hanya terdiam, mematung sambil menatapku lekat.

"Aku enggak sempurna. Fisikku enggak sebagus Raina. Kalau Bapak berusaha mengubah aku agar mirip Raina, itu enggak akan bisa terjadi. Aku dan dia berbeda."

Aku menarik napasku sebentar sebelum akhirnya melanjutkan pembicaraanku. "Pak, aku dekat dengan Dewa. Dewa yang Bapak duga sebagai selingkuhan aku. Dewa adiknya Raina," aku menatapnya lebih dalam, "Raina sebentar lagi akan menjanda. Kalau Bapak masih punya perasaan sama dia. Aku bisa bantu."

"Aku bisa bantu mendekatkan kalian. Itu lebih baik daripada Bapak terus-menerus berusaha mengubah aku seperti Raina, itu jauh lebih menyakitkan untukku."

Bersambung

Teruntuk yang mau baca cepat, aku udah publish satu buku full di Karyakarsa.

Teruntuk yang mau baca cepat, aku udah publish satu buku full di Karyakarsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanya dengan Rp29

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hanya dengan Rp29.000 kalian bisa akses semua itu, tanpa menunggu.

Mr. Controller and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang