18. Jangan Bangunkan Iblis

26 2 0
                                    

Ixora duduk dengan wajah lesu,datar dan juga jengah sejak setengah jam yang lalu,didepannya sudah ada Bu Lusi yang memandangnya dengan tatapan lelah sebab selama setengah jam ini Ixora selalu diam dan mengelak tentang tuduhan kekerasan itu.

"Ixora! Ibu serius,kenapa kamu melakukannya?". Bu Lusi hampir saja menggebrak meja jika saja ia tak mengingat bahwa Ixora adalah gadis yang polos."Kamu bisa cerita ke ibu kenapa kamu melukai tangan Melody".

Ixora hanya diam kali ini,ia sudah lelah mengatakan tidak untuk kesekian kali. Bu Lusi selalu memberi tekanan kepadanya dan Ixora hanya bisa terdiam seperti orang bodoh. Namun saat ini pikirannya melayang-layang,biasanya ada Alrescha yang membantunya menyelesaikan masalah tetapi ia mengingat bahwa kini Alres sedang sibuk mengurus Melody dan meninggalkannya seperti ini.

"Ixora! Jawab ibu!".

"Tidak,Bu". Gumamnya dengan wajah datar.

Bu Lusi geregetan melihat wajah Ixora seperti itu apalagi jawabannya."Tidak bagaimana?kamu yang ada dikelas dan pegang gunting itu,semua anak berkata seperti itu. Kamu mau mengelak bagaimana?!".

Ixora menunduk diikuti sebulir air mata jatuh dari pelupuk matanya."Saya sudah bercerita,Melody berusaha melukai diri sendiri dan saya berusaha mencegahnya. Huft...itu saja".

Bu Lusi menghela nafasnya pelan,kalimat itu terus yang keluar dari bibir anak itu yang membuatnya sedikit naik pitam.

"Mana mungkin,Rara. Mana mungkin Melody melukai diri sendiri,alasan apa yang cocok untuk kejadian ini?".

Ixora semakin menundukkan kepalanya."Ibu tidak akan percaya".

"IXORA!!". Bentak Bu Lusi.

Ixora sedikit terkejut,ia hanya bisa menangis dalam diamnya. Kini semua orang bahkan tidak percaya dengannya dan tidak ada seorang pun yang mau menolongnya.

Tok tok!

Pintu terbuka menampilkan Bu Angela,wajah guru muda itu tampak khawatir melihat Ixora yang duduk dihadapan Bu Lusi dengan tubuh bergemetar.

"Bu,maaf menggangu sebab ini sudah waktunya murid-murid pulang dan  izinkan saya untuk menyelesaikan kasus ini sendiri". Ujar Bu Angela sambil merangkul pundak Ixora."Saya percaya dengan anak-anak didik saya".

Bu Lusi menatap Bu Angela sinis."Dari semua murid disini hanya murid kelas anda yang susah diatur,Bu Angel! Saya lelah menghakimi mereka".

"Saya tahu,Bu". Ujar Bu Angel dengan senyum tipisnya."Ayo Ixora,ikut ibu".

"Tapi bukan Rara,Bu". Gadis itu menatap bu Angela dengan wajah penuh air mata."Bukan Rara yang celakain Melody".

"Iya ibu percaya kok". Ujar guru itu dengan lembut."Ibu sudah bertanya kepada teman satu kelas kalian dan semua murid yang pertama kali sampai di kelas,mereka bilang tidak ada bukti atau saksi kalau kamu yang melakukannya".

"Bu,jelas-jelas dia yang ada disana". Ujar Bu Lusi dengan wajah keki.

"Tapi itu tidak menyimpulkan jika Ixora bersalah,Bu. Bisa jadi anak ini memang jujur,Melody bisa saja melukai diri sendiri". Ujar Bu Angela dengan wajah serius."Kurangnya saksi dan bukti bukan berarti Ixora pelakunya. Jadi masalah ini bisa kita selesaikan tanpa menuduh siapapun".

"Tapi jelas--".

"Jelas ibu belum tahu masalahnya". Tandas Bu Angela dengan tegas."Saya dan Ixora permisi bu".

Bu Angela menarik Ixora untuk keluar dari ruang BP meninggalkan Bu Lusi yang terdiam setelah mendengar kalimat tegas bu Angela. Guru memang seharusnya berpikiran terbuka,tidak menyudutkan yang lain dan segera menyelesaikan masalah dengan baik. Meskipun Bu Angela sering ditegur karena ulah murid-muridnya tetapi Bu Angel tetap pada pendiriannya yang meyakini bahwa semua anak didiknya itu baik.

ALRESCHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang