13. Retak?

23 2 0
                                    






"Yang ini bawain dong,Beb!". Teriak Insky sambil matanya mencari-cari sosok Jenaka yang entah pergi kemana.

Mereka baru saja pulang dari supermarket untuk membeli camilan-camilan serta makanan untuk persediaan dirumah Alrescha dan jangan heran karena rumah Al ini sudah seperti rumah mereka,setiap malam selalu ada dirumah itu dan berkumpul bersama.

"Gue bawain yang ini deh,Ra. Elo yang itu saja". Ujar Zidny sambil membawa dua plastik besar berisikan bahan pokok.

"Oke,pengertian banget sih lo". Ujar Nora sambil terkekeh pelan. Gadis itu berbalik dan..."Astagfirullah!".

Zidny menoleh saat Nora memekik keras dan kini ia mendapati Andaru ada didepan mereka dengan wajah datar. Cowok itu langsung menarik dua plastik besar dari tangan Zidny secara paksa.

"Eh!".

"Gue bawain,sana lo masuk dulu". Ujar Andaru.

"Gak perlu,bawa punya Nora saja". Ujar Zidny dengan wajah datar,gadis itu menepis tangan Andaru darinya untuk mengambil dua plastik tadi."Buruan".

Tetapi Andaru tak bergeming,cowok itu hanya memandang Nora dengan wajah dinginnya. Hal itu tentu saja membuat Nora sedikit tersenyum kecut memandang cowok itu,ia lantas memeluk plastik berukuran sedang itu dengan erat.

"Gak perlu,gue mampu bawainnya". Ujar Nora,gadis itu langsung berbalik meninggalkan Zidny dan Andaru yang masih berdiri dibelakang mobilnya.

Fathur yang melihat itu langsung menghampiri Nora,menarik tas plastik itu dan tanpa sepatah kata apapun cowok itu langsung masuk kedalam rumah Alrescha meninggalkan geming di dalam diri Nora,gadis itu mengepalkan tangannya kuat-kuat berharap bahwa semua ini hanyalah mimpi sebab ternyata sesakit ini mencintai Andaru.

"Siniin". Lanjut Andaru sambil merampas tas plastik itu.

"Gak!". Tegas Zidny,ia mendongak menatap Andaru dengan tatapan mata kesal."An,bisa gak sih lo menghargai Nora sedikit saja?kasihan dia".

"Itu bukan kewajiban gue kan,Zid?". Tanya Andaru,cowok itu menghela nafasnya pelan sambil menatap Zidny lelah."Lo yang minta gue buat perhatiin lo doang bukan yang lain dan itu cara gue".

"Tapi hargai Nora. Dia suka sama elo dan gak memaksa elo buat suka balik sama dia,setidaknya Nora gak ngemis perhatian ke elo!". Tandas Zidny,ia jadi kesal karena Andaru selalu berpaku pada pendiriannya."Gue tahu lo gak suka sama Nora tapi setidaknya jangan buat dia merasa gak ada harga dirinya di mata lo,andai dibalik apa lo bisa terima?".

Andaru tak bergeming,cowok itu hanya diam saja.

Zidny menunjuk dada Andaru dengan penuh penekanan."Hati lo itu keras,An!gue minta lo buat perhatiin gue itu semata-mata buat melatih rasa di hati lo! Tapi ternyata malah semakin menjadi!".

"Kenapa lo mojokin gue sih?". Tanya Andaru kesal."Gue gak minta pembahasan Nora!".

"Ini nih masalah lo!". Tandas Zidny sinis."Lo yang mikirin diri lo sendiri,elo yang egois yang merasa lo paling benar disini. Cukup ya,An. Gue gak mau lihat lo yang seperti ini lagi".

Andaru merampas dua plastik itu dengan paksa dari tangan Zidny."Gue bersikap seperti itu karena gue gak mau nantinya Nora kebawa perasaan dan salah paham! Gue gak mau perhatian sama dia kalau nanti ujung-ujungnya dia malah semakin jatuh cinta sama gue!".

Zidny tersenyum getir mendengarnya."Dia sahabat kita juga,An. Setidaknya cara bantu dia untuk keluar dari lubang bukan seperti ini,ada banyak cara lainnya lagi!".

Zidny memejamkan matanya pelan,ia tampak menyisir rambutnya kebelakang dengan wajah frustasi."Terserah elo deh,An. Gue cuma gak mau nantinya Nora salah paham karena kita".

ALRESCHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang