Day 453

269 36 10
                                    


Ekspresi sama masih terpasang pada wajah sekretaris muda yang tadi sempat berbincang dengan salah satu rekan kerjanya. Seokmin tetap mengerutkan dahi bahkan hingga sampai di depan meja bos bongsornya.

"Pak saya mau ngabarin sesuatu," Ucapnya dengan wajah penuh kerutan, "Soal Minghao."

"Ah, Dia." Mingyu tiba-tiba ingat. Kepalanya yang semula menunduk menatap laporan di meja terangkat untuk menatap sang Sekretaris yang sedang berdiri 2 meter di depannya. Mingyu lupa, Seokmin belum tahu bocah itu sudah kembali ke rumahnya, Jadi Mingyu hendak memberi kabar soal itu. Yang sedang duduk membuka mulutnya, "Minghao pindah lag—"

"Minghao bilang bapak punya sepupu di kantor ini."

"...huh?"

Jika di tanya apa Seokmin muak dengan masalah ini, tentu. Tak pernah ada dalam planning 10 tahunnya untuk mengurusi dunia pernikahan sang pimpinan. Namun entah mengapa, ia bahkan ikut ngeri jika Mingyu tersandung sesuatu di masa depan. "Dia bilang salah satu pegawai disini sepupu bapak."

"..."

"Dia bilang gitu ke Soonyoung."

"Soonyoung?" Alis Mingyu mengerut, "Siapa?"

Ah kini Seokmin yang lupa, bosnya memang tak pernah memperhatikan para pegawainya. Tanpa panjang lebar, Pria 27 tahun itu menjelaskan. Intinya soal pertemuan Minghao dengannya di salah satu restoran cepat saji di kota. Sebenarnya Seokmin takut membahas ini, juga bukanlah urusannya untuk bertanggung jawab atau melaporkan hal tak penting begini pada bosnya. Namun, ia tahu Mingyu. Ia tahu bagaimana nama Mingyu akan bertambah turun jika kabar tak benar menyebar apalagi dalam lingkup besar.

Mingyu mungkin nampak tak peduli pada sekitar, namun pikirannya mudah sekali berantakan.

"Jihoon?"

"Iya pak, Saya memang pernah lihat secara langsung dan," Kata-kata Seokmin terhenti. Wajah salah satu pegawai di divisi sebelah itu tiba-tiba terbayang. Tanpa berpikir, Lelaki dengan hidung bak seluncuran mengeluarkan pertanyaan, "Apa jangan-jangan bapak sama dia emang sodaraan?"

"Ngarang banget kamu!"

Mingyu berdecak. Menggeleng bingung dengan tingkah orang-orang di sekitarnya. Sudah jelas sekali ia sebatang kara di dunia ini, Seokmin malah bertanya hal mengada-ngada. Dan lagi, Minghao...

"Sok tahu banget bocah itu."

Mingyu tak mengerti apa yang dipikirkan lelaki itu.

.
.
.
.

Pintu putih penuh tempelan berwarna-warni Minghao tutup perlahan. Sebelumnya memastikan sosok yang ia jaga sudah tertidur tenang. Seungjae sudah lama kurang baik keadannya. Namun sang Papi—Jeonghan— tak bisa terus mengawasinya. Maka kala Minghao punya waktu luang untuk berkunjung, Jeonghan izin dari rumah untuk pergi bekerja.

Hubungannya dengan Jeonghan memang selalu baik. Minghao bahkan agak bersyukur karena sejak berkuliah jaraknya dengan kediaman sang kakak lebih dekat dari sebelumnya, ia jadi sering berkunjung. Walau dulu ia lebih sering datang untuk bertemu sang mantan, Minghao tentu tak bisa berhenti untuk ke kota ini karena ada sang kakak dan keponakan.

Jeonghan menikah saat Minghao lulus sekolah dasar. Minghao lupa seperti apa, Namun tampaknya mereka bahagia. Tapi sekarang Minghao cukup curiga, Karena sudah lama suami sang kakak tak dilihatnya. Bahkan hampir 2 tahun ini, Sosok yang Seungjae panggil papa itu tak pernah datang ke rumah Mama. Dan di rumah ini pun ternyata Jeonghan dan Seungjae hanya tinggal berdua. Sang keponakan bilang, Papanya sudah lama tak pernah pulang kerumah. Minghao tentu khawatir, namun ia tak mau menyinggung sang kakak hingga tak berani bertanya.

Five Years Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang