Its gonna be long. More than 2000 words and full of mg's narative. so have a nice seat, be calm. And share your thoughts please. Happy reading
Mingyu POV
Rumah 2 lantai ini dibangun jauh sebelum dunia bahkan memiliki ponsel pintar yang bisa dibawa kemana-mana. Klasik, dan tentu berkelas. Jumlah kamarnya tak terkira, buktinya saya bahkan belum pernah menjajah semua kamarnya.
Namun dikepala, masih tercetak ingatan bagaimana saya mampu berlari dan bermain di rumah luas ini. Para pelayan turut mengejar-ngejar, kadang berseru karena saya nakal. Bunda akan tertawa saat saya diseret kepala pelayan yang baru saja melihat saya jatuh dan menumpahkan adonan masakan sehingga tubuh saya kotor dan berbau bawang.
Mungkin 5 tahun terbaik hidup saya ada disana, diawal masa kehidupan saya. Sisanya gelap dan sepi. Sepi sekali.
Dari kamar dapat terlihat kebun dan taman. Tapi tak pernah ada yang menarik perhatian.
Sejak mulai bisa berpikir, saya hidup penuh arahan. Bangun sesuai jadwal, makan dengan menu pilihan, bahkan teman, orangtua lah yang rekomendasikan. Mingyu yang nakal awalnya sering memberontak. Namun semua orang berhasil bekerja sama dengan ancaman, "Nanti Ayah marah!" Yang mampu membuat Mingyu kecil mau tak mau bungkam terdiam.Mungkin gara gara jarang dituntut untuk memakai EQ, saya jadi jarang menggunakan emosi. Saya ingat bagaimana saya menangis karena jatuh, namun saya juga ingat bagaimana saya tak merasakan apapun setelah ayah saya menampar keras wajah ini gara-gara nilai saya tak sesuai ekspetasi. Emosi yang hilang itu tak pergi begitu saja, banyak faktor yang saya yakini membuatnya tak betah berada didalam diri saya.
Di sekolah internasional penuh anak yang orangtuanya berdompet tebal tipikal mereka semua sama, Hidupnya tak jauh berbeda dengan saya. Sejak usia 7 tahun, saya ditempatkan bersama orang orang seperti itu, kenal hanya untuk menambah luas perusahaan orangtua kami, dilatih untuk mencari untung sana-sini. Hingga suatu hari, dihari pertama kelas di kampus tempat saya berkuliah Manajemen dan Bisnis, seorang pria dengan hidung bangir menyapa karena ia yakin kita berasal dari tempat yang sama (tidak benar).
Manusia yang ayahnya bukan pemilik saham manapun ini unik. Hidupnya penuh emosi, tertawa dan marah tanpa perhitungan, tak ada yang ia sembunyikan. Ekspresinya mudah sekali dibaca. Tak palsu, Seokmin satu-satunya orang yang saya kenal yang mendekati saya tanpa motif tertentu.
Lelaki itu mengenal saya lebih dari saya sendiri. Terkadang ia datang ke asrama untuk mengingatkan tugas dan hal hal penting yang mungkin saya lupakan. Walau kemudian meminta makan dan cemilan, Setidaknya Seokmin membantu saya menjalani hari hari kuliah lebih menyenangkan.
Si beruntung yang tak perlu membayar biaya kuliah itu sungguh jenius, apalagi jika dibandingkan dengan para kaya yang "belajar" ke kampus hanya karena ayahnya mampu memberi sumbangan berlipat lipat ganda. Kehadiran Seokmin membuat saya merasa beruntung, Terkadang solusi muncul dari kepalanya membuat saya terbantu akan banyak hal. Dan kala ada seorang iri yang takut anak supir pribadi ini melangkah lebih jauh darinya, Seokmin memeluk saya dan izin pamit karena beasiswanya sudah tak bisa ia lanjutkan.
Pertama kalinya dalam hidup saya ingin menggulir sesuatu yang bukan hanya nilai. Makanya, saya membuat lelaki itu tetap berada di kampus sampai pendidikannya selesai. Namun sikap pencari untung saya masih ada disana, saya memberi syarat sebelum membayar penuh biaya pendidikannya. Syarat supaya ia bekerja dengan saya sampai saya yakin bisa melalui semua sendirian.
Tidak, saya tidak mencintai Seokmin. Saya hanya memanfaatkan kejeniusan, kepatuhan dan kemampuannya. Tentu, menguntungkan.
Saya tak hidup jika tak dapat keuntungan.
Meminta Seokmin bekerja tanpa test atau requirement bukan hal mudah. Ayah juga tak dengan cepat mengizinkan saya duduk dikantornya. Setidaknya butuh 10 tahun untuk membuktikan bahwa saya mampu dan bisa melakukan apa yang ia pinta. Namun 10 tahun yang saya kira akan berjalan lama itu hilang ketika ia harus jatuh sakit tiba-tiba. Masih berpundak dingin ia saat meminta saya mulai masuk ke perusahaannya. Masih dingin pula tatapannya saat ia menyuruh saya menyampaikan laporan perusahaan di sebelah ranjangnya. Namun hangat kembali setelah 20 tahun sempat hilang akhirnya datang dari seluruh tubuhnya, jiwanya, bahkan tutur katanya saat ia berkata, "Bunda bilang saya harus minta maaf, jadi tolong maafkan saya. Ya, Mingyu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Five Years
RomanceMinghao dijual bibinya pada seorang pria kaya untuk dijadikan suami palsu. Kontrak yang rencananya berlangsung hanya sampai sang bunda meninggal dunia mundur hingga 6 bulan lamanya. Namun sampai ratusan hari berlalu, Minghao masih berada di rumah me...