38. Rumah sakit

43 2 0
                                    




Langkah pelan itu berusaha tegar untuk menyusuri lorong panjang yang cukup ramai,ditanganya tergenggam buket bunga matahari dengan warna yang sangat indah,disusun rapi sesuai yang ia inginkan,lagaknya ia pikir bunga ini akan sedikit memberi kehangatan dalam benaknya. Dengan kepala menunduk dalam,Ixora berjalan dengan sayu mata yang penuh dengan kesedihan. Entah sudah berapa kali ia mendatangi tempat ini tapi tak satu hari pun ia bosan karena setelah kejadian itu ia tak pernah betah di rumah dan selalu tempat ini menjadi alasannya untuk tetap kuat.

Akhirnya,langkah Ixora terhenti didepan sebuah ruang ICU. Ia tersenyum getir menatap seseorang yang berada didalam sana sambil mempersiapkan mental,akhirnya ia beranjak masuk. Membuka pintu dengan pelan dan masuk dengan perlahan.

Suara monitor langsung menyambut telinganya tapi hanya seulas senyum getir yang masih Ixora tunjukkan hingga ia berjalan mendekat dan meletakkan buket bunga itu diatas nakas. Matanya melirik kearah pria yang terbujur kaku disampingnya dengan berbagai selang disekujur tubuh itu.

"Kak,ini aku Rara". Ujar Ixora,bahkan disaat itu suara Ixora langsung hilang dan berubah sumbang padahal wajahnya masih menunjukkan senyum yang layak diberikan kepada pria ini."Kak Dylan,bangun yuk".

Ixora beralih duduk disamping Dylan dan menggenggam tangannya yang pucat serta dingin itu."Kakak apa gak capek tidur terus?".

Hening..

Lama diam,tak sadar jika kini mata Ixora sudah berkaca-kaca melihat kondisi Dylan yang masih terbujur kaku di ranjang dengan segala alat penunjang hidupnya. Setiap hari,tak henti Rara menangisi Dylan yang tak kunjung bangun dari koma-nya.

Kejadian itu masih tercetak jelas di ingatannya,bagaimana tubuh kekar itu dibawa terbang keatas lalu terjun bebas menghantam aspal dengan sangat keras bahkan Ixora masih bisa merasakan hangat darah merah yang keluar dari kepala Dylan saat ia berhasil bangkit dan berusaha merengkuh tubuh kakaknya. Kecelakaan itu yang akhirnya membawa Dylan disini,terbujur kaku dan tak sadarkan diri dengan selang penunjang hidupnya. Dylan dinyatakan koma karena pendarahan di kepala serta keretakan pada tulang rusuknya yang membuat Dylan sampai sekarang belum sadar dari koma.

"Rara kangen".

Lirih Ixora dengan suara bergemetar serta air mata yang sudah bercucuran. Digenggamnya dengan pelan tangan Dylan yang pucat dan dingin itu lalu diciumnya secara pelan.

"Bangun kak,Rara mau kakak bangun terus jahilin Rara lagi". Ujarnya dengan tangis tersedu-sedu."Nanti yang mau jagain Rara siapa?yang marahin Al siapa kalau dia nakal ke Rara?yang mau ngomelin Al siapa kak kalau kakak tidur terus?".

Ixora terdiam,hanya tersisa isak tangisnya sebab ia tak kuasa menahan tangisnya yang tak berhenti itu. Rasanya sakit melihat Dylan harus berada di posisi ini.

"Katanya kak Dylan mau rajin olah raga,tapi kenapa malah tidur terus?". Lanjutnya.

Ixora menunduk,ia akhirnya menyeka air matanya yang mengalir sambil menatap wajah pucat Dylan."Kak,capek ya?".

"Maaf kak,Rara gak pernah tanyain keadaan kak Dylan,gak pernah tau masalah kak Dylan. Maaf ya kak". Rara semakin menangis menjadi-jadi."Capek ya kak selama ini simpen semua masalah sendiri".

"Tau gitu kenapa gak cerita ke Rara?".

Hening...

"Kenapa gak bilang?".

"Kenapa malah disimpen sendiri?".

Lagi-lagi hanya keheningan yang menyeruak,Dylan hanya diam dengan mata terpejam meninggalkan Ixora yang sejak tadi berbicara sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 28, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALRESCHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang