Day 295

523 77 1
                                    

Mingyu merenggangkan tubuhnya. Bergadang kadang menyenangkan kalau semua hal tinggal di kerjakan tanpa perlu berpikir keras.

Usianya belum genap kepala 3 namun bebannya sudah besar luar biasa.

Mudah bagi Mingyu karena tinggal menjalankan perusahaan. Mudah juga bagi Mingyu karena terlahir pintar dan cepat belajar. Yang tak mudah adalah mendengar apa kata orang.

Rata rata pegawainya di kantor adalah orang berusia 40an. Di pikir pikir baik wanita maupun Pria ternyata sama sama punya mulut kurang ajar.

Entah iri atau tak terima punya bos lebih muda, Pegawainya kadang tak menghormatinya bahkan bekerja seenaknya.

Mingyu sebenarnya tak peduli. Kantornya juga tak kekurangan SDM jika mereka yang tak mau bekerja keluar dari perusahaan. Namun ia agak khawatir soal reputasi perusahaannya jika ia memecat semua orang bermulut menyebalkan itu.

Tirai yang semalaman tertutup Mingyu buka. Pemandangan halaman belakang rumah menyapanya. Segar... Pagi hari ternyata tak buruk juga. Senyumnya tertata. Hatinya tenang walau semalaman bekerja.

Namun semuanya hilang begitu melihat sosok yang selama ini selalu ia anggap monster menyebalkan.

Minghao sedang tertawa terbahak bahak di halaman belakang sana. Tangannya yang memegang raket di acungkan pada lelaki berbalut pakaian pelayan di lawan arah.
Seungkwan menemani bocah itu bermain bulu tangkis di pagi buta, malang.

Tirai Mingyu langsung tutup. Hari Minggu begini memang paling tepat tidur seharian.

Fuck u pagi hari yang indah. Semua hilang begitu penampakan Minghao terlihat bersama ekspresi menyebalkan si pemilik wajah.

Toh semalam Mingyu tak mengistirahatkan matanya. Jadi sekarang waktunya menutup mat—

Kringg!

Alarm sialan.

.
.
.

Minghao melambai senang pada Seungkwan di ujung jalan. Si manis mood nya naik begitu tinggi berkat ditemani olahraga pagi hari Minggu ini.

Setelah menyimpan raket di gudang. Minghao berniat masuk ke dalam. Mandi lalu sarapan pagi, Niatnya.

Langkahnya ceria berjalan menuju pintu utama dari gudang yang berada di samping rumah. Kaki berbalut sepatu olahraganya perlahan berhenti melihat sosok tubuh suaminya yang berdiri di depan pagar.

Mingyu mengenakan kaos polo bersama celana pendek putih diatas lutut. Tangan kirinya menjinjing tas berisi stick stick yang Minghao jelas tahu semuanya mahal.

"Tumben..."

Jarak pagar dan tempat Minghao berdiri sekarang cukup jauh. Namun entah mengapa Mingyu bisa merasa tatapan bocah kurus itu menusuk punggungnya.

Makanya Tubuh itu ia putar, Menatap Si manis yang masih berdiri dengan kedua tangan di pinggang.

"Saya mau Golf," Teriak Mingyu.

"Bodo amat!"

Sesuai ekspetasi.

Yang lebih tua hanya menyaksikan langkah Minghao berlalu pergi dan menghilang kedalam rumah. Mingyu membuang nafas pelan di tempat.

Sesaat kemudian sebuah mobil CR-V hitam berhenti di depan pagar. Wanita di tempat setir tersenyum menawan bersama kacamata yang bertengger di hidung mancungnya.

Mingyu membalas senyuman itu tak kalah menawan.

.
.
.

"Pegawai bisa di pilih"

Five Years Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang