Day 19

1K 132 13
                                    

Mingyu membuang nafas pelan, "Tapi Mingyu nanti ikut duduk disini kan kalo Bunda sama Mama Hao ngobrol?"

"Ngapain?" Serang Bunda tak suka. Wanita paruh baya yang duduk diranjang itu mengaduk makanannya pelan, sang putra wajahnya khawatir sekarang, "Bunda gak mau kejadian waktu itu keulang."

"Bunda, Minghao— mmh, Minghao beneran pacar Mingyu."

"Waktu itu juga kamu bilang begitu."

"..."

"Bunda cuman gak mau kamu kesepian nanti Nak, Makanya bunda paksa kamu nikah,

Kenapa Bunda pengen kamu nikah pas bunda masih hidup?karena bunda yakin pas bunda mati nanti kamu bakal tetep milih sendirian seumur hidup."

"Mingyu pasti nik—"

"Bohong."

"..."

"Kamu tau kenapa kamu sendirian dan gak punya sodara kan?"

"Paman dan bibi gak nikah. Meninggal sendirian, aku tau jelas karena Bunda selalu cerita. But Bunda, kalo masalah keturunan Mingyu bis—"

"Tuh kan. Kepala batu kalo di bilangin! Kamu itu ada penyakit apa sih sampe gak tertarik sama seseorang?"

"Mingyu cuman butuh waktu."

"Berarti Minghao ini lagi lagi kamu bayar?"

"..."

"Goblok kamu ya Kim Mingyu."

Angannya menyetujui. Mingyu memang goblok nan tak punya pikiran. Minghao memang orang ke 3 yang ia bayar sebagai pacar sewaan. Hanya demi membahagiakan Bunda dan membuatnya percaya bahwa Mingyu tak akan sendirian di dunia.

Pria itu berdiri dari duduknya, Waktu besuk sudah habis (Waktunya Mingyu kembali bekerja) pergi tanpa bicara apapun karena ya, mau apalagi. Jikapun Bunda menyuruhnya membatalkan perjanjian dengan Minghao, Mingyu dengan senang hati setuju dan akan segera mengembalikan Minghao ke keluarga. Ia menghitung dalam hati, akan sampai kapan Sang Bunda senyap bahkan saat Mingyu sudah mencapai ujung kamar ini.

Lalu ketika tangan Mingyu mencapai daun pintu, Suara Bunda pun terdengar.

"Kembaliin Minghao ke keluarganya. Mending kamu Mati sendiri dari pada Nikah gak pake Hati."

Jackpot.

Kalo itu Mingyu pasti menyanggupi.






Tamat.












Tidak, bodoh. Cerita macam apa itu? Mingyu menyuruh Seokmin menelepon sang calon istri—Minghao— yang sudah lebih dari seminggu tak ia hubungi. Terakhir Mingyu mendengar suara si berisik itu 10 hari lalu, saat Minghao bertanya dimana pria itu berkuliah dulu.

Mingyu ternyata alumni kampus di mana Wonwoo akan berkuliah. Salah satu lulusan terbaik di angkatannya. Minghao lalu marah dan bilang Mingyu harusnya tak boleh terkenal, Wonwoo kan jadi tahu siapa Kim Mingyu. Dan si manis langsung mematikan telepon kala Mingyu bertanya siapa Wonwoo itu.

Hubungan keduanya tak baik, sungguh. Mingyu bertanya soal pernikahan dan Minghao hanya bilang ia setuju apapun itu. Toh, sesuai kesepakatan pernikahan hanya akan diadakan kecil kecilan, yang penting sah dan sudah, Minghao juga tak perlu memusingkan apapun selain tinggal bersama Mingyu. Namun itu masih akan terjadi beberapa bulan lagi jadi ya untuk apa pusing?

Mingyu bersandar di kursinya. Langit malam sudah terlihat dari jendela besar ruangannya. Jadi Direktur muda memang melelahkan, namun apa lagi yang bisa ia lakukan bukan? Sejak kecil otak Mingyu hanya berpacu menjadi penerus perusahaan, klise ala anak orang kaya. Ia juga tak pernah punya cita cita atau mimpi yang ia usahakan gapai. Selama hidupnya hanya belajar dan memahami apa yang sudah pasti akan ia lakukan.

Five Years Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang