Bagian 44

136 12 0
                                        


Happy Reading^^

.

.

'jangan suruh Kenzo berbuat dosa! Saya gak Sudi!" Begitulah kata yang ingin Jihan katakan. Namun sepertinya Ali tak mau mendengarkan apapun.

Kenzo tiba sebelum 10 menit dari waktu yang di tentukan oleh Ali. Dia melihat kakaknya diikat. Dengan cepat, laki-laki itu berlari menghampiri kakaknya. Namun Ali lebih dulu berada di dekat Jihan.

"Welcome Kenzo." Ali membuka kedua tangannya ke samping Menyambut kedatangan Kenzo.

"Maaf ya bro, gue harus nyulik kakak Lo. Ya mau gimana lagi, Lo pasti nolak permintaan gue kalo kakak Lo gak dijadiin bahan sanderaan gue," Ucap Ali dengan terkekeh.

"Lepasin kakak gue!" Teriak Kenzo dengan keras. Namun Ali hanya terkekeh geli.

Kenzo menatap Ali dengan tatapan tajam. Jika menyangkut soal kakaknya, maka Kenzo tidak bisa diam saja.

"Apa yang Lo mau Ali!" Sahut Kenzo geram.

"Sabar dulu Napa, Gue cuma mau Lo ngasih kejutan di acara ulang tahun Nesa. Lo tahu si Nesa? Dia ceweknya Randi, dan Lo tahu si Randi? Dia kakaknya si Alisa..."

Ali menghentikan ucapannya.

"Gue mau, Lo bunuh kedua orang tuanya si Nesa. Cewek itu udah berani banget nampar gue." Tangan Ali mengusap pelan pipinya yang terkena tamparan Nesa.

Rasanya lumayan sakit. Hingga laki-laki itu berniat untuk membalas perbuatan Nesa yang tidak sepadan.

"Kenapa harus gue yang bunuh orang tuanya? Kenapa gak Lo sendiri aja. Lagian, Lo sendiri kan yang punya masalah sama si Nesa, bukan gue. Jadi, lepasin kakak gue, dia gak ada hubungannya sama semuanya Ali!" Sahut Kenzo dengan menggebu-gebu.

"Sebenernya gue sendiri juga bisa ngelakuin tanpa bantuan Lo. Tapi gue gak mau ngotorin tangan gue yang bersih ini." Ali membolak-balikkan kedua telapak tangannya itu.

Sedangkan Kenzo hanya berdecih. Terkekeh mendengar kata 'bersih' dari mulut Ali.

"Bersih Lo bilang? Bahkan tangan Lo itu udah lebih dari kata kotor Ali,"

"DIEM LO ANJING! Jangan pernah ngeremehin gue!"

Bugh

"Kak!" Pekik Kenzo ketika melihat Ali memukul kepala Jihan hingga gadis itu meringis.

"Kalo Lo berani ngomong satu kata lagi yang bikin gue emosi, gue gak bakalan segan-segan bunuh kakak Lo."

Ali melemparkan satu buah pistol yang sudah penuh dengan peluru.

"Bunuh mereka pake itu, atau kalo Lo gak nurut, maka kakak Lo yang bakalan jadi target gue." Ujar Ali dengan senyum menyeringai.

Tangan laki-laki itu membuka selotip yang menempel di bibir Jihan dengan kasar.

"Arrghhh," Jihan kembali meringis. Sejak tadi gadis itu menggelengkan kepalanya melarang Kenzo melakukan hal dosa itu.

Departure✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang