19

94 29 14
                                    

"Reno!" panggil Wilam sedikit kencang memberhentikan langkah Reno.

Reno menghentikan langkahnya tanpa balik badan menghadap Wilam.

Wilam melangkah mendekati Reno anak sulungnya yang tak pernah ia sukai sifatnya.

"Bisa bicara sebentar Reno?" ujar Wilam sambil menatap lekat mata Reno.

Reno mengangguk kecil, lalu ia melangkah menuju sofa yang di ikuti oleh Wilam.

Wilam menatap lekat Reno dengan perasaan campur aduk.

"Jangan Wilam ini belum waktu yang pas untuk mengatakan sebenarnya" batin Wilam sambil menatap Reno lekat.

Wilam menghembus nafasnya panjang, "Bulan depan kamu akan berangkat ke New York untuk melanjutkan sekolah kamu di sana"

Reno langsung menatap Wilam dengan tatapan bingung, ada apa dengan papi nya itu menyuruh Reno pindah ke New York?

"New York pih?" ulang Reno.

"Iya, supaya kamu bisa lebih serius belajar nya dan cepat lulus untuk mengurus perusahaan papi"

"Reno gak bisa melanjutkan sekolah di New York" balas Reno kesal.

"Kenapa? kalau kamu terus-menerus di sini, kamu akan terus balap motor Reno" tegur Wilam.

Reno langsung mengambil tasnya dengan kasar, lalu ia bangkit dan melangkah menuju kamar dengan perasaan marah dan kesal.

Reno tak tahu harus gimana untuk mengambil keputusan ini semua. Jika ia pergi ke New York, ia tidak akan bisa lagi menjaga Zia dan mengingkar janji kepada almarhum Alva.

Reno tidak bisa meninggalkan Zia dengan keadaan yang masih belum bisa menerima kepergian Alva. Dan ia tidak bisa meninggalkan sahabatnya yang selalu support dalam hal apa yang di lakukan oleh dirinya.

Reno langsung membanting pintu dan merebahkan tubuhnya di kasur dengan mata terpejam.

****

"Silahkan duduk pak Dion" ucap Leo mempersilahkan Dion duduk agar berbincang dengan nyaman.

Dion tersenyum dan duduk di sofa yang sudah di persilahkan.

"Sudah lama kita tidak berbincang dan bertemu pak Dion" ucap Leo tersenyum ramah.

Leo dan Dion sudah mengenal sejak lama, mereka berdua sudah berkerabat layaknya saudara yang saling membantu satu sama lain dan saling support antar bisnis.

"Iya kek sudah lama kita tidak berbincang soal bisnis" balas Dion terkekeh kecil.

"Gimana dengan perusahaan pak Dion apakah ada masalah?" tanya Leo sambil menyeruput teh.

Dion tersenyum, "Tidak kek, perusahaan saya baik-baik saja"

"Jika ada kendala hubungi saja saya, dengan senang hati saya akan membantu" ucap Leo ramah.

"Saya ingin bicara serius dengan pak Dion mengenai Zia dan David cucu saya" lanjut Leo serius.

"Ada apa dengan Zia dan David kek?" tanya Dion mengerutkan dahinya bingung.

Leo berdehem pelan untuk menetralkan suaranya.

"Begini pak Dion, David cucu saya dengan Zia anak pak Dion memiliki hubungan yaitu pacaran" ucap Leo tersenyum.

EDWARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang