Day 390

520 53 3
                                    

Finally, Pindahan!

2 kata itu terus terpajang di kepala Minghao sejak matanya terbuka pagi hari tadi. Senyum tak henti terpajang dengan rona di pipi. Mbok Diya juga ikut senang untuk ini. Walau sekarang artinya Minghao tak akan di lihatnya lagi setiap hari.

Setelah sarapan, Minghao memastikan semua barangnya masuk tanpa ada yang tertinggal. Di bantu para pelayan juga Hansol yang akan mengantar, Minghao siap pergi sekarang!

Bahagia luar biasa, Minghao akhirnya bisa menghentikan mimpi buruknya. Walau jujur tak ada yang menyaktinya, apalagi yang membuatnya tak nyaman disini, namun keluar dari rumah Mingyu rasanya seperti keluar dari penjara hati.

Karena artinya, Statusnya sebagai suami "pura-pura" Mingyu berakhir sebentar lagi.

Minghao menatap bagasi yang nampak penuh, ternyata lebih banyak dari tas tas yang dulu Minghao pertama bawa.

Setelah menutup pintu bagasi mobil, Hansol melapor pada suami sang majikan, "Sudah raden. Mau berangkat sekarang?"

Namun di jawab dengan acungan tangan, "Bentar. Si om Mingyu ini tahu gak aku pindah sekarang?"

Mbok Diya mengangguk. "Mas Mingyu di atas Raden, tadi bilang mau mandi dulu. Nanti turun."

Minghao menganggukan kepalanya kemudian tersenyum, akhirnya memutuskan menjawab pertanyaan Hansol kembali dengan semangat, "Yaudah, Tungguin dia dulu kalo gitu!"

Menunggu, mereka semua menunggu Mingyu.

Namun setelah lebih dari 20 menit Majikan rumah ini tak kunjung turun, Minghao akhirnya berteriak jengah. Semangatnya yang awalnya membara sudah menurun karena menunggu terlalu lama.

"Mana sih si Mingyu! Keburu siang ini!"

Para pelayan diam menatap kekesalan Minghao. Mereka yang juga turut menunggu jujur sekali merasa pegal. Akhirnya salah seorang menawarkan diri untuk pergi ke kamar Mingyu dan memeriksa, Namun Minghao berujar, "Sama Aku aja! Gue pukul dia kalo taunya lagi nyantai-nyatai di kamar!"

Langkah terhentak-hentak Minghao sampai di lantai 2. Si manis hatinya panas luar biasa membayangkan Mingyu yang ternyata tak menghargainya. Padahal sudah di beritahu bahwa Minghao akan pindah sekarang sejak beberapa hari lalu, tapi Mingyu bahkan tak berniat untuk setidaknya berucap sesuatu.

Sesibuk itukah Mingyu?

"Heyy! Om! Lo kalo emang gak suka sama gue dan pengen gue pergi, yaudah ya gue pergi nih!"

Minghao menggedor pintu di hadapan. Pukulan keras yang dilakukan membuat bunyi nyaring terdengar.

"Gue sebenernya gak nungguin lo!"

Minghao terus berteriak. Tangannya tak berhenti memukul Pintu berbahan kayu tebal disana.

"Tapi karena katanya lo mau turun tadi, jadi gue tunggu buat ngehargain lo! Tapi lo malah beg—"

"Gak perlu teriak-teriak."

"—gini..."

Mulut Minghao mengatup seketika. Apalagi kala melihat alis bertaut marah di kepala sang pemilik rumah.

"Selalu gak sabar. Dasar."

Si manis diam. Selain fakta bahwa Mingyu nampak sangat marah, diamnya Minghao di karenakan sosok di hadapan terlihat tidak baik baik saja. Masih menggunakan bathrobe, Mingyu nampak berpeluh di sekitar keningnya.

"Lo—"

"Apa?"

"Gue kan harus beres beres disana," Dumel Minghao, "Lo lama, nanti kalo beres beresnya sampai sore gimana."

Five Years Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang