Jika dipikirkan lagi Minghao memang hanya berani kasar, arogan dan menyebalkan disaat yang sama hanya pada Mingyu seorang.Akhir-akhir ini utamanya setelah menikah, Minghao jadi merasa dirinya bipolar. Si manis tengah bercermin kala ia memikirkan alasan sikapnya yang terkadang berbeda-beda. Namun perbedaan signifikan terlihat jelas kala ia berhadapan dengan orang yang membiayai hidupnya sekarang.
"Gue... bipolar apa bermuka dua, ya?"
Sejak kecil Minghao sangat ceria, sikapnya bak anak-anak pada umumnya. Dan bak remaja lainnya, Minghao diusia itu selalu dianggap aneh dan menyebalkan bagi orang-orang dewasa yang Minghao rasa cukup normal. Beranjak usianya kini, Minghao mulai belajar banyak hal soal menjadi dewasa, Ia dikenal dengan sikap ramah dan menggemaskan. Seolah tak ada dalam dirinya sosok "remaja" angkuh dan kasar. Lantas, mengapa sikap itu keluar setiap ada Mingyu disisinya?
"Jelas karena raden gak suka dia!"
Minghao mengangguk setuju, Seungkwan disebelah baru saja belajar soal penyakit mental yang disebut bipolar dari Minghao yang menjelaskan sambil sarapan. Namun, Seungkwan rasa Minghao tak terdiagnosa, sikap berbedanya hanya tameng perlindungan diri dari Mingyu yang kejam.
"Semua orang pasti punya topeng berbeda buat orang yang beda," Ucap Seungkwan disebelah Minghao."Lagian, Sikap raden pun bukan sikap yang aneh. Siapa yang suka sih diperlakukan begini."
Lagi, Minghao mengangguk setuju. Curahan hatinya pada Seungkwan sungguh memanjakan Selective thinkingnya soal apa yang ia pikirkan. Hendak ia buka bibir itu untuk berucap, Namun tak terlaksanakan kala pintu terbuka dan menampilkan sosok yang sedang dibicarakan.
Mingyu mengangkat alisnya kala Minghao dan Seungkwan membubarkan diri mereka. Secara tiba tiba Minghao menutup alat makannya kemudian beranjak pergi dari meja makan.
Selesai sarapan, Mingyu merapihkan dirinya sambil berjalan. Mobilnya telah disiapkan diluar yang mana langkahnya kini sedang tertuju pada pintu utama disana. Dilihatnya Minghao yang sedang berjalan turun di tangga. Namun kemudian balik kanan untuk kembali naik saat si manis secara tak sengaja saling bertatap dengan Mingyu dibawah.
"Kenapa bocah itu?"
.
"Kenapa sih gue?"
Chaeyeong menjerit kaget kala Minghao tiba-tiba melempar kepalanya ke meja. Si manis yang keningnya merah hanya mendesah lelah. Minghao jadi pusing sendiri, mengapa ia terus memikirkan Mingyu tanpa henti? Yang jadi pertanyaan dibenak Minghao sebenarnya adalah dirinya yang seolah menghindari Mingyu sejak kemarin. Minghao bertanya-tanya, Mengapa ia lari kala Mingyu ada dihadapannya? Padahal tak ada apapun diantara mereka.
Juga, Minghao memikirkan soal keakraban keduanya yang tak pernah ada. Hal-hal yang dilihat Seokmin, atau lebih pada yang digambarkan Seokmin sebenarnya tak pernah Minghao lihat secara langsung. Mungkin karena Minghao tak pernah melihat Mingyu bekerja, Jadi si manis tak tahu semematikan apa Mingyu saat mengurus pekerjaanya. Soal Seokmin yang mungkin akan dibuat lembur juga cukup membuat kaget Minghao yang tak tahu apa apa. Minghao rasa Mingyu tak akan sejahat itu pada sekretarisnya, Namun Minghao tak punya pembelaan karena latar belakang Mingyu pun Minghao tak tahu banyak hal. Ia dan Mingyu ternyata tak begitu saling mengenal.
Lucunya, kala sudah lupa akan apa yang ia khawatirkan seharian ini, Minghao justru harus kembali berpapasan dengan Mingyu ditempat tak terduga.
Mingyu dengan Seokmin disisi sedang mengecek cabang baru di pusat pembelanjaan. Minghao lagi-lagi membuat teman mininya-Chaeyeong- menekuk alis tak mengerti kala ia tiba tiba menyembunyikan diri dibalik papan iklan yang berdiri disisi.
Minghao tak mau pulang, resiko bertemu Mingyu cukup besar! Mungkinkah ini yang dirasakan Seokmin kemarin? Enggan bertemu pria bongsor yang tak mungkin membunuhnya dengan tembakan peluru. Takut, Malu dan marah berpadu. Minghao berdiri didepan gerbang yang masih tertutup setelah turun dari taksi yang 5 menit lalu sudah pergi.
Dalam hati bertanya-tanya, Apa Mingyu sudah kembali ke rumah? Jika ia, Minghao harap Mingyu tak menampakan dirinya kala Minghao masuk kedalam sana.
Namun dalam renungannya secara tiba-tiba gerbang terbuka. Melihat Minghao yang hanya berdiri sambil menutup mata para penjaga rumah melongo dan bertanya-tanya. "Walah! Ada Raden... ngga masuk?"
Tak ada jawaban. Minghao sibuk mendengarkan isi kepalanya yang berantakan.
Tetapi matanya yang semula tertutup itu terbuka kilat kala bunyi klakson terdengar jelas yang kemudian diiringi dengan teriakan, "Kamu ngapain berdiri disitu!" Seru Mingyu dari kursi penumpang.
Seruan bos muda itu mampu membuat Minghao lari terbirit-birit. Sambil menjerit Minghao membawa tubuhnya masuk secepat mangsa yang akan mati dikejar predatornya. Padahal didalam mobil, Mingyu maupun Hansol hanya terdiam kebingungan.
1 tahun pernikahan, baru pertama kali Minghao bersikap aneh seperti sekarang. Minghao malu mengakui dirinya memikirkan Mingyu, apalagi jika harus berpapasan dengan pria itu. Minghao takut jika dirinya akan dicecar karena terus menghindar. Minghao juga masih punya amarah akan semua yang terjadi padanya. Walau sudah memaafkan situasi, Namun melihat Mingyu kadang membuatnya sedikit frustasi.
Jam 8, Sudah lewat jam makan malam. Minghao memegangi perutnya yang berdering kelaparan. "Harusnya gue punya snacks dikamar." Masih takut bertemu Mingyu, Minghao rencananya tak akan keluar sampai besok pagi. Namun lapar tak dapat tertahankan. Minghao berjalan mengendap-endap menuju ruang makan. Ia sempat melirik pintu kamar pemilik rumah yang tertutup rapat, Aman.
Lantas Minghao berlari turun karena ia pikir tak akan ada Mingyu sekarang.
Sedikit, sedikit, Kaki Minghao melangkah dengan ringan. Ia usahakan langkahnya tak menghasilkan bunyi apapun. "Jatoh kamu kalau lari begitu."
Sayangnya salah besar. Mingyu justru ada dihadapannya.
Menyadari sosok yang tak ia sadari sudah berdiri itu membuat Minghao berteriak kencang. Terkejut bukan main akibat ulah pikirannya sendiri yang terbang tanpa memperhatikan sekitar. Oh, dan lihat! Teriakannya bukan hanya datang karena terkejut akan kehadiran pria yang tak diharapkannya, Namun juga karena kakinya yang lepas dari tapakan sehingga hilang keseimbangan.
Minghao mungkin terjatuh jika saja Mingyu tidak menahannya dari bawah. Bahu yang kini sedang dirangkul Mingyu itu membuat tubuh Minghao menatap langit langit yang tentu memaksa dirinya melihat wajah Mingyu dari dekat.
"I told u," Bisik Mingyu. "Ngapain ngendap-ngendap?"
Dorongan penolakan Mingyu terima. Minghao menjauhkan diri mereka sesaat setelah ia sadar dirinya terlalu dekat dengan suami palsunya.
"Ugh! Lo ngikutin gue ya?"
"Huh?"
"Kenapa keluar kamar sekarang! Kenapaaa?!"
"Its, Literally my house, I can be anywhere at anytime."
Minghao mencebik. Wajahnya ia palingkan menolak menatap Mingyu kembali.
Suara Mingyu terdengar lagi, "You avoiding me." Masih dengan nada rendah, mungkin karena posisi mereka yang cukup dekat Mingyu tak mau membuang tenaga dengan melempar suaranya kencang. "Seokmin said he saw you at the mall, Hiding."
"I'm not."
Senyap. Bisa Minghao lihat bagaimana Mingyu menusuknya dengan tatapan sinis dari atas kebawah. Kembali yang lebih tua bertanya, "You want tell me something?"
"No!"
"Then?"
"Nothing! You so annoying today, Fuck off!"
Minghao berlalu turun. Berjalan kearah ruang makan dengan hentakan kaki kencang. Di depan pintu ia berteriak, "If you're going to eat, Dont do it right now!"
Kemudian hilang dibalik pintu besar disana.
"Ada apa sih?"
.
.
.Hao kenapa sih🤔
KAMU SEDANG MEMBACA
Five Years
RomansaMinghao dijual bibinya pada seorang pria kaya untuk dijadikan suami palsu. Kontrak yang rencananya berlangsung hanya sampai sang bunda meninggal dunia mundur hingga 6 bulan lamanya. Namun sampai ratusan hari berlalu, Minghao masih berada di rumah me...