Day 152

643 91 6
                                    

"Loh sayang, Kamu Upload foto kita ke path?"

"Iya."

"Nanti ada yang liat gimana?"

"Biarin dong. Lagian yang liat juga temen temen aku sama kamu doang. Bikin iri mereka kan jarang jarang."

"Bukan mereka tap-"

"Mingyu? Dia kayaknya gak punya path. Lagian kalo punya juga gak bakal keliatan, kamu khawatirin apa sih."

Wonwoo hanya diam. Lanjut memainkan ponselnya sambil menunggu Minghao selesai makan.

Kencan seharian mereka berjalan lancar. Bersepeda pagi lalu sarapan, Mandi dan keliling kota sampai siang. Sekarang tengah hari dan Wonwoo juga Minghao sedang duduk di salah satu caffe untuk mengisi perut.

Wonwoo melihat satu persatu foto yang mereka ambil hari ini. Semuanya manis. Ia bahkan diam diam mengambil foto Minghao sedang makan sekarang, lalu terkekeh saat mendapat hasil yang memuaskan.

"Abis ini mau kemana?"

"Mau liat kampus aku?"

Minghao mengangguk senang. Setelah selesai makan mereka bergegas ke parkiran. Namun keduanya memutuskan untuk pergi ke museum dari pada ke kampus Wonwoo. Minghao memilih tanpa alasan.

Dan di tengah kencan klasik mereka Ponsel Minghao berdering kencang.

"....Siapa ini?"

"Coba angkat."

"Nomer asing. Gak mau ah, nanti ternyata orang iseng."

"Yaudah, Silent hp nya."

"Ok."




That was Seungkwan.






"Gimana Kwan? Ada kabar dari Raden?"

"Gak di angkat Mbok..."

"Waduh... Coba kamu telpon terus ya."

Seungkwan mengangguk. Di sebelah Hansol ia terus menekan tombol panggilan, berharap istri sang majikan menjawab.

Satu rumah langsung heboh kala Mingyu memberi kabar bahwa sang bunda harus operasi mendadak. Di tengah siang bolong Seungkwan dan Mbok Diya di antar Hansol bergegas ke rumah sakit untuk berjaga jaga.

Mbok Diya meminta Seungkwan mengabari Minghao. Mungkin jika si manis hadir keajaiban akan datang. Namun sudah lebih dari 7 kali memanggil, Seungkwan tak juga dapat jawaban.

"M-mas Hansol coba yang telpon."

"Ok."

Singkat sekali. Seungkwan yang berniat membangun sebuah percakapan langsung diam dan duduk dengan bibir maju kedepan.

Mingyu tak bosan berdiri. Di temani Seokmin sang sekretaris setia. Mbok Diya juga, kadang duduk lalu bangun, duduk lagi dan beberapa detik kemudian bangun.

Entahlah kenapa akhir akhir ini kondisi Bunda naik turun. Kadang sehat, kadang drop parah. Kadang seperti tak punya penyakit apapun bahkan kadang Menjadi orang paling sakit dan tak bisa melakukan apapun.

"Gak di angkat."

Seokmin mengeluarkan pendapatnya, "Mungkin lagi ada kelas. Nanti juga di telpon balik kan?"

Hansol, Seungkwan dan Mbok Diya diam. Melihat lirikan Mingyu yang mungkin merasa Janggal, Seungkwan langsung angkat bicara, "Mungkin Raden gak angkat karena nomer kita gak Raden Hao simpen. Jadi dia gak tau."

"Oh... bener juga."

Mendengar itu Mingyu menggapai Ponselnya di saku, menyuruh sang sekretaris menelepon bocah itu.

Five Years Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang