"Honey Star?"
"Gak ada."
"Hmph!"
Seungkwan malah ikut mendengus. Ia merasa ikut kecewa kala lelaki muda di hadapannya tak mendapat apa yang ia mau.
Minghao bertanya apa ia bisa makan makanan manis saat sarapan tadi di kamar. Seungkwan mengangguk. Tapi saat di ruang makan hanya salad dan makanan sehat saja yang ada di meja. Minghao tak mendapat sereal favoritnya.
"Kenapa Kwanie?"Wanita paruh baya dengan pakaian pelayan lewat mencubit pipi Seungkwan selewat. Menyajikan roti bakar di depan Minghao sambil tersenyum tenang.
"Oh my God. Toast! Thank you so much!"
Mbok Diya namanya. Wanita 57 tahun ini merupakan pelayan paling tua diantara semuanya. Paling berpengalaman, dan paling pintar memimpin. Dan paling-lagi- Minghao suka.
"Sama sama Raden. Yuk Kwan gak usah di liatin Raden Hao makan."
Seungkwan ikut berlalu, meninggalkan Minghao dengan Toast hangatnya. Tak peduli dengan lauk hijau di depannya, Minghao hanya menikmati apa yang menjadi kesukaannya.
Ini ketiga kalinya Minghao sarapan di rumah besar Mingyu. Dan ia selalu sarapan sendirian karena Mingyu tak mau sarapan bersamanya, lagian siapa juga yang mau sarapan dengan lelaki dingin, kaku nan kolot macam dia? Itu Yang Minghao katakan kemarin.
Ia malah senang sendirian.
Para pelayan sibuk membereskan ruang makan. Awalnya mereka nampak canggung karena membereskan ruangan kala calon istri sang majikan sedang makan. namun Minghao bilang silahkan, ia tak merasa terganggu. Ia melihat kanan kiri, orang orang dengan seragam pelayan itu sibuk sendiri.
"Dia masih dibawah umur,kan? Gimana kata orang tuanya?"
"Ssssh! Apa urusan mu sih!"
"Dia seumuran Seungkwan! Seungkwan bahkan gak lanjut sekolah demi keluarganya, dia kerja, Ini malah nikah sama orang kaya."
Bisikan bisikan bising itu jelas terdengar. Minghao berpura pura bodoh dengan hanya melanjutkan makan. Mbok Diya tiba tiba datang, seolah menghalangi pendengaran juga penglihatan Minghao dari 2 orang pelayan yang membicarakannya di ujung ruangan.
"Raden hari ini mau pulang?"
"Mhm! Katanya nanti di anterin ke stasiun."
"Kapan kesini lagi?"
Minghao berpikir, ia sih berharap tak kesini lagi kapan pun. Walau rumah bak hotel dengan pelayanan bintang 5, namun tak ada yang lebih nyaman dari pada Kontrakan nya.
Jadi si manis hanya mengangkat bahu, memberi tanda bahwa ia tak tahu.
Ngomong ngomong ia sudah lama tinggal sendiri di kontrakan. Papa pindah ke rumah istri barunya, Dan Mama seperti yang kalian tau ada di kampung halaman.
Rencana hidup Minghao yang awalnya akan tinggal dan Kuliah di kampung halaman sang Mama hilang karena ia akan di nikahkan dengan Mingyu om om kaya di kota besar. Kebetulan sekali Minghao di terima di universitas negeri di kota yang sama. Bagus lah, setidaknya Minghao tak stress tinggal di atap yang sama dengan Johnny dan Mama yang kadang suka marah dan menyalahkan apapun padanya.
Ponsel Minghao berdering nyaring, Hansol refleks meliriknya dari depan kemudi.
"Maaf ya Mas."
"It's Okay Raden."
Minghao mengangkat panggilan itu. Awalnya dia mau sedih karena 3 hari tak ada yang menghubunginya, artinya tak ada yang memedulikannya bukan? Namun ternyata hari ini Jeonghan meneleponnya, bagus. Apa Jeonghan saja anggota keluarga yang khawatir padanya?
![](https://img.wattpad.com/cover/278508308-288-k618471.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Five Years
RomanceMinghao dijual bibinya pada seorang pria kaya untuk dijadikan suami palsu. Kontrak yang rencananya berlangsung hanya sampai sang bunda meninggal dunia mundur hingga 6 bulan lamanya. Namun sampai ratusan hari berlalu, Minghao masih berada di rumah me...