Minghao jelas tahu jika menjadi kekasih seorang lelaki pintar, Ia akan sulit kalah kala bertengkar.
Kecuali jika Wonwoo memilih mengalah untuk sang pacar.
"Gak seru," Ketus Minghao cemberut. Matanya ia buang dari layar yang menampakan wajah berbingkai kacamata milik Wonwoo. "Tumben banget kamu, biasanya aku kalah mulu."
Argumen yang biasanya saling terlempar terhenti saat Wonwoo bilang, "Yaudah iya, Gimana mau mu." membuat Minghao kaget karena kata kata menyerah kekasihnya itu.
Lelaki berkacamata disana diam, tatapannya lurus menatap Minghao. Sejak tadi Wonwoo begitu, Diam dan menanggapi seadanya.
"Sakit kamu?" Tanya Minghao khawatir. Alisnya terkait, kembali berujar, "Kamu tumben banget—"
"Sayang," panggil Wonwoo. Nampak begitu lesu, "Kalo aku gak jadi dokter, kamu masih mau sama aku?"
Si manis di kamarnya bertambah bingung. Ia sempat membuang nafas kemudian memajukan tubuh untuk mendekat. "Kenapa? Tiba tiba banget ngomong gitu."
"Kamu kan maunya sama cowok sukses doang." Wonwoo sedikit bergelak, tawa dengan suara beratnya begitu renyah, "You said you only marry a rich man."
Kini decihan yang Minghao keluarkan. "Emang, Tapi ada apa sih? Kamu ada masalah, humm?"
Dari layar terlihat gelengan bersama sebuah senyuman. Wonwoo nampak menyandarkan tubuhnya di kursi yang ia duduki.
Semester 2 hampir selesai. Masa perkuliahan mereka tak terasa sudah berjalan cukup lama. Minghao tak punya kendala, ia menikmati belajar dan pengalamannya di universitas.
Ini juga berarti sudah hampir satu tahun Minghao duduk dan tinggal di rumah milik Kim Mingyu. Namun tak ada masalah apapun, semuanya baik baik saja.
Ya, begitu baik hingga Minghao dan suami nya belum melaksanakan perceraian mereka.
"Gimana nilaimu?"
"Pretty Fine, Aku belajar hal hal yang aku suka so its not give any pressure to me tho."
"Hm. Good for you then."
Hal itu. Ya, Hubungan Minghao dan Mingyu itu yang sering mengganggu pikiran Wonwoo.
Lelaki berkacamata melirik jam di ruangan, mata kembali pada sang kekasih di layar Macbooknya. Pertanyaan yang selalu ia coba tahan lagi lagi keluar, tak tertahankan, "Kamu masih disana?"
"Hm? Apa Nu?"
"Iya ya, masih disana."
Kamar yang Wonwoo kenali. Kamar yang memang belum pernah ia kunjungi namun menjadi bukti jelas bahwa itu adalah kamar di rumah yang sama dengan yang Mingyu tinggali.
"Are you asking about me and him?"
"Jelas."
"He's been busy these months. Bulan ini juga dia harus ke luar negeri lagi. I'm not even seen him in 8 days row—"
"Jadi ceritanya kamu kangen dia?"
"What? No!" Minghao jauh disana nampak tak senang, "Nu aku ngerti kamu worry dan kesel sama situasi ini but—"
"Its been a year, Minghao. Kamu bilang just a couple of months. Sampai mei bukan? Tapi mana?"
"Yes. But the situation—"
"A fucking Situation that's matter to you, what the hell are you talking about Xu Minghao!?"
Hening. Teriakan juga kata kata kasar yang keluar dari mulut Wonwoo di lakukan bersamaan dengan gebrakan marah di meja, di tambah decakan di akhir.

KAMU SEDANG MEMBACA
Five Years
RomanceMinghao dijual bibinya pada seorang pria kaya untuk dijadikan suami palsu. Kontrak yang rencananya berlangsung hanya sampai sang bunda meninggal dunia mundur hingga 6 bulan lamanya. Namun sampai ratusan hari berlalu, Minghao masih berada di rumah me...