01

430 119 34
                                    

Zia sudah sampai di rumah, dan ia melangkah menuju dapur mencari Bi surti, pembantu rumah nya.

"Bibi" panggil Zia.

"Iya non?" jawabnya.

"Tolong di cuci ya bi" ucapnya sambil menyerahkan seragam milik David.

"Baik non"

"Makasih ya bi, Zia ke atas dulu" ucapnya yang diangguki oleh Bi surti.

Zia pun mulai menaiki anak tangga menuju kamarnya. Sesampai nya disana, ia langsung merebahkan tubuh nya di kasur.

"Huft...capek banget gila!" ucapnya.

Ting!

Ponsel Zia berbunyi menandakan ada pesan masuk, Zia pun langsung mengecek ponsel nya dan mendapatkan pesan dari Reno.

Reno tengil.
Jangan lupa nanti malam by.

Oke.

Jangan pada salfok dengan kata 'by' karena, Reno sudah biasa memanggil Zia dengan sebutan 'by'.

Setelah membalas pesan Reno, Zia bangkit dari posisi nya lalu ia melangkah menuju foto yang terpajang di dinding.

Foto itu adalah foto Zia dengan mantan kekasih nya, yang sudah meninggal dunia 2 tahun yang lalu.

Zia mengusap foto tersebut dan ia memandangi mantan kekasih yang sangat amat ia cintai.

"Aku kangen sama kamu Va, aku rindu momen kita berdua yang dimana aku sama kamu Night Ride bareng. Aku rindu sama senyuman kamu Va, dan yang paling aku rinduin adalah, dimana kamu maksa aku untuk nonton kamu balap motor. Sekarang kamu udah gak sakit lagi, kamu yang tenang di sana yah, dan semoga kamu disana bisa melihat aku yang disini yang terus mencintai kamu" ucapnya lirih, lalu ia mencium foto dirinya bersama Alva.

Zia menaruh kembali foto nya ditempat semula, dan ia menghapus air matanya. Lalu, ia melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan badan yang sudah gatal sejak tadi.

***

David sudah sampai di markas, ia langsung masuk dan menuju ruang tamu, dimana sahabat nya berada.

"Buset muka lo kenapa gitu Vid?" tanya Angga sambil menatap muka David serius.

"Biasalah" balas Patrick sambil mengetik ntah membalas pesan siapa.

"Pasti gara-gara bokap lo nggak ada lagi udah" ujar Axvel seraya memainkan stik PS.

"Bokap mau jodohin gue" ujar David dengan mata terpejam.

"Terus lo terima perjodohan itu?" tanya Axvel.

David pun bangkit dari senderan nya, "Belum gue jawab, gue bingung harus terima atau tidak. Di sisi lain, kalo gue nolak gue kasian sama Nyokap dan Adik gue yang terus mikirin gue, bisa-bisa mereka berdua bisa stres. Dan misal gue terima perjodohan ini, gue bakal susah untuk menggapai cita-cita gue" jelas David sambil meminum soda.

"Tapi, kalo misal lo terima perjodohan nya, lo bakal dapat izin dari bokap lo sebagai pembalap?" tanya Angga.

"Iya, tapi gue nggak percaya sama bokap gue, karena gue udah tahu dia hanya mancing gue supaya nikah sama anak teman nya itu"

"Dan gue tau alasan bokap gue menjodohkan gue sama anak teman bisnis nya itu" lanjutnya.

"Kakek lo tau soal perjodohan ini?" tanya Patrick.

EDWARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang