Night 49

724 95 1
                                    

Malam pertama.

Buruk.

"Kamu duduk doang seharian capek apanya?"

"Capek mental anjing, lo pikir nikah sama lo enak?"

Mingyu diam. Kata kata yang keluar dari mulutnya sesaat setelah Minghao berlari masuk ke kamar hotel lalu berbaring di ranjang sambil berteriak lelah memang pantas di balas. Mingyu membuang nafas sama lelahnya, memutuskan pergi ke toilet, membiarkan Minghao mengistirahatkan Mental nya.

Di hotel mereka semua berkumpul. Akad berjalan lancar. Ada resepsi kecil dan hanya di hadiri keluarga inti saja. Sesuai permintaan sang kakak ada sedikit perayaan. Minghao dan Samuel setidaknya terhibur kala lagu yang di pasang merupakan lagu lagu hits dan bukan ketinggalan jaman.

Sayang seribu sayang, Keduanya harus tidur di kamar hotel yang sama supaya tak membuat curiga orang orang.

Minghao bangkit. Duduk di kasur sambil melepas atribut di pakaiannya.

"Mingyu!"

Tak ada balasan.

"Gyu!"

"Apa?"

"Gue laper..."

"Tadi kenapa gak makan?"

"Males..."

"..."

"Gue cari makan ya?"

Suara pintu toilet terbuka. Mingyu dengan bathrobe nya menatap Minghao heran, "Terus saya di tinggalin disini?"

"Ck, gak ada setan juga. Lo bukan bocah, kenapa takut banget di tinggal?"

"Mandi dulu. Pergi sama saya."

"Boleh emang?"

"Kenapa gak boleh?" Mingyu berjalan berlalu. Menyuruh Minghao segera membersihkan diri dan mandi.

Keduanya duduk tenang di mobil 20 menit kemudian. Dengan suasana kampung halaman Mama, tempat di lahirkannya Minghao dan 2 kakaknya. Kota ini entah mengapa memberi kesan rumah pada Minghao yang selama 18 tahun hidupnya tinggal dan hidup di kota sebelah.

"Wah... Bubur!"

Mingyu segera menengok ke arah Minghao menunjuk. Gerobak kosong di sebelah kapolsek yang tertulis bubur di kacanya.

"Tutup."

"Bubur nya enak banget. Dulu waktu Johnny masih bermasalah sama kepolisian gue suka duduk disitu. Mama ngelarang ikut masuk ke kantornya," Minghao mengenang hari hari agak kelamnya beberapa tahun lalu, "jadi tiap sabtu pas kesitu gue cuman duduk liatin orang beli dan makan bubur."

"Kamu gak beli buburnya?"

"Gue tiap ke kapolsek udah sarapan. Di Minggu ke 5, Minggu terakhir gue dateng Abang tukang buburnya nawarin."

"Iya. Soalnya kamu ganggu, duduk tapi gak beli."

"Soalnya Mama marah marah ke gue di depan tukang bubur nya, Kayaknya gue yang nahan nangis keliatan banget sama abangnya."

"..."

"Masalahnya gak jelas. Dia sebenernya marah sama keadaan dan sama Johnny. Tapi gak bisa ngelampiasin, Jadi marahnya ke gue," Minghao tenang tenang saja. Ceritanya ke Mingyu merupakan cerita yang jarang di ceritakan pada siapapun namun dengan lancar ia bercerita bak Mingyu orang yang ia kenal cukup lama. Yang duduk di sebelah kanan tak bereaksi apapun, namun paham. Hubungan Mama dan Minghao memang agak menyeramkan. Apakah itu normal dalam hubungan ibu dan anak?

"Bubur nya gratis waktu itu. Gak sempet bayar karena tukang buburnya gak mau Mama liat gue makan bubur."

"Johnny itu kenapa bisa masuk penjara?"

Five Years Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang