Day 443

562 60 3
                                    

Hari itu Mingyu tersenyum puas menatap ponselnya. Dalam hati berucap syukur dan senang atas kabar yang sang pengacara berikan. Akhirnya, Mingyu dan Minghao sudah di pastikan jadwal perceraiannya.

Walau memang cukup rumit dan mengherankan dimana sang klien—Mingyu— justru harus mengikuti jadwal yang Siwon, Pengacaranya, mau. Namun bagaimana lagi? Hanya Siwon yang Mingyu percaya untuk ini dan Mingyu tak mau repot mengurus semua sendiri.

Walau menikah di atas kontrak, namun nama Mingyu dan Minghao sudah terdaftar di negara. Ya, Bunda yang minta. Walau Minghao tak setuju dulu, namun akhirnya ia pasrah dan menuruti yang ibu mertuanya mau. Makanya, Perceraian ini tak mudah di lakukan.

"Akhir tahun, katanya." Gumam Mingyu, "Akhirnya."

Mingyu menyandarkan tubuhnya. Ia menatap jalanan yang sedang mobilnya lalui. Hansol sang supir melirik ke arah kaca kala sang majikan memanggil, "Ya, Mas?"

"Bisa tolong jemput Minghao akhir minggu ini?"

"Boleh mas, mau di antar kemana radennya?"

Yang duduk di belakang diam sejenak, lalu kemudian berujar, "Ke rumah saja. Walau bisa saya text tapi lebih nyaman kalau bicara langsung."

"Baik Mas."

Dan perjalanan berlanjut. Mingyu senang luar biasa.

Namun rasa bahagia itu hilang hari ini.

"Serius kamu?"

"Ya, Mas. Katanya sudah pindah."

Tepat di akhir minggu dimana Mingyu berencana membicarakan perceraiannya dengan Minghao, Hansol yang bertugas menjemput itu justru kembali dengan berita bahwa kamar indekos yang Minghao tempati sudah diisi orang lain.

"Kamu tanya pindah kemana?"

"Mereka gak tahu mas."

Mungkin kesalahan Mingyu yang tak mengabari Minghao lebih dulu, Padahal keduanya punya ponsel pintar dan menyimpan nomer masing masing. Namun Hansol juga yakin, bahwa Minghao pasti bisa ia temui, karena satu bulan lalu ia yang membantu si manis membereskan barang-barangnya di sana.

"Damn, i should call him then."

Mingyu sebenarnya sangat benci untuk menghubungi suami palsunya itu.

.

Bagaimana ya rasanya di khianati. Haduh! kalau mau tahu coba tanya Minghao disini.

Si manis yang sebulan lalu baru merasakan hidup sebagai anak kosan di tendang dengan alasan belum membayar tagihan. Padahal belum sehari sesuai waktu yang di tentukan, Ibu kos yang awalnya Minghao pikir seorang dermawan malah memintanya segera keluar.

Seminggu sudah berlalu sejak pilu di usir itu, Minghao kini sedang duduk mengaduk minuman segar yang ia pesan barusan. Di hadapan, ada seorang pria bermata tipis dengan senyuman sedang menatapnya senang.

"Jadi... Kamu sodaranya Pak Mingyu, kan?"

Ya. Soonyoung. Entah takdir tuhan mana yang tertulis untuk Minghao, Karena secara kebetulan bertemu lelaki itu di jam makan siang hari Minggu.

"Iya." Dan Minghao lupa soal ini.

"Wah! Bagus bagus! Kebetulan! Saya mau nanya sesuatu."

Fakta bahwa ia pernah berbohong pada lelaki dewasa ini soal Mingyu yang katanya adalah saudaranya. Karena kini Soonyoung memberi pertanyaan yang mulai membuatnya gugup setengah jiwa.

"Tahu Jihoon?"

Oh tuhan! ayolah! Minghao pikir ia tak akan pernah bertemu dengannya lagi, tahu begitu, harusnya Minghao tutup mulut saja!

Five Years Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang