Tubuh Minghao menjorok kedepan. Terimakasih pada sabuk pengaman yang menahannya dan tak menubruk dashboard mobil yang ia tumpangi.
Wonwoo merenggangkan tubuhnya seolah rem mendadaknya tadi tak pernah terjadi. Dengan tenang mengambil barang barangnya di kursi belakang tanpa melirik sang kekasih yang duduk di sisi.
"Won kita hampir mati!"
"Buktinya kita enggak mati."
"..."
Wonwoo masih duduk di bangku kemudi. Tak berkutik semenjak 5 menit yang lalu.
Si manis akhirnya menceritakan semuanya tadi.
Mingyu dan masalah keluarga yang dialaminya.
Tentu, yang pertama Wonwoo rasakan adalah rasa cemburu, Juga kecewa, karena Wonwoo bukan menjadi orang pertama yang tahu masalah Minghao.
Dan soal kenyataan kalau Minghao selama ini menahan rasa sedihnya sendiri. Padahal selama ini ada Wonwoo disisi.
Mobil yang di kendarai Wonwoo terparkir di parkiran sekolah. Berisik suara kendaraan lain yang datang tak mengusik keduanya. Baik Wonwoo maupun Minghao sama sama diam dan tak ingin dulu keluar.
"Sayang aku minta maaf," Minghao memohon, tangannya menarik lengan Wonwoo, "Aku sama Mingyu gak ada urusan lagi sekarang."
"Kita hampir putus Hao."
"Kok putus!? Aku gak bakal putusin kamu walau aku beneran nikah sama dia!"
"Emang bisa gitu?"
"Nuuu, aku gak suka dia. Dia juga gak suka aku. Setelah bunda meninggal kita cerai dan yaudah! Beres! Tapi kan buktinya rencananya batal sekarang..."
"..."
"Sekarang aku cuman punya kamu..."
Minghao menahan air matanya. Ia menarik nafas banyak sekali sampai dadanya naik dengan bibir melengkung dan mata menyipit, "Kamu satu satunya punya aku... hhiks."
Si manis memang bak di tampar banyak tangan. Di hari istimewa perpisahan SMA, malah bertengkar dengan Wonwoo. Memang salahnya menceritakan hal ini bukan di waktu yang tepat. Salah nya juga selama ini memendam semua masalahnya sendirian padahal Wonwoo selalu bilang Minghao bisa menceritakan apapun padanya.
Kecewa?
Wonwoo bahkan sangat marah sekarang.
"Jangan nangis. Anak anak bisa mikir kita berantem sekarang."
Kan emang goblok
"Aku kumpul sama anak kelas dulu. Kamu juga, jangan di pikirin masalah ini, kita ngobrol lagi nanti."
Wonwoo turun lebih dulu. Berlalu meninggalkan Minghao.
.
"Aura nya Wonwoo jelek banget hari ini."
Minghao melirik kebelakang. Ia berhasil memalsukan masalahnya dengan bilang bahwa matanya sembab karena sedih masa SMA nya berakhir. Dan kini, di belakang sedang berdiri pria terkeren di angkatan.
Jeon Wonwoo yang sempurna.
"Inget gak dulu satu angkatan di amuk Wonwoo? Gila, Adek kelas bilang rasanya kayak besok kiamat."
"Hush! Pacar nya ada disini!"
"Biarin, Biar di bilangin ke Wonwoo, kalo marah itu jangan di sekaliin. Yang gak salah juga jadi kena mentalnya."
Minghao hanya tertawa pelan. Memutuskan mengalihkan topik pembicaraan. Acara utama belum di mulai, jadi semuanya sedang sibuk masing masing sekarang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Five Years
RomanceMinghao dijual bibinya pada seorang pria kaya untuk dijadikan suami palsu. Kontrak yang rencananya berlangsung hanya sampai sang bunda meninggal dunia mundur hingga 6 bulan lamanya. Namun sampai ratusan hari berlalu, Minghao masih berada di rumah me...