34

47 11 10
                                    

Sinar matahari menyorot wajah Zia yang tampak cantik bila dilihat. Ia langsung bangun dan melihat disekelilingnya berada dimana ia sekarang.

"Morning" dengan suara serak membuat ia mengenalinya. Yap dia David yang sudah berada didepannya.

"Mandi habis itu kita kerumah sakit" ucap David.

"Sorry semalem gue ket--"

"It's oke" ucap David sambil mengelus rambut Zia.

Zia meneguk saliwanya karena kaget dengan perlakuan David. Sudah kayak sepasang suami-istri saja ygy.

Zia langsung turun dari kasur dan bergegas ke kamar mandi. Namun ia tersandung oleh sendal dan akhirnya ia terjatuh dibidang David.

Mereka saling beradu tatap dengan jarak yang sangat menipis. Beberapa menit ia beradu tatap dan akhirnya Zia tersadar langsung menarik tubuhnya menjauh dari David. Lalu ia segera ke kamar mandi.

Namun, langkahnya terhenti karena David menarik Zia kencang dan terjatuh dipelukannya.

"Vid?" Zia berusaha melepaskan pelukan nya namun David semakin erat menarik pinggang Zia agar lebih dekat dengannya.

David mencium pucuk kepala Zia yang membuat Zia melebarkan kedua matanya. Kaget, dengan sikap David berubah menjadi manja.

"Itu tanda kalau gue jatuh hati and cinta sama lo" David mengutarakan isi hatinya kepada Zia. Entah mengapa David ingin cepat-cepat mengungkapkan perasaannya kepada Zia.

Jantung Zia berdebar kencang. Ia tak tahu harus bagaimana. Zia mulai menyadari bahwa dirinya juga telah jatuh hati kepada David yang selama ini mempunyai hubungan pura-pura.

"Gue harap lo ngerasain hal yang sama" David berkata dengan lembut.

"Lo milik gue sekarang dan selamanya" David mengecup kembali pucuk kepala Zia dengan sayang. Zia dapat merasakan itu.

"Vid gue--" baru saja Zia ingin berbicara, sudah dilarang oleh David dengan menaruh jari telunjuk nya dibibir Zia.

"Lo gak boleh bicara apapun tanpa izin dari gue"

Perlahan pelukan David mulai terlepas. Buru-buru Zia langsung pergi menjauh dari David. Namun, David menarik kembali Zia kedalam pelukannya sangat erat. Rasanya David tidak ingin melepaskannya.

"1 menit Zi" pinta David dengan suara kecil dan lembut.

Zia membiarkan David memeluknya. Ia langsung memeluk David balik.

Nyaman. Ya itulah mereka yang rasakan. Mereka berdua benar-benar sama-sama nyaman berada dipelukan tersebut.

David lalu melepaskan pelukannya dan membiarkan Zia untuk segera bersiap-siap. "Mandi gih" ucap David dengan senyuman manis yang pernah David perlihatkan kepada Zia.

Tanpa disadari air mata Zia keluar. Hal itu membuat David khawatir. "Hei? Are you okay?" tanya David khawatir.

David menuntun Zia untuk duduk dikasur dan David berjongkok menghadap Zia. Dan David memulai menghapus air mata Zia.

"Lo gak nyaman sama apa yang tadi gue lakuin?" tanya David karena ia benar-benar tidak tahu bahwa Zia akan menangis seperti ini.

Zia menatap David serius. "Gue keinget Alva Vid. Sorry"

"It's oke gue ngerti"

"Sorry" Zia lagi-lagi teringat dengan Alva. Lalu ia menangis mengeluarkan air mata yang membasahi pipinya.

David langsung memeluk Zia memberi kehangatan dan menguatkan Zia. David tidak memaksa untuk Zia menerima cintanya. David mengerti bahwa Zia masih mencintai Alva.

Zia melepaskan pelukannya. "Sorry, untuk sekarang gue belum bisa cinta sama lo"

David mengangguk mengerti. "I know, gue akan tunggu" sambil tersenyum kecil.

"Sorry" Zia sangat bersalah dengan apa yang ia katakan sebenarnya. Jujur dirinya masih belum bisa melupakan David.

"Iya. Tapi boleh kan kalau gue nunggu lo sampai cinta sama gue?"

Zia berpikir sejenak. "Terserah lo Vid. Gue mandi sekarang"

David mengacak rambut Zia sembarang. "Gue tunggu dibawah"

"Vid jangan mulai deh!" Zia mulai kesal.

"Ayo cepet mandi" David langsung keluar kamar dan menunggu Zia dibawah.

Sedangkan Zia terpaku atas apa yang barusan terjadi. Ia berharap David tidak kecewa dengan penolakannya tadi. Jujur memang dirinya belum bisa melupakan David, tetapi jika berada didekat David, ia sangat nyaman.

Ia akan coba untuk mengerti perasaannya.

*****

Vanessa keluar dari mobilnya. "Hi Nes" seseorang menyapanya.

"Hi" Vanessa membalas sapaan itu dengan senyuman.

Lalu ia terus melangkah menuju kelas. "Nes, lo bukannya sekarang harus ke rumah sakit ya?" tiba-tiba seseorang mengucapkan tepat disamping Vanessa dan berjalan bersama.

Langkah Vanessa terhenti seketika. "Rumah sakit?"

"Iya rumah sakit. Oh atau lo belum tau ya kalau Reno kecelakaan 2 hari yang lalu. Terus pagi ini dia mau operasi" ucap Maura mengambil kesempatan untuk merusaki persahabatan mereka.

"Lo tau darimana?" tanyanya.

"Dari anak-anak. Emangnya sahabat lo itu Zia gak kasih tau lo?" ujar Tania.

Vanessa menggeleng pelan. Vanessa sangat-sangat kecewa kepada Zia maupun Boby yang enggan memberitahunya.

"OMG! Zia jahat banget ya ternyata gak kasih tau lo. Gila sih gak nyangka gue" ucap Maura mengekpresikan tidak menyangka.

"Kok lo mauan sih sahabat sama Zia? Kalau gue jadi lo sih ogah ya sahabatan sama orang jahat kaya Zia." sahut Anin mengkompori. Membuat suasana menjadi panas.

"Bacot lo semua!" Vanessa langsung pergi menuju parkiran dan bergegas menuju rumah sakit.

"Nes!" panggil seseorang dari arah belakang sambil menghampiri Vanessa.

"Lo mau kerumah sakit kan?" tanya Angga yang sepertinya Vanessa sudah tahu.

"Iya, udah dulu ya ngobrolnya gue buru-buru!"

Angga mencegat tangan Vanessa. "Gue anter. Macet kalau lo pake mobil"

"Yaudah ayo!" Vanessa langsung mengiyakan ajakan Angga.

Lalu, Angga buru-buru mengambil motornya dan segera bergegas menuju rumah sakit.

TBC

EDWARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang