Mingyu menyimpan gelas berisi air putihnya, mengelap bibir dengan tisu lalu bangkit dan berlalu. Sarapan di hari Sabtu ceritanya, Cukup terlambat untuk di sebut sarapan. Namun Mingyu memang terbiasa bangun jam 10 di hari libur.Ia berjalan keluar ruang makan, niatnya hari ini membereskan pekerjaan. Work Addict memang benar benar menempel di nama belakangnya.
Suara derungan mobil menahan langkahnya ke tangga. Ia mendekat ke pintu utama yang begitu di buka menampakan sosok sang sekretaris tak menggunakan pakaian kerja. Lelaki itu masih dengan pakaian olahraga, nafas terengah engah dan mata membulat kala menatap Mingyu tepat di depan mata.
"Pak!"
"Kenapa?"
"Di rumah sakit!"
"Apa?"
"Nyonya Kim! Hah! Hah! Nyonya—"
"Bunda kenapa!?"
"Hao—"
"..."
"Minghao ke rumah sakit nemuin Nyonya Kim."
"What?"
.
.
.
."Kamu di terima di univ kota ini?"
Minghao mengangguk, "Kebetulan keterima di jurusan yang Hao mau, Hao seneng banget."
"Fakultas apa memangnya nak?"
"Seni rupa dan Desain!"
"Keren... biasanya yang masuk situ suka gambar, kamu juga ya?"
Senyuman Minghao bertambah sambil mengangguk. Ia membantu bunda duduk lebih nyaman dengan menambah bantal di belakang punggung wanita bermarga Kim di sebelahnya.
"Mingyu juga dulu suka gambar."
"..."
"Tapi minatnya ilang semenjak masuk smp."
"Kenapa? Bosen ngegambar?" Minghao bertanya seolah tertarik, padahal kedatangannya kemari hanya mengisi waktu luang nya sebelum pulang 2 jam lagi, tak ada tuh niat nya untuk mendengar hal hal soal Mingyu, "Hao juga kadang suka jenuh kalo ngegambar terus."
"Papa nya larang. Katanya kalo suka ngegambar nanti masa depan nya suram."
Menohok. Tapi tenang, Ini bukan pertama kali Minghao dengar kalimat legend tersebut. Bahkan keluarganya juga sering mengatakan hal yang sama.
"Bunda setuju."
"..."
"Dulu. Sekarang bunda malah pengen Mingyu bisa punya hobi lagi."
Bunda menyuruh Minghao mengambilkan Ponselnya di ujung nakas. Lalu menggulir layar persegi itu dan menunjukan sebuah foto bocah berkacamata yang sedang memegang piala sambil tersenyum.
"Keren kan? Tapi sayang banget dia gak punya temen."
"Kok bisa? Kenapa? Ming— mas Mingyu galak ya?"
"Iya! Dan satu lagi," Bunda menyuruh Minghao mendekat, "Dia jelek."
"Pft—" Minghao menahan tawa setengah mati. Sebenarnya bisa di akui wajah kurang menarik Mingyu saat kecil. Di lihat dari foto yang bunda tunjukan, Minghao bisa menebak karakter bocah itu saat kecil.
Dulu, di sekolah Minghao ada tipe orang yang sama dengan Mingyu di lihat dari penampilannya yang : seragam rapi, rambut klimis, wangi pascolonge ala anak kecil yang mmmm manja sekali, dan tas penuh buku juga alat tulis yang pasti tak akan memberi kesempatan menyentuh apalagi pinjaman.

KAMU SEDANG MEMBACA
Five Years
RomanceMinghao dijual bibinya pada seorang pria kaya untuk dijadikan suami palsu. Kontrak yang rencananya berlangsung hanya sampai sang bunda meninggal dunia mundur hingga 6 bulan lamanya. Namun sampai ratusan hari berlalu, Minghao masih berada di rumah me...