Bagian 3

458 63 3
                                        


Happy Reading^^

.

.

"Aduhh, bu Tia gak usah repot-repot padahal." Ujar Nadia - bundanya Nesa mengambil semangkuk sayur Asem dari tangan Bu Tia - mamah nya Randi.

Seperti biasa, ibu-ibu memang gampang sekali akrab nya. Padahal mereka baru kenal kemarin. Bu Tia hari ini masak banyak katanya. Daripada mubadzir, jadi ia membagikannya kepada ibu-ibu komplek.

"Sayang Bu, soalnya saya masak banyak. Gak kerasa juga, kalo lagi semangat masak, saya suka kalap." Sahut Bu Tia terkekeh.

"Ya begitulah Bu. Saya juga kalau ada suami suka begitu, tapi karna satu Minggu ke depan dia harus pergi ke luar kota, jadi saya sama Nesa makan semaunya. Kalau lagi males masak, ya kami makan diluar."

"Ohh gitu ya, emang enak banget Bu kalo punya anak perempuan, bisa di ajak curhat. Beda sama anak sulung saya. Diajak ngomong jawabnya hm hm aja." Gerutu Tia.

"Wajar Bu, namanya juga anak cowok."

"Ehh ngomong-ngomong, anak gadis mu kemana?"

"Oh nesa, ya kayak biasa nya Bu. Tiap hari kayak gak ada bosen-bosennya pergi ke toko buku."

"Wahh bagus itu Bu, hobinya membaca ya? Kayak anak gadis saya aja. Di kamar buku novel nya udah kayak perpustakaan Bu. Tapi saya sih gak pernah ngatur apapun kemauan dia, ya saya dukung aja."

"Itu emang seharusnya kewajiban kita Bu. Jangan terlalu mengekang anak, soalnya kalo anak terlalu di kekang, nantinya bakalan jadi pembangkang."

Kedua orang tua itu larut dalam obrolan nya. Sampai tidak sadar sudah 5 menit Nesa berada di sana mendengarkan para ibu-ibu itu bergosip ria.

"Assalamualaikum." Sapa Nesa menghampiri ibu dan Tetangganya.

Dengan sopan, Nesa menyalami keduanya.

"Waalaikum salam, ya ampunn Bu, anak gadis mu udah cantik, sopan lagi. Gimana kalo kita besanan aja Bu." Ucapan Tia membuat Nesa membelalakkan matanya.

"Ehh."

"Wahh tawaran yang bagus bu, kayaknya gak usah dipikirin lagi deh. Pasti saya sama suami langsung setuju, apalagi calonnya tetangga sendiri." Sahut Bunda antusias.

"Bun!" Peringat Nesa.

"Yaudah, kapan-kapan lagi kita bicarain soal ini ya. Saya mau pulang, suami bentar lagi pasti pulang."

"Iya silahkan Bu."

Sebelum pergi, Tia sempat tersenyum pada Nesa. Dan nesa pun membalas senyuman Bu Tia dengan sopan.

Bunda dan Nesa saat ini sedang berada di meja makan bersama. Hati Nesa masih kesal atas apa yang dikatakan ibunya tadi. Langsung menyetujui tanpa berbicara kepada dirinya terlebih dahulu.

"Anak bunda kenapa cemberut, Hem?"

Nesa menghela nafas, ia mencoret-coret meja makan dengan telunjuknya yang tidak membekas.

Departure✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang