14. Ranah Tak Bertuan

31 3 0
                                    




Keadaan di kantin siang ini terlihat cukup canggung tatkala mereka melihat Andaru masih tak mau meluluhkan hatinya karena kejadian kemarin malam,mata Nora masih selalu saja jatuh menatap Andaru yang memberikan perhatian lebih kepada Zidny dan kini lihatlah,Nora berlarut dalam kesedihannya.

Tangan kanan Zidny masih sakit dan diperban jadi ia tidak bisa makan dengan tangannya maka Andaru yang membantu gadis itu untuk melakukan apapun,menjaganya seolah Zidny tidak ada yang boleh menyentuh. Sesakit itu hati Nora padahal ia kini duduk persis didepan Andaru dan Zidny.

"G-gue bisa sendiri,An". Bisik Zidny dengan wajah tidak enak,ia menatap kearah Nora karena merasa sangat bersalah dengan gadis itu.

Zidny tersenyum getir saat kini ia melihat Fathur datang dengan wajah sumringah dengan membawa satu nampan makanan didalamnya,cowok itu duduk samping Nora sambil tersenyum teduh.

"Ra,nih gue bawain makanan kesukaan lo". Ujar Fathur dengan wajah sumringah,ia meletakkan nampan itu didepan Nora."Iya gue tahu rasanya aneh tapi gue gak perlu lagi sembunyiin rasa dan perhatian gue ke elo".

Nora tersenyum tipis."Makasih,Thur".

Bagaimana hati Zidny tak sakit hati?melihat Nora diperhatikan Fathur dengan tulus sedangkan hati Nora tak ada pada Fathur. Hati Zidny juga sangat sakit,perasaannya sudah ia tenggelamkan tetapi kenapa semakin dalam malah semakin sakit?jika ada jalan keluar yang mudah mungkin Zidny mau mengambil jalan itu meski pada akhirnya hanya perpisahan yang terjadi.

"Kita ini sahabat,mau segede masalah apapun harusnya kita bisa damai". Tukas Alrescha sambil menatap Andaru dengan terang-terangan."Lo mau musuhin Nora cuma karena dia salah?atau karena dia punya perasaan ke elo?gitu mau lo?".

Andaru tak bergeming,cowok itu sibuk mengaduk-aduk makanannya tanpa berniat menatap siapapun. Alrescha tersenyum miring melihat tingkah Andaru,memang sulit untuk bisa bicara dengan batu.

"Anggap saja semua salah". Tandasnya,Alrescha mengacungkan jari telunjuknya kearah Nora."Nora salah karena jatuhin perasaan ke orang bego kayak lo dan lo bego karena gak bisa menerima itu,salah semua kan?".

"Maksud lo apa?!". Andaru membanting sendoknya dengan kasar,ia menatap Alrescha dengan wajah kesal.

"Maksud gue?". Tanya Alrescha,cowok itu tampak tersenyum tulus menatap sahabatnya."Kita semua salah kalau kita berani jatuh cinta tanpa berpikir konsekuensinya,itu maksud gue. Gue sadar bahwa perasaan ditengah kita gak akan baik tapi apa kita bisa nyalahin orang lain?gue tanya,bisa?".

Mereka semua yang ada di sana tampak menggeleng pelan menjawab pertanyaan Alrescha dalam diam.

"Gak bisa kan,karena semua itu salah kita sendiri,kan?". Lanjut Alrescha,cowok itu kembali tersenyum lagi dan kali ini tampak lebih lebar."Kesalahan yang lalu ya sudah biar berlalu,Zidny saja bisa maafin Nora tapi kenapa lo gak,Ru?".

"Bukan gak bisa". Ujar Andaru akhirnya,cowok itu menatap Nora dengan tatapan perihnya."Gue cuma takut kalau gue berbuat baik sama lo tapi lo salah mengartikan itu. Gue takut lo baper dan gue takut kalau nanti pada akhirnya gue gak bisa jatuhin hati ke lo,gimana?".

"Gue takut semakin kesini semakin gue nyakitin elo,Ra". Andaru menunduk dalam,ketakutannya yang sejak awal ia pendam akhirnya dibuka. Ketakutannya akan menyakiti orang lain pada akhirnya."Jadi,jahat itu pilihan gue".

Semua orang disana terdiam bahkan Jenaka yang memiliki riwayat paling berisik saja sampai tak mau bersuara sebab ia paham betul dengan apa yang dimaksud Alrescha dan Andaru bahwa cinta bisa saja merusak persahabatan mereka dan Andaru juga sedang berusaha mempertahankan itu agar nantinya Andaru tidak kehilangan sosok Nora ditengah mereka.

ALRESCHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang