Day 599

690 51 13
                                    

Akhirnya kembali. Lebih dari 10 hari Minghao telah menambah kenangan lain di kota ini dalam ingatannya. Rata-rata menyakitkan memang, namun ia mulai terbiasa. Toh, Hidup bukan hanya soal kebahagiaan.

Oh ya! Selamat Tahun Baru! Minghao tak menyangka masih bisa hidup di Tahun 2018 ini. Malam tahun baru lalu ia habiskan berdua bersama sang keponakan Seungjae. Ditemani berbagai makanan yang Seungcheol beri karena dokter lajang itu harus lembur di Rumah Sakit.

Terkait sang kakak, intinya Jeonghan memang sempat dijadikan tersangka namun akhirnya ia dibuktikan tak bersalah juga. Suaminya yang telah tinggal berpisah lebih dari 1 tahun itu dinyatakan wafat karena overdosis obat-obatan, dan darah darah yang berceceran merupakan darah hasil menyakiti dirinya sendiri.

Ya. Suami Jeonghan yang telah wafat itu menyakiti dirinya sendiri saat sedang terpengaruh obat-obatan dihadapan Jeonghan.

Minghao baru mengetahui fakta bahwa lebih dari 3 tahun ini Jeonghan menahan kesakitan dari pasangannya sendiri. Jeonghan ternyata mengalami banyak sekali kekerasan dan ketidakadilan dalam rumah tangganya, namun ia bahkan tidak menyatakan apapun pada Minghao ataupun keluarganya yang lain. Hanya satu pertanyaan yang ada dikepala Minghao saat itu, "Kenapa?" Terus berputar dikepalanya.

Hari dimana ia bertemu Seungjae yang berdarah darah adalah salah satu petunjuk yang Minghao hiraukan. Jeonghan selama 1 tahun ternyata berusaha lari dari suaminya sendiri. Namun ia tak meminta bantuan.

Lagi Minghao bertanya, kini pada dirinya sendiri, "Kenapa?"

.

"Thankyou. Hati hati ya."

Minghao hanya membalas itu dengan angguk dan senyum. Melambai pada Seungjae yang dipangku Seungcheol, Si manis kemudian berbalik untuk memperlihatkan tiketnya pada petugas stasiun.

Banyak sekali hal terjadi tahun lalu. Mulai dari perceraian yang batal hingga putus dengan sang pacar, Minghao tetap beryukur masih bisa tidur nyaman walau akhir tahunnya di akhiri dengan fakta mengejutkan.

Si manis merenggangkan tubuh yang berbalut bathrobe putihnya. Ia sampai ke rumah bak istana ini 2 jam yang lalu. Minghao menghubungi Hansol yang secara mengejutkan tiba begitu cepat untuk menjemputnya. Kala ditanya mengenai keadaan rumah setelah di tinggal lebih dari 2 minggu lamanya, Hansol hanya menjawab "Aman." Seolah Minghao mengkhawatirkan adanya penjahat atau kriminal disana.

Namun Hansol kemudian menambahkan, "Bapak jadi lebih sering di luar negeri. Beliau juga belum pulang dari tanggal 3 kemarin."

Wah iya. Mingyu.

"Hilangnya manusia itu jadi lebih make sense setelah gue tau dia kuliah."

Minghao sempat tanya Mbok Diya terkait Mingyu yang berkuliah diluar negeri untuk S2 nya. Katanya, "Saya tahu raden, Kenapa saya gak bilang? Raden kan tidak tanya."

Cukup membuat Minghao jengah. Dalam hatinya kala itu Minghao berujar, "Kalian sekongkol, kan!?"

Pokoknya Minghao sudah tak mau heran atau bingung lagi soal orang-orang dirumah ini. Seperlunya, Minghao cukup tau. Toh sebentar lagi dia pergi.

Walau entah kapan itu akan terjadi.

"Halo Raden!"

"Halo semua~"

Para pelayan dilantai dasar melambai senang saat melihat Minghao yang berjalan menurun dari arah lantai 2. Mereka dengan keranjang dan berbagi barang bawaan itu kemudian hilang dibalik pintu besar tak jauh dari tangga. Minghao menatap kepergian para pelayan muda itu dengan mata sayu. "Mereka gak benci gue ternyata."

Teringat Minghao pada hari-hari pertamanya dirumah ini. Para pelayan rumah itu selalu berbisik bisik dan memperlakukan Minghao tanpa senyum apalagi tawa yang menyenangkan hati. Semua bersikap seolah Minghao beban yang terpaksa mereka jamu. Namun ternyata mereka begitu karena alasan tertentu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 03, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Five Years Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang