"Pak Kastara, aku kira Bapak cuma mengontrol urusan kantor doang, tapi ternyata setelah kita memiliki yang hubungan serius. Bapak juga mengontrol kehidupan aku."
"Saya seperti ini, demi kebaikan kamu."
Aku bersorak-sorai ketika pembawa acara menyebut nama tim kami menjadi juara pertama. Aku, Abrar, dan teman-teman yang lainnya berhasil memenangkan turnamen ini.
Abrar selaku kapten tim naik ke atas panggung dan menerima reward yang telah disiapkan dari panitia. Abrar menatapku dan juga menatap yang lainnya, dia menunjukkan sebuah piala di tangannya. "Perjuangan kita," ucapnya kecil.
Aku mengangguk sambil tersenyum. Ada rasa bangga sekaligus senang mengingat turnamen ini lebih besar daripada turnamen kemarin dan tentunya lawannya juga lebih sulit, tapi dengan kekompakan dan semangat, tim kami bisa memenangkannya.
Tim kami hebat. Aku bangga.
Setelah beberapa saat, masih dengan euforia kemenangan kami semua kembali ke Jakarta, walaupun saat ini sudah hampir tengah malam. Ya, habisnya bagaimana besok kami harus kembali pada rutinitas masing-masing.
"Sekali lagi terima kasih ya, Abrar tumpangannya. Terima kasih juga sudah menjadi kapten yang hebat," ucapku saat kami sudah berada di depan rumahku.
Abrar mengangguk lantas tersenyum. "Sama-sama, Gia. Terima kasih juga sudah menjadi anggota yang cerdas," ucapnya memuji.
Dia bilang apa? Anggota yang cerdas?
Aku terenyuh.
"Kalau begitu gue masuk ya," ucapku cepat.
Abrar mengangguk. "Silahkan."
"Hati-hati, Bar. Nyetirnya."
"Hati-hati juga, Gi. Naik tangganya." Aku terkekeh lalu segera masuk ke dalam rumah.
⚡
Kali ini, pada jam makan siang Pak Kastara mengajakku untuk makan di sebuah restoran yang berada di mal dekat kantor. Dia memesan steak daging, begitu juga denganku.
"Saya rasa sudah cukup waktunya untuk pikir-pikir," Pak Kastara mendekatkan tubuhnya ke arahku, "saya mau tahu jawaban dari tawaran saya kemarin. Kamu mau lanjut S-2 kan? Demi anak-anak kita nanti," ucapnya tiba-tiba.
Aku gelagapan. Pasalnya sedari kemarin aku sama sekali belum memikirkan tentang tawaran itu. Aku terlalu sibuk memikirkan tentang turnamen dan juga terlalu menikmati keseruanku di sana sehingga pikiran-pikiran menyebalkan tidak aku biarkan masuk ke dalam kepala.
"Maaf, Pak. Dari kemarin aku sibuk turnamen, sampai enggak kepikiran sama sekali tentang ini," ucapku jujur.
Wajah Pak Kastara tiba-tiba datar. "Kamu terlalu sibuk memikirkan dan melakukan hal yang tidak penting," sebelah alisnya menukik, "apa yang kamu dapatkan dari sana?"
Aku menegakan tubuhku lantas menatap lurus ke arahnya. "Aku tiga hari di sana, enggak sia-sia, Pak. Aku pulang membawa kemenangan."
Pak Kastara mengangguk-angguk kepalanya. "Seharusnya kamu enggak perlu berbangga diri tentang kemenangan. Mau menang atau pun tidak ya biasa aja."
Jujur saja hatiku sakit. Dengan entengnya dia merendahkan hal yang aku banggakan. Mencapai sebuah kemenangan susah, tapi dianggap remeh olehnya.
"Aku dapat uang dari kemenangan, dapat rasa bangga, dan tentunya batinku senang. Menurutku yang aku dapatkan itu adalah hal yang paling esensial," ucapku dengan nada yang menaik.
"Berapa uang yang kamu dapatkan dari sana? Jumlah uang perorangan."
Aku mengingat jumlah uang yang Abrar transferkan tadi pagi. "Dua puluh juta," ucapku.
Pak Kastara mengangguk lagi. "Saya bisa kasih kamu lebih dari itu kalau kamu mau menerima tawaran S-2 yang saya berikan," ada menyeruput jus jeruknya lalu kembali menatapku, "kamu aneh banget, Gi. Saya menawarkan kamu pendidikan. Hal yang paling penting buat masa depan kamu. Masa saya harus sebegininya. Kamu kan bangga juga kalau nanti anak-anak kita punya Ibu yang pintar dan berhasil mendidik mereka."
Dadaku semakin bertambah panas. Mendidih rasanya.
"Pertama, kemenangan dan kesenangan batin aku enggak bisa dibeli pakai uang. Mau sebanyak apapun," aku menarik napas panjang, "kedua, keberhasilan dalam mendidik anak bukan ditentukan oleh tingginya pendidikan."
Pak Kastara langsung mematung dengan kedua mata yang melebar. "Aku menolak tawaran S-2 yang Bapak berikan. Mau sebanyak apapun uang yang Bapak berikan, mau sebagus dan semahal apa universitas yang memfasilitasi pendidikan aku, aku tetap enggak mau," ucapku final.
Bersambung F
ull e-book dan podcast Mr. Controller and Me sudah tersedia di Karyakarsa.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hanya dengan Rp 29.000 kalian sudah bisa akses Full ebook dan podcastnya.
Rp 29.000 langsung dapat paket lengkap, tanpa menunggu.
Kalian bisa langsung ke Karyakarsa
Atau
Juga bisa WA admin aku (085810258853) nanti bisa menggunakannya metode transfer bank dan file akan dikirimkan lewat WA.