Bagian 45

127 8 0
                                    


Happy Reading^^

.

.


"Om Faizan udah meninggal Nes," Ucapan itu lolos dari bibir Alfan begitu saja setelah melihat nafas Faizan tiba-tiba berhenti. Ia juga mengecek nadi dan juga degupan jantungnya yang sudah berhenti berdetak.

Nesa, gadis itu menangis sejadi-jadinya. Ia merasakan dadanya sesak. Nafasnya pun ia paksakan.

"Gak, ayah gak boleh meninggal. Nesa disini masih butuh ayah. Ayah gak boleh pergi..."

Kepala Nesa ia simpan di atas dada Faizan. Semua orang yang berada disana ikut meneteskan air matanya ketika melihat Nesa yang menangis histeris.

"Ayah gak boleh ninggalin Nesa..."

"Ayah... Ayok bangun..."

"Kenapa ayah ngasih kejutan kayak gini buat Nesa?"

"Nesa gak suka hadiah dari ayah..."

"Bukan ini yang Nesa mau."

"Nesa cuma pengen kalian berdua hidup buat Nesa. Ayok bangun yahh," Nesa terus menggoyangkan tubuh kaku ayahnya itu. Namun tetap saja, tak ada perubahan sama sekali dari Faizan.

Tatapan Nesa kini beralih pada bundanya yang juga sudah hilang kesadaran. Darah itu hampir memenuhi seluruh ruangan.

"Bundaaaa..." Nesa menangkup wajah bunda yang sudah penuh dengan darah. Tubuh bunda sudah terasa dingin di tangan Nesa.

"Bunda denger Nesa kan? Ayok bangun Bun, jangan tinggalin Nesa. Nesa masih butuh kalian."

"Nes tenang dulu," Ujar Randi yang masih setia di belakang gadis itu.

"GIMANA AKU BISA TENANG! MEREKA... Mereka udah ninggalin akuu rann...mereka udah pergi,"

"Bundaaa...Hiks,"

"Ayok bangun bunda, bunda gak kasian apa sama Nesa? Dedek Nesa juga harus hidup. Bunda kan udah janji sama Nesa bakalan bikin keluarga kita jadi lengkap, tapi kenapa bunda kayak gini."

"BUKAN INI HADIAH YANG NESA MAU, TUHAN! BUKAN INI! NESA MAU MEREKA HIDUP! NESA GAK MAU MEREKA NINGGALIN NESA! AYOK BIKIN MEREKA BANGUN!" Teriakan Nesa membuat Alfan ikut menangis.

Kedua laki-laki itu berusaha menenangkan Nesa. Hingga akhirnya dua ambulance datang. Petugas rumah sakit membawa kedua orang tua Nesa ke dalam mobil itu.

Nesa yang masih belum sadar akan semuanya pun sontak berteriak.

"Bunda sama ayah mau dibawa kemana?" Tanya nya dengan lemah pada Randi.

"Mereka mau di bawa kerumah sakit Nes. Nanti kita kesana," Lirih Randi. Laki-laki itu ikut hancur ketika melihat keadaan Nesa yang seperti itu.

"TUNGGU! JANGAN BAWA ORANG TUA NESA! DIA MAU DIBAWA KEMANA?! JANGAN BAWA MEREKA! ORANG TUA NESA GAK BOLEH PERGIIIII...JANGAN BAWA MEREKA..." Gadis itu menjerit-jerit dengan keras. Bahkan tubuhnya terus memberontak dari pelukan Randi.

"Jangan bawa mereka... Nesa mohonnn..." Ucapan terakhir Nesa sebelum gadis itu kehilangan kesadaran nya. Ia pingsan dalam pelukan Randi.

Dengan cepat, Randi segera mengangkat Nesa dan memawanya ke kamar. Seluruh tamu dibubarkan oleh Alfan dan juga keluarganya.

Ruangan yang tadinya rapih oleh dekorasi. Kini semuanya hancur. Seluruh lantai dipenuhi dengan darah. Sudah bisa dipastikan, kedua orang tua Nesa tidak selamat.

Departure✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang